Ikuti Kami Di Medsos

Kajian Islam

Anugerah Allah pada Khalifah-Nya

Sesuai hikmah Allah Swt, terkadang khalifah-Nya yang dijadikan pemimpin umat serta penyampai kitab dan syariat-Nya, mampu mendatangkan bukti yang menunjukkan kebenaran dakwahnya. Dalam syariat Islam, bukti ini dikenal dengan ‘mukjizat’. Dinamakan demikian, karena umat manusia tidak mampu mendatangkan yang serupa dengannya. Sebagaimana dalam al-Quran, Allah Swt menceritakan sebagian mukjizat kedua rasul-Nya, Musa dan Isa as.

Berkenaan dengan Nabi Musa as, Allah Swt berfirman: Kemudian ia melemparkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat menjadi ular yang nyata. Dan ia mengeluarkan tangannya, maka seketika tangan itu menjadi putih bercahaya [terlihat] oleh orang-orang yang melihatnya… Dan Kami wahyukan kepada Musa, “Lemparkanlah tongkatmu!” Maka tiba-tiba tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan… dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka memancarlah darinya dua belas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. (QS. al-A ‘raf: 107, 108, 117, dan 160)

Allah Swt juga berfirman dalam surah asy-Syu‘ara’: Maka Musa melemparkan tongkatnya, yang tiba-tiba berubah menjadi ular yang nyat.a Kemudian ia menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu. Lalu Kami wahyukan kepada kepada Musa, “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu!” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (QS. asy-Syu‘ara’: 32, 45, dan 63)

Allah Swt telah menceritakan mukjizat yang dianugerahkan pada Nabi Isa bin Maryam as dalam surah alMaidah: Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkanmu dengan Ruhul Kudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan [ingatlah] di waktu Aku mengajarkan kepadamu kitab, hikmah, Taurat, dan Injil, [ingatlah pula] di waktu kamu membentuk dari tanah [suatu bentuk] yang berupa burung dengan izin- Ku, kemudian kamu meniup kepada-nya, lalu bentuk itu menjadi burung [yang sebenarnya] dengan izin-Ku. Dan [ingatlah] waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan izin-Ku, dan [ingatlah] di waktu kamu mengeluarkan orang yang mati dari kubur [menjadi hidup] dengan izin-Ku. (QS. al-Maidah: 110)

Dalam surah Ali Imran, disampaikan ucapan Nabi Isa as yang bersabda:

“Dan aku menghidupkan orang yang mati dengan seizin Allah,  dan aku memberitahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu.” (QS. Ali Imran: 49)

Dalam surah al-Anbiya, diceritakan mukjizat yang diberikan pada Nabi Dawud dan Sulaiman as, dua washî-Nya. Dalam ayat tersebut, Allah Swt berfirman:

Dan Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud… Dan [telah Kamu tundukkan] untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berembus dengan perintah-Nya… Dan Kami telah tundukkan [pula kepada Sulaiman] segolongan setan yang menyelam [ke dalam laut] untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain dari itu. (QS. al-Anbiya: 79, 81, dan 82)

Bukan suatu keharusan bagi Allah Swt untuk menganugerahkan mukjizat kepada seluruh Imam. Sebagaimana tidak pernah diceritakan bahwa Dia telah memberikan pada Hud, Luth, dan Syu‘aib mukjizat-mukjizat yang pernah diberikan-Nya kepada Musa, Isa, Dawud, dan Sulaiman as. Begitu pula sebagian rasul tidak memiliki kesempatan untuk menegakkan hukum secara adil di tengah umat manusia. Sebagaimana Nabi Musa as dan Nabi Muhammad saw.

Maka, khilâfah dan imâmah identik dengan ketetapan Allah Swt untuk memilih seseorang yang menyampaikan Kitab dan agama-Nya. Namun keduanya tidak harus disertai dengan memegang tampuk kekuasaan di tengah masyarakat atau mendatangkan mukjizat. Atas dasar ini, khalifah Allah adalah figur yang berperan sebagai penyampai [sesuatu] dari Allah Swt. Semua itulah arti “khalifah Allah” menurut pandangan al-Quran.

Arti khalifah Rasulullah saw juga sering digunakan dalam hadis, misalnya, “Ya Allah, rahmatilah para khalifahku (pengganti-ku), rahmatilah para khalifahku, rahmatilah para khalifahku!”

Beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, siapakah para penggantimu?”

Beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang datang setelahku dengan meriwayatkan hadis dan sunahku.”

Sayyid Murtadha Askarî, Syiah dan Ahli Sunnah

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *