Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Sambutan Perwakilan Kepolisian Republik Indonesia dalam Peluncuran Buku Manifesto ABI

Ormas Islam Ahlulbait Indonesia menyelenggarakan peluncuran buku “Manifesto ABI” sekaligus seminar bertema “NKRI, Berpancasila atau Berislam” di Ruang GBHN, Gedung Nusantara V, MPR/DPR/DPD RI  pada Rabu, 13 Maret 2019.

Disusunnya buku Manifesto ABI menurut Habib Hassan Alaydrus, Ketua Umum DPP Ahlulbait Indonesia dalam sambutannya sebelum acara seminar dimulai bahwa diterbitkannya buku Manifesto ABI untuk mengenalkan dan menjelaskan siapa kami (Syiah Ahlulbait red), karena seringkali komunitas Ahlulbait Indonesia disalahpahami, karena itu dibuatlah manifesto ini agar supaya terlihat jelas dan tidak samar, kalau sesudah ini masih ada tuduhan dan serangan terhadap kami maka kami menghimbau kepada sesama anak bangsa untuk duduk bersama, kita sebagai anak bangsa untuk tidak bertindak kontraproduktif yang membuat langkah kita menjadi mundur.

“Kami sering disebut sebagai kelompok minoritas tetapi kami tidak pernah merasa minoritas. Doktrin keagamaan kami yang berasal dari Sayidina Ali mengatakan bahwa manusia hanya terbagi menjadi dua kelompok saudara, yakni saudara dalam iman dan saudaraan dalam kemanusiaan.” Ujar beliau menutup sambutannya.

Perwakilan kepolisian Republik Indonesia, Direktorat Bimas Metro Jaya Jajang Hasan Basri yang turut hadir mewakili kepolisian Republik Indonesia menyampaikan, keberadaan Ahlulbait Indonesia yang baru 10 tahun tentu masih terbilang muda tetapi untuk sebuah ormas yang terpenting adalah kontribusinya yang sudah diberikan untuk bangsa. Akhir-akhir ini menjelang pemilu, kita melihat sangat memprihatinkan yang hanya karena dua paslon, seolah Muslimin terbagi dua kelompok, masyarakat, habaib dan semua juga ikut terbagi dua. Acara ini adalah ide untuk deklarasi pemilu damai. Besok, usai pencoblosan 17 April 2019 harus ada deklarasi damai untuk persatuan kedua pendukung calon pemimpin dan saling bermaaf-maafan. Barangkali ABI bisa memprakarsai deklarasi damai usai pemilu untuk sama-sama berdamai, bahwa kita satu saudara sebangsa, satu tanah air setelah sebelumnya sudah dikotori dengan hoax, saling memfitnah, saling membenci dan memusuhi.

Pasca Reformasi butir-butir pancasila pernahkah diimplementasikan kembali ke dalam kehidupan kita, karena penjabaran butir-butir Pancasila bisa jadi bias kalau ditafsirkan masing-masing kelompok. Negara Indonesia adalah negara hukum, tetapi masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama, dan Pancasila sudah sangat tepat untuk bangsa Indonesia yang masyarakatnya beragam. (aba haidar)

 

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *