Kajian Islam
Tak Ada Syafaat tanpa lzin Allah
Syafaat hanya berlaku di Hari Perhitungan, khususnya setelah proses pertanggungjawaban selesai dan seluruh catatan amal perbuatan diperiksa dan ditimbang. Para pemberi syafaat hanya memohonkan (orang yang meminta syafaat) belas kasih Allah. Tak akan ada syafaat yang diberikan di alam kubur (alam barzakh).
Di alam itu, orang-orang berdosa tetap harus menjalani hukuman sesuai dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Kendati boleh jadi di alam itu seseorang mendapat rekomendasi dari Rasulullah saw atau para imam sehingga hukumannya dikurangi atau diperingan. Tapi, itu bukanlah syafaat.
Para pemberi syafaat (para nabi dan imam) sendiri mengatakan dengan tegas, “Berhati-hatilah kalian terhadap Hari Perhitungan. Berusahalah mendatanginya dalam sosok manusia agar kami dapat memberi syafaat atas nama kalian.”
Ucapan ini menunjukkan bila dosa-dosa dan segenap perbuatan keji seseorang sudah benar-benar melampaui batas, sehingga dirinya akan mendatangi Hari Perhitungan dalam sosok menyeramkan, niscaya tak akan dianggap layak mendapatkan syafaat. Dalam banyak hal ini, masalah kelayakan mendapat syafaat merupakan prasyarat yang sangat menentukan.
Para pemberi syafaat mengatakan bahwa syafaat mereka tidak mencakupi jenis-jenis dosa tertentu. Seperti dosa meninggalkan shalat-shalat wajib dan sejenisnya.
Berdasarkan pandangan di atas, orang yang mengharapkan betul syafaat seyogianya tidak melakukan perbuatan dosa. Jika tidak, ia ibarat orang yang ninum racun mematikan lalu meminta pertolongan dokter dan paramedis untuk memberi penawarnya. Jelas, orang semacam ini besar kemungkinan akan langsung tewas dengan cara mengenaskan.
Abul Qasim al-Khu’i, Menuju Islam Rasional