Kalam Islam
Akal, Kesempurnaan Manusia
Akal, Kesempurnaan Manusia
Sesungguhnya proses perkembangan dan kesempurnaan pada tumbuhan bersifat niscaya dan terpaksa karena tunduk pada terpenuhinya berbagai faktor dan kondisi di luar dirinya. Sebatang pohon tidak tumbuh dengan kehendaknya sendiri; pohon tidak menghasilkan buah-buahan sesuai kehendaknya, karena ia tidak memiliki perasaan dan kehendak. Berbeda dengan binatang yang mempunyai kehendak dan ikhtiar dalam menempuh kesempurnaannya. Nanun, kehendak dan ikhtiarnya timbul dari naluri hewani semata, di mana proses dan aktivitasnya terbatas hanya pada kebutuhan-kebutuhan alamiahnya semata serta didasari oleh perasaan yang sempit dan terbatas dengan kadar indra hewaninya.
Adapun manusia, di samping memiliki segala kelebihan yang dimiliki tumbuhan dan binatang, juga memiliki dua keistimewaan lainnya yang bersifat ruhani. Di satu sisi, keinginan fitriahnya tidak dibatasi oleh kebutuhan-kebutuhan alami dan material, dan di sisi lain memiliki kekuatan akal yang dapat memperluas pengetahuannya sampai ke dimensi-dimensi yang tak terbatas. Keistimewaan semacam inilah yang membuat kehendak manusia dapat melampaui batasan-batasan materi yang sempit, bahkan dapat terus bergerak ke satu tujuan yang tak terbatas.
Baca juga : Ahlulbait, Pohon yang Diberkati
Kesempurnaan khas manusia pada hakikatnya terletak pada kesempurnaan ruh yang dapat dicapai melalui kehendaknya dan arahan-arahan akalnya yang sehat, yaitu akal yang telah mengenali berbagai tujuan dan pandangan yang benar. Ketika ia dihadapkan pada berbagai pilihan, akalnya akan memilih sesuatu yang lebih utama dan lebih penting.
Dari sini dapat kita ketahui bahwa perbuatan manusia itu sebenarnya dibentuk oleh kehendak yang muncul dari kecenderungan-kecenderungan dan keinginan-keinginan yang hanya dimiliki oleh manusia dan atas dasar arahan akal. Adapun perbuatan yang dilakukan karena motif hewani semata-mata adalah perbuatan yang tentunya bersifat hewani pula, sebagaimana gerak yang timbul dari kekuatan mekanik dalam tubuh manusia yang merupakan gerak fisik semata.
M. Taqi Misbah Yazdi, Akidah Islam, Pandangan Dunia Ilahi
Baca juga : Momen Imam Ali Zainal Abidin Dicemooh