Ikuti Kami Di Medsos

Kajian Islam

Kenapa Ada Kejahatan?

Alam semesta tercipta berdasarkan mekanisme kausal, sebab dan akibat. Alam materi ini dicipta berdasar hukum alam yang tidak dapat dielakkan siapapun; bukan berdasar rasa kasihan dan welas asih. Misalnya, sifat api itu membakar. Maka setiap maujud—yang dapat dibakar—yang bersentuhan dengannya akan ikut terbakar; entah baju seorang nabi ataupun celana seorang penjahat. Hewan buas dan burung pemangsa jika tidak memangsa akan mati kelaparan. Hukum alam memang sudah diatur seperti ini dan tak ada masalah dengannya.

Begitu pula manusia. Sah-sah saja ia memakan daging sebagian hewan yang memang menjadi makanannya. Dengan begitu, pada hakikatnya selain perbuatan yang telah dilakukan umat manusia, tidak ada yang dapat disebut sebagai kezaliman.

Pelbagai kejadian menyedihkan di alam semesta tidak dapat disebut kezaliman. Kita hanya menyebutnya “bencana”. Jelas, di balik keburukan bencana, terdapat kebaikan tersembunyi. Bayi berusia enam bulan yang jatuh sakit bukan berarti terzalimi; namun ia tertimpa musibah alami yang diakibatkan beberapa faktor penyakit. Kita tidak dapat menyebut seekor kucing yang dicengkram cakar anjing sebagai dizalimi. Sebab, itu merupakan perkara wajar yang kucing pun dapat melakukan hal yang sama pada seekor tikus.

Ya, makhluk bernama manusia adakalanya hidup berdasarkan hawa nafsu, emosi, perasaan, dan ikhtiar. Sebab, ia memiliki banyak kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dan tidak dapat dipenuhi kecuali dengan bantuan orang lain. Maja, ia pun dipaksa hidup bermasyarakat.

Secara alamiah, ia harus mau menerima dan menjalankan hukum-hukum sosial dalam hidup bermasyarakat.  Dengan begitu, hak-hak setiap orang dapat terlindungi dan diberikan pada masing-masing. Berkat hukum-hukum itu, hak-hak setiap orang secara resmi terlindung dan tak seorang pun boleh melangkahinya. Pelanggaran hak sesama inilah yang disebut manusia sebagai kezaliman dan perbuatan jahat.

Melalui keterangan ini, jelas sudah bahwa di luar interaksi hidup umat manusia, tak ada yang disebut dengan kezaliman. Karenanya, segala peristiwa buruk yang menimpa manusia, pada hakikatnya, bukanlah kezaliman. Sebagaimana telah dijelaskan, semua itu adalah perkara alami yang menyimpan sejumlah hikmah tersembunyi di baliknya.

Manakala mempertahankan hak-haknya yang lebih penting, seseorang tak jarang dengan sengaja meninggalkan beberapa hak yang terbilang kurang penting. Diabaikannya hak-hak kurang penting demi yang lebih penting bukanlah kezaliman. Jika beberapa peristiwa seperti eksekusi mati membuat sebagian orang menganggap bahwa itu merupakan kezaliman, maka anggapan itu jelas keliru. Sebab, pada dasarnya, eksekusi mati ibarat pembalasan yang diberikan pada terdakwa yang telah melakukan suatu kezaliman. Ya, bagi orang yang dijatuhi hukuman, eksekusi mati tentu merupakan keburukan. Namun, ia tidak berhak mengatakan bahwa eksekusi mati baginya itu merupakan kezaliman.

Allah Swt berfirman: … dan barangsiapa berbuat buruk kepada kalian, maka balaslah perbuatan tersebut sebagaimana yang telah mereka lakukan terhadap kalian…” [QS. al-Baqarah: 194]

Muncul pertanyaan, “Saat seekor hewan kecil menjadi mangsa hewan lebih besar, maka hewan itu menjadi lebih sempurna (makudnya, daging hewan yang lebih kecil menjadi bagian dari tubuh hewan yang lebih besar sehingga menjadi lebih sempurna). Di saat daging kucing menjadi bagian tubuh anjing, apa yang sempurna?”

Penjelasan ini merupakan pandangan filosofis dan memang benar adanya. Pendapat ini merupakan cabang dari teori filosofis yang disebut dengan Harakatul Jauhariyah. Mengingat teori ini sangat berat untuk dibahas dan butuh penjelasan panjang lebar, kita tidak dapat mengulasnya hanya sepintas lalu.

Segala keberadaan di alam semesta dan setiap kesempurnaan yang mungkin dicapai siapapun hanyalah milik Allah Swt, Tuhan pencipta alam. Segala milik manusia, mulai dari yang sangat kecil hingga yang paling besar hanyalah karunia Tuhan. Padahal tak satupun makhluk punya hak hakiki yang karenanya Tuhan terpaksa memberi pelbagai anugerah kepadanya. Tak satupun faktor yang memaksa Tuhan melakukan sesuatu atau meninggalkannya demi kita. Hak yang dimiliki makhluk, sebenarnya adalah milik Sang Khalik. Dengan begitu, segala kejadian alam seperti musibah dan bencana yang menimpa hamba-hambaNya, adalah milik Tuhan dan hamba tidak punya hak apa-apa.

Allah Swt berfirman: … dan Allah melakukan segala yang Ia kehendaki…” [QS. Ibrahim: 27]

Karenanya, semua itu tidak dapat disebut sebagai kezaliman. Bukan hanya Tuhan tidak zalim, bahkan perbuatan-Nya tidak dapat kita cela. Nikmat dan anugerah yang Dia berikan semata-mata merupakan rahmat-Nya. Adapun musibah dan bencana, lebih pada tiadanya rahmat Tuhan.

Allah Swt berfirman: Ketika Allah membuka pintu rahmat-Nya, tak satupun ada yang mampu mencegah-Nya. Dan jika Allah mencegah sesuatu untuk tidak terjadi, maka tak seorang pun ada yang mampu membuatnya terjadi. [QS. al-Fathir: 2]

Ya, jika Allah Swt memberikan suatu hak pada seorang hamba, lalu menghapusnya tanpa alasan, maka itu kezaliman. Misalnya, sebagai tujuan diciptakannya manusia, Allah Swt telah menjanjikan kebahagiaan abadi di surga; namun Allah Swt mengingkari janjinya dan tanpa alasan menyiksa hamba-Nya di neraka selama-lamanya. Perbuatan seperti ini dapat disebut sebagai kezaliman. Mahasuci Allah Swt dari perbuatan seperti itu. Kalaupun Allah Swt menyiksa manusia dalam api neraka, itu disebabkan manusia telah berbuat dosa dan tidak mematuhi-Nya. Sebagaimana Dia berfirman: Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia; akan tetapi diri mereka sendiri yang berbuat zalim. [QS. Yunus: 44]

Ia juga berfirman: Dan hari ini tak satupun ada yang terzalimi. Dan tidaklah kalian dibalas melainkan sesuai dengan apa yang telah kalian perbuat. [QS. Yasin: 54]

*Alamah Thabathabai, Islam, Dunia, dan Manusia

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *