Kajian Islam
Mengenai Jalan llmu dan Jalan Menuju Surga
Rasulullah saw bersabda, “Bagi orang yang berada di jalan menuntut ilmu, Allah akan menjadikan baginya jalan menuju surga. Dan sesungguhnya para malaikat membentangkan sayap-sayap mereka untuk para penuntut ilmu dengan sukacita. Sesungguhnya setiap makhluk di langit dan di bumi memohonkan ampunan bagi si penuntut ilmu, bahkan ikan di laut. Keutamaan orang berilmu (‘alim) melebihi ahli ibadah, seperti keutamaan bulan atas bintang pada malam purnama. Orang alim adalah pewaris para nabi, sebab Para Nabi tidak meninggalkan warisan kekayaan kecuali warisan ilmu. Orang yang memperoleh ilmu berarti telah memperoleh banyak manfaat.”
Terlebih dahulu perlu diketahui bahwa ilmu pengetahuan dapat dibagi menjadi dua. Pertama, llmu-ilmu duniawi yang tujuan akhirnya adalah mencapai sasaran-sasaran duniawi. Kedua, llmu-ilmu ukhrawi yang tujuan akhirnya adalah mencapai peringkat-peringkat malaikat dan ukhrawi. Pada bagian lalu telah kami sebutkan bahwa perbedaan antara dua jenis ilmu ini sebagian besarnya terletak pada perbedaan niat atau tujuan (menuntut ilmu), meskipun pada dasarnya ilmu memang terbagi menjadi dua jenis. Dampak-dampak yang digambarkan dalam hadis mulia di atas bagi penuntut ilmu dan orang berilmu jelas berkaitan dengan jenis kedua, yaitu ilmu ukhrawi.
Telah disebutkan bahwa semua ilmu ukhrawi tercakup dalam tiga kelompok, (1) ilmu tentang Allah dan doktrin-doktrin (ma’arif) agama, (2) ilmu yang berkaitan dengan pembelajaran dan pengalaman spiritual menuju Allah, (3) dan ilmu yang berkaitan dengan hukum, sopan santun, dan aturan ibadah.
Pemakmuran (ta’mir) kehidupan akhirat bergantung pada ketiga aspek ini secara serempak, dan karenanya ada tiga jenis surga bagi penuntut ilmu: surga Zat yang merupakan tujuan puncak ilmu dan makrifat tentang Allah; surga sifat yang merupakan tujuan pembersihan diri dan pendisiplinan jiwa; dan ketiga, surga amal perbuatan yang merupakan bentuk (ukhrawi) dari penunaian kewajiban beribadah dan hasilnya. Ketiga surga ini bukanlah dalam keadaan yang sudah jadi (pada permulaannya).
Jika batin manusia belum dibersihkan dan jiwanya tidak diperindah, kalau kehendak dan tekad tidak diperkuat dan hati tidak menerima cahaya Nama dan Sifat Ilahi, manusia tidak akan sampai pada “surga Nama dan Sifat yang merupakan surga pertengahan”. Jika orang tidak dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai hamba, yakni perbuatan, gerakan, serta diamnya tidak selaras dengan syariat llahi, maka ia tidak akan sampai pada “surga amal perbuatan” yang disebut sebagai: Yang di dalamnya ada apapun yang diinginkan jiwa dan mata merasa senang. (QS. az-Zukhruf: 71)
Berdasarkan beberapa pendahuluan yang sesuai dengan dalil-dalil filosofis, pengalaman para ahli irfan dan hadis-hadis Nabi dan Wali as di samping yang dapat disimpulkan dari al-Quran, apa pun tingkat ilmu, entah berkaitan dengan ma’arif atau yang lainnya merupakan jalan untuk mencapai surga yang sesuai dengan masing-masing ilmu itu sendiri. Jadi, orang yang menapaki jalan ilmu berarti menapaki salah satu jalan menuju surga.
Ilmu pada dasarnya merupakan sarana untuk bertindak, sekalipun ilmu itu berupa ma’arif (ilmu-ilmu mistis) yang merupakan sarana bagi Tindakan-tindakan hati dan gravitasi batin. Dampak dan bentuk batin ilmu-ilmu ini adalah surga Zat dan perjumpaan. Karenanya manusia yang menyusuri jalan ilmu berarti menyusuri jalan menuju surga karena sarana (ilmu) yang bersambung dengan jalan adalah juga bagian dari jalan.
Imam Khomeini, 40 Hadis, Telaah atas Hadis-hadis Mistis dan Akhlak