Kajian Islam
Hak Telinga
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mendeteksi dan mendengar berbagai macam suara, seperti suara tiupan angin, kicau burung, percakapan orang-orang di sekitar kita dan suara-suara lain yang menghibur telinga atau mengusik ketenangannya, namun apakah kita perlu menyimak setiap suara yang lewat di telinga kita?
Ada perbedaan antara mendengar dengan menyimak yang berarti mendengar secara khusus dan terpusat pada objek tertentu. Sebab, mendengar adalah pekerjaan di luar kehendak kita dan mencakup seluruh suara yang sampai ke telinga kita tanpa perlu mempelajarinya. Sementara menyimak adalah sebuah kegiatan nalar yang dilakukan atas kehendak dan keinginan kita serta membutuhkan konsentrasi.
Mendengar dengan baik merupakan sebuah seni dan keterampilan yang dibarengi dengan upaya menarik kepercayaan dan memahami lawan bicara. Tindakan ini akan membantu kita mengidentifikasi dengan baik liku-liku sisi kepribadian dan kejiwaan lawan bicara. Pada dasarnya, saat manusia menyimak dengan baik ucapan lawan bicaranya, saat itu ia telah membangun komunikasi yang baik dan efektif dengan orang lain.
Metode menyimak seperti ini akan mencegah munculnya sebagian besar kesalahpahaman. Karena, menyimak dengan baik merupakan keterampilan yang akan membantu kita memahami dengan benar dan tepat pembicaraan dan perasaan orang lain. Orang-orang yang mampu mempelajari keterampilan menyimak dengan baik akan mencapai banyak kesuksesan dalam hidupnya.
Poin penting lainnya adalah menyangkut hal-hal yang perlu kita dengar. Masalah ini memiliki dampak yang besar pada kepribadian, perilaku dan keyakinan batin seseorang. Imam Ali Zainal Abidin Sajjad as senantiasa menekankan kepada kita untuk menyimak perkataan yang baik dan berguna.
Sejatinya, Imam Sajjad as menilai hak telinga adalah menyimak hal-hal yang baik. Beliau berkata,
“Adapun hak telinga atas engkau adalah membersihkan dan menyucikannya serta tidak membuka pintu bagi setiap ucapan untuk merasuk ke hati, kecuali dengan mendengar ucapan yang baik dan berguna. Sebab, perkataan yang baik akan menciptakan kebaikan bagi hatimu atau mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Telinga adalah gerbang kata-kata menuju hati dan akan menyebabkan masuknya berbagai makna ke dalam hati.”
Berdasarkan ucapan Imam Sajjad as tersebut, telinga merupakan sarana untuk mendengar dan memahami pendapat dan pandangan orang lain serta dapat menjadi gerbang untuk menerima kebaikan atau keburukan. Lewat telinga, kita akan mengerti baik-buruknya perbuatan orang lain.
Selain itu, lewat telinga kita menimba ilmu dan sopan santun. Perkataan dan ucapan para guru dan pendidik akan memasuki hati jika kita menyimaknya baik-baik. Cara ini juga akan menambah ilmu dan makrifat kita. Allah Swt berfirman: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur. [QS. an-Nahl: 78]
Imam Ja’far Shadiq as juga mengajak manusia menjadikan pendengaran sebagai alat untuk mentransfer kebaikan, ilmu, dan makrifat ke lubuk hati. Imam Shadiq as berkata, “Mendengar perkataan yang baik dan berguna serta mengamalkan kebaikan akan membuka pintu surga bagi manusia.”
Risalah al-Huquq