Kajian Islam
Mikraj Nabi Muhammad dalam al-Quran
Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Isra: 1)
Ayat di atas menjelaskan Mikraj Nabi saw dari Mekah ke Baitul Maqdis. Perjalanan itu dimulai dari Mekah, dan terjadi dalam tempo satu malam. Melihat tanda-tanda kebesaran Allah, merupakan tujuan perjalanan menakjubkan itu.
Sementara itu, dapat pula diperhatikan bahwa semua yang disebut dalam ayat mengenai perjalanan itu menunjukkan kesadaran, terjaga dari tidur, dan tidak berhubungan dengan mimpi. Mengingat ungkapan ‘memperjalankan hamba-Nya’ (asraa bi’abdihi) menunjukkan bahwa Allah Swt telah mengatur hamba-Nya melakukan perjalanan itu. Lagipula, ayat ini memulai dengan kata-kata ‘Mahasuci Allah…’ yang mengandung makna pentingnya poin yang dikatakan itu, dan memperkuat penafsiran Mikraj Nabi saw dilakukan dalam keadaan terjaga; bermimpi bukanlah hal penting sehingga patut mendapat sebutan dengan penegasan semacam itu.
Allah Swt berfirman: Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupa yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sungguh, ia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar. (QS. an-Najm: 13-18)
Ringkasnya, yang dapat diketahui dari keenam ayat ini adalah, Nabi saw melihat Malaikat Jibril untuk kedua kalinya (yang pertama di gua Hira pada permulaan turunnya wahyu). Beliau juga melihat alam surgawi, yang ketika itu beliau tidak melakukan kesalahan atau dosa. Demikianlah beliau menyaksikan tanda- tanda kebesaran dan kekuasaan Tuhan.
Sekalipun tidak disebutkan dengan jelas dalam ayat ini tentang Mikraj, namun singgungan dalam ayat di atas menunjukkan bahwa peristiwa itu terjadi semasa perjalanan beliau di ruang angkasa, di luar bumi ini. Umpamanya, dinyatakan dengan terang bahwa peristiwa itu terjadi di lingkungan surga yang abadi. Itulah sebabnya, kebanyakan pakar tafsir Sunni maupun Syiah telah menafsirkan ayat-ayat tersebut sekaitan dengan Mikraj Nabi saw, dan tafsiran-tafsiran tentang Mikraj didasarkan pada ayat di atas.
Ayat-ayat tersebut menerangkan bahwa peristiwa itu terjadi saat Nabi saw dalam keadaan terjaga, sadar (ayat ke-17) yaitu, penglihatan Nabi saw. Untuk menguatkannya, masih ada ayat ke-18 yang menunjukkan bahwa beliau juga telah melihat sebagian tanda kekuasaan Tuhan yang paling akbar. Ini menunjukkan bahwa tujuan Mikraj itu agar Nabi saw melihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Tuhan di tempat nan mulia itu.
Ayatullah Nasir Makarim Syirazi, Mikraj Nabi