Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Nestapa Warga Syiah Sampang, 7 Tahun Mengungsi di Negeri Sendiri

Warga Syiah Sampang yang terusir dari kampungnya. [foto Antara News]

Genap 7 tahun pengungsi Syiah Sampang tinggal di penampungan di Rusun Pusat Pasar Agrobisnis (Puspa Agro), Jemundo, Sidoarjo. 26 Agustus 2012 tragedi itu terjadi, penyerangan terhadap penganut Muslim Syiah di Sampang, Madura yang berakhir dengan duka. Dua orang tewas, puluhan lainnya terluka dan puluhan rumah dibakar. Ratusan orang terusir dari kampung halamannya. Penyerangan tersebut dilakukan pada saat warga melaksanakan “Lebaran Ketupat”, ritual yang biasa dilaksanakan warga Madura seminggu setelah merayakan Idul Fitri. Hingga kini sekitar lebih dari 300 orang masih berada di pengungsian. Mereka berharap bisa kembali lagi ke kampung halaman, bekerja lagi sebagai petani dan menjalani kehidupan secara normal seperti hari-hari sebelumnya.

Keadaan warga Muslim Syiah Sampang di Rusun Jemundo [foto okezone]

Media ABI mewawancarai langsung via panggilan telephone tokoh Syiah Sampang, Iklil Almilal selaku wakil koordinator pengungsi Sampang terkait nasib mereka yang kini yang sudah 7 tahun berada di pengungsian, berikut wawancaranya.

Upaya apa saja yang sudah dilakukan untuk mencari jalan pulang?.

Sampai detik ini kami tetap berusaha, bahkan sampai kemarin kami juga menempuh jalan kekeluargaan, kami mendatangi para Kyai di Madura untuk memberikan jalan supaya kami bisa pulang ke kampung halaman, Walaupun kami tahu itu cukup sulit tapi saya tidak berputus asa, yaitu dengan bersilaturahmi mendatangi Kyai-kyai, sanak famili.

Baca: Setelah Enam Tahun Pengungsi Sampang

Bagaimana progres pemerintah dalam menangani masalah ini?.

Tanggapan pemerintah sepertinya susah untuk pemulangan dalam kurun waktu setahun atau dua tahun ke depan untuk para pengungsi bisa pulang sulit terlaksana, jadi pemerintah tetap dalam kebijakannya untuk para warga yang terusir dari kampungnya untuk tetap tinggal sementara yaitu pengungsian. Dari pihak pemerintah daerah mengatakan untuk jangka waktu yang pendek sepertinya tidak segampang itu untuk bisa pulang karena ada banyak yang harus dipertimbangkan, tidak semudah membalikan telapak tangan.

Baca Harapan Pengungsi Syiah Sampang pada Gubernur Jatim Terpilih

Kami sudah meminta supaya dimanusiakan sebagai warga negara yang memiliki hak-hak untuk hidup bebas dan layak tetapi responnya tetap yaitu menawarkan tinggal di rusun sementara yang layak. Walaupun mereka tahu penerimaan masyarakat Sampang sudah lebih dari 70 persen menerima kepulangan kami, tetapi masalahnya bukan di masyarakatnya tetapi di kalangan elitnya yang masih belum bisa menerima kepulangan kami.

Madura ini berbeda dengan wilayah lain, jadi walaupun masyarakat sekitar sudah menerima, pemerintah mempersilahkan tetapi harus melalui pertimbangan elit Kyai di kampung tersebut. Kyai dan tokoh masyarakat mempunyai kekuasaan sendiri-sendiri yang tidak boleh dicampuri pihak lain jadi cukup sulit untuk menyelesaikan. Dan mau tidak mau pemerintah harus mengikuti, dan pemerintah juga katakanlah memiliki hitung-hitungan sendiri untuk mendapatkan dukungan secara politik dari ulama, pesantren. Jadi untuk penyelesaian ini harus dengan ‘rembukan’ secara adat Madura, dan kami terus lakukan itu. Kalau untuk mengharap pemerintah rasa-rasanya sulit karena mereka akan hitung-hitungan dulu.

Baca Warga Syiah Sampang yang di Pengungsian Berhak Memilih di Kampungnya

Bagaimana kondisi properti rumah  saat ini di kampung yang ditinggalkan?

Kalau rumah dari laporan teman-teman yang pulang sebentar untuk menengok ya keadaanya masih ada yang terawat karena dihuni saudaranya tetapi sebagian besar sudah gak ada, kan rumah dari total 82 yang terbakar hanya tersisa beberapa yang masih tersisa cuma sudah dimakan rayap karena terbuat dari kayu. Keadaannya sangat memprihatinkan karena gak ada yamg merawat.

Alhamdulillah, kemarin lebaran Iduladha teman-teman pulang sejenak untuk menjenguk sanak saudara respon penerimaan masyarakat sangat baik seperti dulu sewaktu belum berkonflik.

Apa saja kegiatan pengungsi selama 7 tahun di rusun?.

Kegiatan mereka ya bekerja, menjadi buruh kasar, bekerja apa pun yang ada, karena kan mereka mempunyai keluarga yang harus dipenuhi kebutuhannya, membiayai pendidikan anak-anak mereka. Bekerja di sekitaran rusun. Kegiatan mengaji untuk anak-anak tetap setiap sore. Secara umum kegiatan kami rutin kalau malam membaca doa-doa seperti tawasul dan lain sebagainya.

Baca KontraS Surabaya: Pemerintah belum Temukan Solusi Pemulangan Pengungsi Syiah Sampang

Untuk pendidikan alhamdulillah untuk tahun ini sudah ada PAUD yang bekerja sama dengan NU, dan untuk SD sudah mendapatkan ijazah yang diakui pemerintah karena bekerjasama dengan Muslimat NU. Untuk SMP dan SMA ada bebarapa yang masuk sekolah umum.

Bagaimana sikap warga masyarakat di sekitar rusun terhadap para pengungsi?.

Dari awal kami berada di sini mereka cukup baik terhadap kami, untuk sesama penghuni rusun kalau ada kegiatan kami saling undang, semisal kayak kegiatan 17 agustusan kemarin kami mengadakan acara tujuhbelasan bersama di sini. Alhamdulilah kehidupan kami sehari-hari dengan penyewa rusun ya kayak kehidupan kami sehari-hari di kampung, sangat baik.

Baca Kumpulan Berita Terkait Pengungsi Sampang

Apakah warga pengungsi masih punya keinginan kuat untuk pulang ke kampung halaman?.

Kalau keinginan kami untuk pulang kembali ke kampung halaman adalah harga mati, bukan kami mau adu-adu kekuatan, atau sok jago-jagoan, tidak! tetapi kami tidak ingin mewarisi permusuhan, perselisihan sesama anak negeri.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *