Akidah
Tauhid Menurut Lisan Suci Rasulullah saw
“Segala puji bagi Allah yang Maha Esa sejak awal, Yang Maha Agung sejak azali dengan Ilahiah-Nya dan Mahabesar dengan kebesaran clan kekuasaan-Nya. Dia memulai ciptaan-Nya tanpa contoh sebelumnya. Tuhan kami Yang Mahaqadim, dengan kelembutan rububiyyah dan ilmu-Nya, Dia membelah ketiadaan. Dengan kesempurnaan kekuasaan yang diciptakan-Nya.
Dengan cahaya pagi, Dia membelah waktu subuh. Tidak ada yang dapat mengganti dan mengubah ciptaan-Nya. Tidak ada yang dapat mengomentari hukum-Nya. Tidak ada yang dapat menolak perintah-Nya. Tidak ada tempat untuk mcncegah seruan-Nya. Tidak akan lenyap kekuasaan-Nya. Tidak akan terputus masa-Nya. Dia yang ada sejak awal dan akan selalu abadi. Yang tersembunyi dengan cahaya-Nya bagi makhluk-Nya di ufuk yang tinggi, kemuliaan yang agung, dan kerajaan yang besar.
Dia lebih tinggi di atas segala sesuatu namun lebih dekat dari segala sesuatu. Dia sangat jelas bagi makhluk-Nya, namun tidak terlihat. Dia berada di tempat tertinggi. Dia menginginkan kekhususan dengan tauhid, karena Dia tertutup cahaya-Nya, berada dalam ketinggian-Nya, dan tersembunyi dari makhluk-Nya.
Dia mengirim kepada mereka, rasul-rasul-Nya untuk menjadi hujjah yang kokoh atas makhluk-Nya dan agar rasul-rasul-Nya menjadi saksi atas mereka. Dia mengirim para nabi kepada mereka sebagai pemberi kabar gembira clan pemberi peringatan, supaya orang celaka atas dasar kejelasan dan agar orang hidup atas dasar kejelasan, untuk memberitahu manusia apa yang tidak diketahui mereka tentang Tuhannya, agar mereka mengakui rububiyya-Nya setelah mengingkari dan mengesakan-Nya dari tuhan-tuhan yang lain setelah menentang-Nya.”
*Syaikhul Islam, Shaduq, meriwayatkan pidato ini di dalam kitab at-Tauhid, bab kedua, dari Muhammad bin Hasan, dari Shaffar dan Sa’d bin Abdullah, keduanya dari Ahmad bin Muhammad bin Isa dan dari Haitsam bin Abi Masruq Hindi dan Muhammad bin Husain bin Abu Khathab, mereka semua dari Hasan bin Mahbub, dari Amr bin Abil Miqdam, dari Ishaq bin Ghalib, dari Abu Abdillah as, dari ayahnya, dari ayah-ayahnya as yang berkata, “Rasulullah saw mengatakannya pada sebagian pidatonya.”
Petikan pidato di atas juga diriwayatkan dalam ‘Ilal asy-Syarayi, juz pertama, ‘illah (sebab), dengan jalan periwayatan yang sahih.
Madinah Balaghah