Ikuti Kami Di Medsos

Akidah

Pentingnya Wilayah dalam Islam

Wilayah dalam Islam memiliki peran penting dan fundamental. Dalam berbagai riwayat, wilayah disebut sebagai salah satu fondasi penting Islam. Imam Baqir as berkata, “Islam dibangun di atas lima fondasi; shalat, zakat, puasa, haji dan wilayah. Islam tidak pernah menyeru manusia kepada sesuatu seperti ketika ia menyeru mereka untuk berwilayah.”

Dalam riwayat lain, Zurarah berkata, “Aku bertanya kepada Imam Baqir as, ‘Manakah yang paling utama di antara lima hal ini?’ Beliau menjawab, ‘Wilayah lebih utama dibanding lainnya, karena ia adalah kunci empat fondasi lain. Wali adalah pembimbing manusia kepada empat perkara tersebut.’” (Al-Kafi, jil. 1, hal. 18)

Makna wilayah adalah mengurus dan memegang perkara orang lain. Kata wali disematkan kepada orang yang memegang perkara seseorang atau lebih, seperti wali anak kecil atau wali orang gila. Kata “wali” juga diambil dari akar kata ini. Pemimpin, walikota atau gubernur juga disebut dengan wali karena mereka memegang urusan warga dan warga harus menaati perintah pemimpin mereka. Dengan makna ini, Nabi saw juga disebut memiliki wilayah atas umatnya, karena beliau memegang urusan dan kuasa atas mereka.

Allah berfirman: Nabi lebih utama dibandingkan orang-orang beriman dalam mengurus segala hal yang berkaitan dengan mereka. (QS. al-Ahzab: 6)

Kata mawla juga berasal dari akar kata yang sama. Sebab itu, dalam permulaan khutbah Ghadir, Rasulullah saw bersabda, “Bukankah aku lebih utama dibanding kalian dalam urusan-urusan kalian?”  Orang-orang menjawab, “Ya, benar.”  Lalu beliau bersabda, “Barang siapa yang menjadikanku sebagai pemimpinnya (mawlahu), maka Ali adalah pemimpinnya.”  (Al-Bidayah wa an-Nihayah, jil. 5, hal. 229)

Para sahabat terkemuka seperti Umar bin Khaththab juga hadir dalam peristiwa Ghadir dan menyaksikan penobatan Imam Ali as sebagai pemimpin, juga memahami makna di atas. Maka itu, ia berkata kepada Imam Ali as, “Selamat kepadamu wahai Ali, engkau telah menjadi pemimpin bagi setiap pria dan wanita beriman.”  (Al-Bidayah wa an-Nihayah, jil. 5, hal. 229)

Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa wilayah adalah sebuah kedudukan eksekutif, bukan  sekadar kedudukan suci semata.

Ayatullah Ibrahim Amini, Alfabet Islam

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *