Kajian Islam
Hak Orang yang Berbuat Baik
“Adapun hak orang yang berbuat baik kepadamu adalah bahwa engkau harus berterima kasih kepadanya, menyebut-nyebut kebaikannya, mengharumkan namanya dengan kata-kata yang baik dan mendoakannya dengan tulus. Jika engkau telah melakukan itu, berarti engkau telah melakukan kewajiban untuk berterima kasih kepadanya secara terbuka, maupun sembunyi. Jika memungkinkan, balaslah kebaikannya dengan tindakan. Jika tidak, nantikan saat yang tepat untuk membalas kebaikannya.”
Dalam diri manusia terdapat fitrah berupa keinginan untuk membalas orang-orang yang memperlakukannya dengan baik. Jika sebagian orang tidak bertindak demikian, itu karena sifat-sifat jahat yang telah mereka peroleh, yang menghalangi berperilaku alami tersebut yang ada dalam diri mereka. Mereka yang telah menerima pendidikan yang layak dan telah mencapai karakteristik Islam memperkuat kecenderungan batin ini untuk mengimbangi perbuatan baik yang dilakukan untuk mereka dan selalu menunggu kesempatan untuk membalas secara langsung pada orang-orang yang telah berbuat kebaikan kepada mereka.
Imam Ali Zainal Abidin as telah menguraikan dengan jelas langkah-langkah untuk berbuat demikian sebagai berikut,
- Anda harus berterima kasih padanya.
- Anda harus mengakui kebaikannya dan menyebarkan berita baik di sekitar tentangnya.
- Anda harus tulus berdoa untuknya.
- Anda harus membalasnya dengan perbuatan, jika Anda bisa. Jika tidak, Anda harus bertekad melakukannya kelak.
Kebaikan dan Kejahatan Tidak Sama
Al-Quran mengajarkan kita bahwa kebaikan dan kejahatan itu tidak: Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia. (QS. Fushshilat: 34)
Adalah wajar bahwasanya kita harus berbuat baik dalam menanggapi orang-orang yang berbuat baik kepada kita. Dalam ayat ini, kita membaca bahwa kita harus memperlakukan orang-orang yang berbuat jahat kepada kita dengan kebaikan. Ini akan memiliki efek yang besar dan akan menarik mereka kepada kita.
Apabila engkau diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa) Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. (QS. an-Nisa: 86)
Saling memberikan salam dalam bentuk apa pun adalah cara paling mendasar untuk saling mengekspresikan kebaikan satu sama lain. Namun, kita juga bisa menjumpai dalam hadis bahwasanya bentuk-bentuk praktis untuk mengekspresikan kebaikan juga merupakan bagian dari memberikan salam.
Imam Muhammad Baqir as dan Imam Ja’far Shadiq as keduanya berkata, “Apa yang dimaksud dengan memberikan salam adalah ungkapan verbal dari salam dan setiap bentuk praktis lainnya untuk mengekspresikan kebaikan.”
Dalam hadis lain di Manaqib kita membaca, seorang budak pelayan membawakan bunga untuk diberikan kepada Imam Hasan as. Imam as membalas kebaikannya dengan memerdekakan dirinya dari belenggu perbudakan. Ketika ditanya mengapa, Imam as membacakan ayat berikut.
Apabila engkau diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik darinya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. (QS. an-Nisa: 86)
Imam Hasan as kemudian menambahkan, “Memerdekakannya merupakan salam yang lebih sopan”
Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa persembahan dengan salam yang lebih sopan ini menjadi ketetapan umun yang meliputi bentuk salam lisan dan fisik.
Risalah al-Huquq