Kajian Islam
Kewajiban Manusia Terhadap Allah Swt
Agama Islam merupakan program abadi dan universal bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat yang diwahyukan Allah Swt kepada Rasulullah saw. Agama suci ini mesti diperlakukan dalam masyarakat manusia sebagai nahkoda bagi bahtera umat manusia untuk keluar dari pusaran kebodohan dan kemalangan. Mengingat fungsinya sebagai program kehidupan, Islam niscaya memberikan tugas atau kewajiban bagi manusia dalam kehidupan untuk dilaksanakan.
Secara keseluruhan, kehidupan kita berkaitan dengan tiga hal. Pertama, Allah Swt merupakan Pencipta kita, yang atas karunia-Nya, kita berhutang lebih dari apapun juga. Kedua, diri kita sendiri. Ketiga, sesama manusia, yang dengannya kita harus hidup dan bekerjasama. Karena itu, dengan aturan ini, kita secara keseluruhan memiliki seperangkat kewajiban terhadap Allah Swt, diri sendiri, dan orang lain.
Kewajiban terhadap Allah Swt
Kewajiban kita terhadap Allah menjadi kewajiban terpenting. Kita harus berusaha melaksanakannya dengan hati dan kemauan suci. Kewajiban pertama kita adalah mengenal pencipta kita. Sebab, wujud Allah Swt adalah sumber maujudnya setiap makhluk dan fenomena. Maka dari itu, mengenalnya akan mencerahkan pandangan setiap maujud yang mampu melihat. Tidak mempedulikan realisme inisiatif ini merupakan sumber kebodohan, kebutaan, dan sikap acuh tak acuh terhadap kewajiban. Orang yang tetap tidak memperhatikan kebenaran –yang karenanya kehilangan visi batinnya– niscaya tak punya jalan untuk mencapai kebahagiaan hakiki.
Seperti kita ketahui, orang-orang yang berpaling dari mengenali Allah Swt dan tidak memperhatikan pentingnya kebenaran ini dalam kehidupan mereka, cenderung kehilangan nilai-nilai spiritual kemanusiaan sepenuhnya dan tidak mengenal logika lain kecuali logika binatang ternak dan binatang pemangsa.
Allah Swt berfirman: Maka berpalinglah dari orang yang berpaling dari peringatan kami dan hanya menginginkan kehidupan duniawi, itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. (QS. an-Najm: 29)
Camkan bahwa pengenalan terhadap Allah Swt merupakan kebutuhan manusia sebagai makhluk hidup yang realistis dan rasional secara naluriah. Dalam dunia ciptaan ini, kemana pun pandangannya diarahkan, manusia akan menyaksikan tanda-tanda maujudnya kemahatahuan dan kekuasaan Allah Swt. Karenanya, manusia bukan diminta untuk menciptakan sendiri pengenalannya terhadap Allah Swt. Melainkan diperintahkan untuk mengarahkan perhatiannya pada kebenaran yang jelas dan gamblang, serta menanggapi kesadarannya sendiri–yang menyuruhnya [fokus] kepada Allah Swt setiap saat–dengan menjawab “ya” secara tegas demi menghilangkan segala bentuk keraguan dari hatinya dan memegang teguh pengenalan ini.
Kewajiban pertama kita adalah mengenal Allah Swt. Sementara kewajiban kedua adalah beribadah kepada-Nya. Begitu kita mengetahui kebenaran, jelas sudah bahwasanya kebahagiaan kita satu-satunya terletak dalam melaksanakan jalan yang telah ditentukan Allah Swt bagi kehidupan kita dan yang disampaikan melalui para Nabi-Nya. Karena itu, beribadah kepada Allah Swt dan mematuhi perintah-Nya menjadi kewajiban penting sebelum tugas-tugas lainnya.
Allah Swt berfirman: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia. (QS. al-Isra: 23)
Selanjutnya, Allah Swt juga berfirman: Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. (QS. Yasin: 60-61)
Kita berkewajiban mengetahui status penghambaan dan kebutuhan kita agar secara sadar mengingat keagungan dan kebesaran tak terbatas Allah Swt dan demi mematuhi perintah-perintah-Nya. Sebab, kita tahu bahwa Dia meliputi dan mengetahui maujud kita dalam segala hal. Kita tidak boleh menyembah sesuatu selain Allah Swt dan tidak boleh menyerahkan kepatuhan kepada seseorang kecuali kepada Rasulullah saw dan para imam as, pemberi petunjuk yang telah diperintahkan Allah Swt untuk dipatuhi.
Allah Swt berfirman: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan ulil amri di antara kamu. (QS. an-Nisa: 59)
Tentu saja dalam mematuhi Allah Swt dan orang-orang yang memegang wewenang urusan agama (para Imam as), kita mesti memandang segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah Swt dengan penuh ketundukan. Kita wajib mengingat nama-nama suci Allah Swt dan nama-nama mereka yang memegang wewenang urusan agama dengan penghormatan selayaknya. Kita harus berusaha menghormati kitab Allah Swt (al-Quran Karim), Kabah yang suci, serta tempat-tempat suci lainnya.
Allah Swt berfirman: Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati. (QS. al-Hajj: 32)
Alamah Sayyid Husain Thabathaba’i, Inilah Islam