Berita
Solusi atas Berbagai Masalah Prinsipal Pandangan Dunia (1/2)
Tatkala seseorang berusaha mencari solusi atas berbagai persoalan prinsipal pandangan dunia dan berusaha mengenal dasar-dasar agama yang benar, ia akan menghadapi beberapa pertanyaan, yaitu: pertama, cara apakah yang harus ia tempuh untuk memecahkan persoalan tersebut? Kedua, jalur apa saja yang tersedia untuk memperoleh pengetahuan yang sahih? Ketiga, manakah jalur yang harus dipilih untuk memperoleh pengetahuan itu?
Macam-macam Pengetahuan
Pengetahuan manusia –dari satu sudut pandang– dapat dibagi menjadi empat macam:
1. Pengetahuan Indrawi. Seseorang akan memperoleh pengetahuan ini melalui panca indranya, tentunya tanpa menafikan peran khas akal dalam proses perolehan itu. Pengetahuan ini biasanya digunakan di berbagai cabang ilmu empirik seperti: Fisika, Kimia, Biologi.
2. Pengetahuan Rasional. Pengetahuan ini tersusun dari konsep-konsep abstraktif (mafahim intiza’iyah) yang disebut juga dengan konsep sekunder (ma’qulat tsanawiyah). Dalam hal ini, akal mempunyai peranan utama untuk memperolehnya, walaupun dalam kondisi umumnya digunakan juga indra dan eksperimen dalam proses abtraksi konsep atau dalam membentuk premis-premis analogis. Ruang lingkup pengetahuan rasional ini adalah Logika, Filsafat, Matematika.
3. Pengetahuan Tekstual. Pengetahuan ini memiliki peran sekunder karena ketergantungannya pada pengetahuan sebelumnya, yaitu pengetahuan tentang sumber informasi yang tepercaya (otoritas) dan diperoleh melalui informasi orang yang jujur. Misalnya, pengetahuan para pemeluk agama yang mereka peroleh dari ucapan para pemuka agama. Bisa jadi keyakinan mereka yang diperoleh dari
pengetahuan tekstual (ta’abbudi) ini lebih kokoh dibandingkan dengan keyakinan yang mereka peroleh melalui indera dan eksperimen.
4. Pengetahuan Hudhuri atau Syuhudi. Berbeda dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya, pengetahuan ini terkait langsung dengan wujud objeknya (ma’lum), tanpa melalui perantara gambaran konseptual di benak (mafhum dzihni), serta bebas dari kekeliruan. Akan tetapi, sebagai mana hal itu dijelaskan pada tempatnya, pengetahuan hudhuri ini biasanya disertai oleh penafsiran konseptual empunya. Maka, kekeliruan amat mungkin terjadi pada penafsiran yang menyertai pengetahuan ini.
Macam-macam Pandangan Dunia
Berdasarkan macam pengetahuan di atas tadi, pandangan dunia mengenai penciptaan alam semesta ini dapat dibagi menjadi empat macam pula:
- Pandangan dunia empiris; yaitu pandangan universal seputar wujud yang diperoleh melalui data-data empiris.
- Pandangan dunia falsafi; yang diperoleh melalui analisis rasional dan penalaran akal.
- Pandangan dunia agama; yang diperoleh dari jalur kepercayaannya pada para pemimpin agama dan pada ucapanucapan mereka.
- Pandangan dunia irfani (gnostik); yang diperoleh melalui jalur kasyf (penyingkapan) dan syuhudi (penyaksian batin).
Selanjutnya, yang perlu dicermati ialah, apakah persoalan-persoalan mendasar di dalam pandangan dunia dapat dipecahkan oleh empat jalur pandangan di atas ini ataukah tidak?
Jelas, bahwa pertanyaan ini mendahului penimbangan atas keunggulan satu di atas lainnya.
Mengingat jangkauan pengetahuan empirik itu terbatas pada fenomena-fenomena alam materi, kita tidak mungkin dapat mengetahui dasar-dasar pandangan dunia mengenai penciptaan alam semesta dan mengatasi berbagai persoalan yang bersangkutan hanya mengandalkan data-data pengetahuan tersebut. Sebab, persoalan-persoalan semacam ini di luar jangkauan ilmu-ilmu empiris. Ilmu empiris manapun tidak berbicara seputar masalah-masalah tersebut, baik menafikan ataupun menetapkannya. Sebagai contoh, kita tidak mungkin dapat menetapkan ataupun –na’udzu billah- menafikan wujud Allah melalui penelitian di laboratorium.
Pengalaman indrawi tidak mampu menilai ada tiadanya sesuatu di luar lingkaran materi. Karenanya, pandangan dunia empiris (sesuai dengan penjelasan yang lalu atas istilah “pandangan dunia”) tiada lain adalah fatamorgana dan tidak dapat dikatakan sebagai pandangan dunia mengenai wujud dan alam semesta dalam arti yang sebenarnya. Maksimalnya, ia dapat disebut sebagai “pengetahuan tentang alam materi”. Dan, pengetahuan semacam ini tidak mampu menuntaskan persoalan-persoalan mendasar dalam pandangan dunia.
Bersambung….
Ayatullah Taqi Misbah Yazdi