Kajian Islam
Azali dan Abadinya Allah Swt
Apabila wujud itu merupakan “akibat” dan membutuhkan wujud lain, maka (jika tak ada wujud lain) wujudnya niscaya tiada, sehingga tentunya tidak lagi mewujud. Artinya, jika wujud itu sirna pada momen tertentu, maka itu menunjukkan ketergantungan (faqr)nya, membutuhkan yang lain, dan menunjukkan dirinya sebagai wujud kontigen (mumkin al-wujud). Mengingat wujud itu niscaya ada (Wajib al-Wujud) dengan sendirinya dan tidak membutuhkan selainnya, maka Dia abadiy al-wujud (wujud-Nya abadi dan azali). Dari uraian tersebut, kita dapat menetapkan dua sifat pada wujud niscaya ada (Wajib al-Wujud).
- Pertama, wujud niscaya ada (Wajib al-Wujud) bersifat azali, yakni tidak didahului ketiadaan.
- Kedua, Dia abadi, yakni tidak akan tersentuh ketiadaan selama-lamanya. Terkadang kedua sifat ini disederhanakan dalam sifat Sarmadi.
Berdasarkan penjelasan ini, setiap sesuatu yang didahului ketiadaan, atau menyimpan kemungkinan menjadi sirna walaupun hanya sekejap, dapat dipastikan bukanlah wujud niscaya ada (Wajib al-Wujud). Dengan demikian, jelaslah kemustahilan asumsi wujud niscaya ada (Wajib al-Wujud) pada perkara material.
Muhammad Taqi Mishbah Yazdi, Iman Semesta, Merancang Piramida Keyakinan