Ikuti Kami Di Medsos

Akidah

Taqiyah dan Filosofinya

Mazhab Syiah meyakini bahwa jika berada di tengah lingkungan kaum fanatik, keras kepala, dan tidak bisa diajak berpikir rasional, sehingga akan membahayakan keselamatan jika menampakkan akidah yang dianut, sementara itu tak ada manfaat berarti yang dapat diperoleh dengan menampakkan akidahnya, dalam situasi seperti ini seseorang harus menyembunyikan akidahnya dan menyelamatkan diri. Sikap semacam ini disebut taqiyah, yang berlandaskan pada dua ayat al-Quran dan dalil rasional.

Pertama, berkaitan dengan seorang mukmin dari keluarga Fir’aun. Al-Quran menegaskan: Dan seorang mukmin dari keluarga Fir’aun yang menyembunyikan imannya berkata, “Apakah kalian akan membunuh seseorang yang berkata Allah adalah Tuhanku padahal ia telah membawakan kalian kebenaran-kebenaran dari Tuhan kalian.” (QS. Ghafir: 28)

Kalimat yaktumu imanah, menyembunyikan imannya, jelas-jelas menegaskan masalah taqiyah. Maka apakah bijaksana jika mukmin dan keluarga Fir’aun itu terang-terangan menyatakan imannya, padahal dapat membahayakan keselamatannya? Selain itu tidak ada manfaat yang dapat diperolehnya.

Kedua, berkaitan dengan sekelompok pejuang mukmin pada masa awal Islam yang hidup di tengah kaum musyrikin fanatik. Kepada mereka, Allah Swt memerintahkan taqiyah dengan firman-Nya: Orang-orang beriman tidak boleh menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin-pemimpin mereka dengan meninggalkan orang-orang beriman. Barangsiapa melakukan itu, maka putus hubungannya dengan Allah kecuali jika ada sesuatu yang kamu takuti dari mereka. (QS. Ali Imran: 28)

Definisi taqiyah adalah menyembunyikan keyakinan atau akidah di hadapan lawan yang fanatik dan keras kepala, yang dapat membahayakan keselamatan diri, harta, dan kehormatannya, di samping tidak ada hasil memadai yang dapat diraih. Dalam keadaan seperti ini seseorang tidak boleh mencelakakan dirinya dan menyia-nyiakan potensinya. Ia harus menjaganya untuk digunakan pada kondisi yang diperlukan. Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Taqiyah itu tamengnya mukmin.” (Wasail asy-Syiah)

Ungkapan bahwa taqiyah adalah tameng merupakan perumpamaan yang sangat menarik. Ungkapan itu menggambarkan bahwa taqiyah adalah alat pertahanan diri menghadapi lawan.

Dalam catatan sejarah telah populer bahwa sahabat Ammar bin Yasir bertaqiyah di hadapan kaum musyrik dan mendapatkan pembenaran dari Nabi Muhammad saw.  Selain itu, apa yang biasa dilakukan para serdadu saat berperang, melawan musuh, seperti  bersembunyi dan menyimpan rahasia perang, pada dasamya merupakan bagian dari taqiyah yang lazim terjadi dalam kehidupan manusia.

Secara umum, taqiyah adalah menyembunyikan sesuatu yang apabila menampakkannya dapat berakibat buruk dan dapat mencelakakan diri, di samping tidak diperoleh sesuatu hasil yang memadai.  Sikap seperti ini logis sekali dan dibenarkan syariat. Bukan saja orang Syiah yang melaksanakannya, tapi seluruh Muslimin, bahkan seluruh orang berakal, yaitu ketika itu diperlukan.

Karenanya, amat mengherankan jika ada sebagian pihak menganggapnya khas Syiah kemudian menjadikannya sasaran tembak terhadap Mazhab Syiah. Padahal masalahnya sangat jelas, bahwa taqiyah berakar pada al-Quran dan sunah, diamalkan para sahabat, dan dibenarkan seluruh  orang berakal.

Ayatullah Nasir Makarim Syirazi, Konsep Akidah Syiah Imamiyah

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *