Kajian Islam
Hak atas Diri (Jiwa)
Imam Ali Zainal Abidin as mengatakan, “Adapun hak diri Anda adalah Anda menggunakan seluruh wujud diri Anda dalam menaati Allah Swt. Karena itu, tunaikanlah hak lidah Anda, hak telinga Anda, hak mata Anda, hak tangan Anda, hak kaki Anda, hak perut Anda dan hak kemaluan Anda. Dan mintalah pertolongan kepada Allah dalam menunaikan hak-hak tersebut.”
Oleh karena itu, kita harus menghormati hak-hak bagian tubuh kita yang Allah anugerahkan kepada kita supaya kita menghormati diri kita sendiri. Kita harus mencari pertolongan Allah untuk berbuat demikian.
Makna Diri Seseorang
Al-Quran berfirman: ….Keluarkanlah nyawamu. Pada Hari ini engkau dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena engkau selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) engkau selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat Nya. (QS. al-An’am: 93)
Sebagian peneliti menganggap diri adalah yang mengimplikasikan jiwa kita. Yang lain menganggapnya bermakna pemikiran kita atau hati kita seperti dalam al-Quran surat berikut ini,
… Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Mahapengampun lagi Mahapenyantun. (QS. al-Baqarah: 235)
Kita juga bisa melihat makna ini dalam ayat berikut, …maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib. (QS. al-Maidah: 116)
Di bagian lain ‘diri’ juga dipakai dalam konteks alami sebagaimana dalam ayat berikut, … Dan Allah memperingatkan engkau terhadap diri (akan siksa). Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu). (QS. Ali Imran: 28)
Di bagian lain, ‘diri’ digunakan untuk menunjuk tubuh fisik kita, yang membutuhkan makanan, air, dan udara untuk bisa hidup. Sekali ini semua dihentikan dari tubuh, tubuh akan binasa. Syaikh Thabarsi menafsirkan bahwa ada banyak makna untuk ‘diri, yaitu ruh, fitrah manusia, kadang dipakai untuk menunjukkan bahwa kita menekankan pada sesuatu. Misalnya, pemakaian diri untuk mengimplikasikan ruh yang dijumpai dalam ayat berikut ini,
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. al-Baqarah [2]:9)
Diri dalam Pandangan al-Quran
Sebagaimana dikatakan oleh Syekh Thabarsi, kata ‘nafs’ yang berarti diri’ dipakai untuk makna ‘ruh’ atau jiwa’ seperti bisa kita baca dalam ayat berikut,
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya, maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Alloh bogi kaum yang berpikir. (QS. az-Zumar: 42)
Contoh lain di mana diri’ dipakai dalam arti jwa dijumpai dalam ayat berikut ini,
Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikit pun, dan (begitu pula) tidak diterima syafaat dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong. (QS. al-Baqarah [2]:48)
Di bagian lain, ‘diri’ dipakai untuk mengimplikasikan jiwa atau hati kita sebagaimana dalam ayat berikut,
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai. (QS. al-A’raf: 205)
Mereka berkata, “Jika dia mencuri maka sesungguhnya, telah pernah mencuri pula saudaranya sebelum itu.” Maka Yusuf menyembunyikan kejengkelan itu pada dirinya dan tidak menampakkannya kepada mereka. Dia berkata dalam hatinya). “Kamu lebih buruk kedudukanmu (sifat-sifatmu) dan Allah Mahamengetahui apa yang engkau terangkan itu.” (QS. Yusuf: 77)
Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika engkau orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat (QS. al-Isra: 25)
Risalah al-Huquq