Kajian Islam
Kefanaan Alam Semesta
Ilmu pengetahuan menyatakan bahwa sesuai hukum termodinamika seluruh energi yang terdapat di alam ini terus berproses ke arah netralitas dan keseragaman (uniformity). Pada tahap selanjutnya, setelah mencapai keseragaman, ia akan dinetralisasi sedemikian rupa. Keadaan ini kemudian akan menyelimuti seluruh dunia.
Ini sama dengan kasus benda cair dalam bejana berhubungan; kita menyaksikan terjadinya gerak (benda cair), namun itu tidak berlangsung lama. Cepat atau lambat, seluruh level keberadaan akan menjadi seragam dan segala sesuatunya menjadi diam dan tidak bergerak sama sekali.
Berdasarkan hukum ini, kita dapat memahami dan harus mengakui bahwa keberadaan alam semesta bersifat historis (memiliki sejarah). Dengan kata lain, ia tidak abadi dan akan terus bergerak menuju keseragaman dan kenetralan sejak meng-ada pada zaman dahulu kala.
Sekarang, pertanyaan besarnya adalah, bagaimana asal-muasal terbentuknya alam semesta? Peristiwa apa yang mengusik ketenangan pada hari pertama (dalam sejarah terbentuknya alam materi) yang kemudian menjadi sumber terciptanya seluruh fenomena yang ada?
Apakah ledakan Big Bang yang pertama? Lalu, apa yang menjadi sumber ledakan atom-atom yang sama yang merupakan materi dasar? Bagaimana mungkin dalam keadaan yang benar-benar tenang dan sunyi, ledakan seperti itu terjadi begitu saja?
Di sini harus diakui bahwa sejumlah faktor luarlah yang menjadi sumber gangguan dan guncangan atas kesunyian yang yang membentang di awal sejarah alam semesta, yang kemudian menimbulkan gelombang materi tanpa kehidupan yang bersifat seragam, dan pada gilirannya mengambil bentuk berbagai jenis makhluk sebagaimana yang sekarang ada di dunia. Kita menyebut faktor supranatural (faktor luar) ini dengan nama “Allah.”
Tiga cara untuk membuktikan keberadaan Allah yang disebutkan di bawah ini merupakan subjek yang dibahas secara terperinci dalam buku-buku yang ditulis kalangan filosof ketuhanan (teosof). Terdapat hal menarik berkenaan dengan kitab suci al-Quran. Dalam kitab suci kita itu, tercantum sejumlah besar ayat yang dimaksudkan untuk memperkuat keimanan kepada Allah dengan mengedepankan argumen ilmiah.
Al-Quran yang suci dalam banyak ayatnya yang berkenaan dengan keesaan Allah, menunjukkan metode pembuktiannya dengan mempelajari sistem alam semesta. Itu dimaksudkan agar kita mau menyelidiki dan mencermati keberadaan sistem yang sangat mengagumkan ini. Adakalanya, studi tersebut mengarah pada pelbagai rahasia penciptaan langit.
Difirmankan, Dalam penciptaan langit dan bumi, dalam silih bergantinya siang dan malam, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (QS. AIi Imran: 190)
Dalam al-Quran, terdapat ratusan ayat tentang keesaan Tuhan dan pengenalan terhadap Allah, dengan mengarahkan perhatian pada ciptaan yang sangat menakjubkan dan keagungan alam semesta. Pelajaran tentang ayat-ayat tersebut dapat menjadi subjek pembahasan dalam sebuah buku tersendiri, di mana ilmu pengetahuan yang mengagumkan dan rahasia al-Quran yang suci dapat dibahas secara berbarengan.
Abul Qasim Khui, Menuju Islam Rasional