Berita
Surat Imam Hasan Askari kepada Ishaq Naisaburi Mengenai Hujah Allah
Semoga Allah menutupi [kekurangan] kami dan engkau dengan penutup-Nya, dan semoga Dia menjadi pelindungmu dalam seluruh urusanmu. Aku memahami isi suratmu. Semoga Allah memberi rahmat kepadamu. Dengan memuji Allah dan atas segala nikmat-Nya, kami adalah keluarga yang selalu mengasihi para pencinta kami dan merasa gembira dengan kebaikan dan karunia Ilahi yang datang terus-menerus kepada mereka dan kami memperhitungkan setiap nikmat yang Allah Swt anugerahkan kepada mereka.
Wahai Ishaq! Semoga Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada orang-orang sepertimu, yaitu mereka yang dirahmati-Nya dan diberi penglihatan oleh-Nya. Semoga Allah menyempurnakan nikmat-Nya dengan menetapkan kalian sebagai orang-orang yang masuk surga. Setiap nikmat, betapa pun besar dan berharganya, ucapan syukurnya adalah dengan memuji Allah Swt yang sungguh suci nama-nama-Nya, dan aku katakan bahwa setinggi-tingginya pujian yang diucapkan para pemuji selamanya hanya untuk Allah yang telah mengaruniakan rahmat-Nya kepadamu dan telah menyelamatkanmu dari kebinasaan serta memudahkan jalanmu dalam melewati rintangan. Demi Allah! Sungguh, ini adalah rintangan yang sulit, susah dilewati dan penuh kesusahan, yang disebutkan dalam kitab-kitab langit sebelumnya. Engkau, pada masa Imam sebelumnya hingga wafatnya dan pada masaku, mempunyai catatan yang tidak terpuji dalam pandanganku dan tidak mempunyai taufik yang lurus.
Wahai Ishaq! Ketahuilah dengan yakin bahwa barang siapa keluar dari dunia ini dalam keadaan buta, di akhirat pun dia buta dan lebih sesat lagi. Wahai Ishaq! Yang dimaksud bukanlah buta mata lahir, tetapi buta mata hati yang ada di dalam dada. Sebagaimana Allah Swt menceritakan dalam kitab-Nya tentang perkataan orang yang zalim pada Hari Kiamat, Dia (orang yang zalim) berkata, “Wahai Tuhanku! mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat.?”
Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami dan kamu mengabaikannya, jadi begitu pula pada hari ini kamu diabaikan” (QS. Thaha: 125-126). Ayat (tanda kebesaran Allah) mana yang lebih besar daripada hujah Allah atas makhluk-Nya, orang kepercayaan-Nya di negeri-Nya dan saksi-Nya di tengah hamba-hamba-Nya setelah para nabi (para datuk mereka yang pertama, dan para wasi) para datuk mereka yang terakhir? Semoga salam, rahmat dan berkah Allah tercurah pada mereka (Dengan begitu, tidak mengenal Imam pada masanya, yang merupakan tanda kebenaran terbesar, menyebabkan kebutaan pada Hari Kiamat)…………..
Balasan bagi orang seperti ini, dari kalangan kamu (kaum muslim) maupun selain kalian, tidak lain adalah kehinaan dalam kehidupan dunia dan siksa yang kekal di akhirat. Demi Allah! Sungguh ini adalah kehinaan yang besar. Sesungguhnya Allah Swt dengan karunia dan rahmat-Nya telah mewajibkan beberapa kewajiban atas kamu. Bukan karena Dia membutuhkanmu, tetapi semata-mata karena Dia sayang kepadamu. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Supaya Dia memisahkan yang buruk dari yang baik, menguji apa yang ada dalam dadamu, serta menyucikan apa yang ada dalam hatimu. Supaya engkau berlomba-lomba dalam meraih rahmat-Nya dan supaya engkau mempunyai kedudukan yang utama di surga. Allah telah mewajibkan kepada kalian haji, umrah, mendirikan salat, mengeluarkan zakat, puasa dan ber-wilayah, dan telah membukakan pintu bagi kalian untuk dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban dan memberikan kunci kepada kalian untuk menuju jalan-Nya. Sekiranya tidak ada Muhammad dan keturunannya yang menjadi penggantinya, niscaya kalian menjadi seperti binatang ternak yang tidak mengetahui satu pun kewajiban, Apakah bisa masuk ke selain dari pintunya. Ketika Allah Swt menganugerahkan karunia kepada kalian dengan menetapkan para Imam sepeninggal nabi kalian, Dia berfirman, Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu (QS. aI-Maidah: 3).
Allah menetapkan hak-hak yang dimiliki para wali-Nya (para Imam) pada kalian dan memerintahkan kalian untuk menunaikannya, supaya semua yang kalian miliki menjadi halal, baik istri, harta, makanan, dan minuman kalian. Allah Swt berfirman, Katakanlah [Muhammad], “Aku tidak meminta kepada kalian sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kecintaan kalian pada keluarga dekatku” (QS. al-Syura: 23). Ketahuilah! Siapa yang kikir [dalam menunaikan hak ini], sesungguhnya dia telah kikir kepada dirinya sendiri. Sungguh, Allah Mahakaya dan kalian orang-orang yang butuh. Tidak ada tuhan kecuali Dia. Sungguh panjang pembahasan tentang hak-hak kalian dan kewajiban-kewajiban yang ada pada pundak kalian.
Sekiranya Allah tidak ingin menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian, tentu kalian tidak akan melihat tulisanku dan tidak akan mendengar perkataan dariku setelah Imam sebelumnya meninggal, sementara kalian berada dalam kelalaian dari urusan akhirat kalian dan setelah aku mengangkat Ibrahim bin Abdah untuk kalian, dan mengirim surat kepada kalian melalui Muhammad bin Musa Naisaburi. Sungguh Allah tempat meminta dalam segala keadaan. Jangan sekali-kali kalian melalaikan Allah karena niscaya kalian termasuk orang-orang yang merugi. Kebinasaan dan jauh dari rahmat Allah bagi orang yang berpaling dari ketaatan kepada Allah dan tidak mau menerima nasihat-nasihat para waIi-Nya.
Sungguh Allah telah memerintahkan kalian untuk taat kepada-Nya, kepada Rasul-Nya dan Ulil Amri. Semoga Allah mengasihi ketidakmampuan dan kelalaian kalian, dan memberi kalian kesabaran dalam urusan kalian. Betapa manusia lalai kepada Tuhannya yang Mahamulia. Sekiranya batu yang keras memahami sebagian dari yang tertulis dalam surat ini, niscaya ia terpecah-pecah karena cemas dan takut kepada Allah, dan kembali taat kepada-Nya. Kerjakanlah apa saja yang engkau inginkan, “…maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada [Allah] Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. at-Taubah: 105). Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, selawat dan salam semoga tercurah kepada Muhammad dan keluarganva seluruhnya.
Thuhaf al-Uqul, Jil 2, halaman ke-465