Berita
Melaknat dalam Alquran dan Hadis
Sebagaimana akhlak Nabi Saw adalah Alquran, maka setiap Muslim harus menginternalisasikan Alquran dalam dirinya. Ia harus memuliakan orang yang dimuliakan Alquran. Ia harus merendahkan orang yang direndahkan Alquran. Ia harus berdoa buat orang yang didoakan Alquran. Ia harus melaknat orang yang dilaknat Alquran. Kata “la’nat” dengan berbagai derivasinya disebut 41 kali dalam Alquran. Di antara orang yang harus dilaknat adalah: Yang menyakiti Rasulullah Saw dan yang memfitnah mukminin dan mukminat,
Yang memfitnah (menuduh) berzina, Sesungguhnya orang-orang yang menuduh (berzina) perempuan-perempuan yang baik-baik, yang tidak pernah terpikir melakukan kekejian lagi beriman, mereka dilaknat di dunia dan di akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. (QS. Al-Nûr [24]: 23)Selain dilaknat, penuduh atau pembuat fitnah itu tidak boleh diterima kesaksiannya seumur hidupnya dan dicambuk delapan puluh (80) kali menurut syariat Islam.
Dan orang-orang yang menuduh (berbuat zina) perempuan-perempuan yang baik-baik dan tidak mendatangkan empat orang saksi maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Nûr [24]: 4)
Orang-orang yang memutuskan silaturrahim, Bukankah apabila kamu berkuasa kamu berbuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan. Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah dan ditulikannya telinga mereka dan dibutakannya mereka. (QS. Muhammad [47]: 22-23; lihat juga QS. Al-Ra’d [13]: 25)
Para pembohong, …Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada para pendusta. (QS. li ‘lmrân [3]: 61)
Orang-orang zalim, …Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Mereka itu balasannya ialah bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya. (QS. li ‘Imrân [3]: 86-87; lihat juga QS. Al-A’râf [7]: 44)
Itulah sebagian dan ayat-ayat yang melaknat mereka yang mempunyai sifat yang patut dilaknat, apa pun agama atau mazhabnya.
Di samping hadis-hadis yang menunjukkan sifat-sifat orang yang dilaknat, Rasulullah Saw memberikan contoh melaknat orang-orang tertentu. Ia secara tegas menyebut nama-nama mereka dalam laknatnya itu. Yang dilaknat Rasulullah Saw:
Rasulullah Saw bersabda, “Ada tiga orang yang dilaknat Allah swt: orang yang berpaling dari kedua orang tuanya; orang yang mengadu domba di antara suami isteri sehingga mereka bercerai kemudian ia menggantikannya, dan orang yang menyebarkan berita fitnah di antara kaum mukmin sehingga mereka saling membenci dan saling mendengki.” (1)
Rasulullah Saw bersabda,
“Aku melaknat enam orang yang dilaknat Allah dan semua Nabi diperkenankan (doanya): yang menambah-nambah kitab Allah, yang mendustakan ketentuan Allah, yang menentang sunnahku, yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan keluargaku, yang berkuasa dengan sewenang-wenang, sehingga memuliakan orang yang direndahkan Allah dan me-rendahkan orang yang dimuliakan Allah, yang menyalahgunakan harta kaum muslimin, dan yang menghalalkannya.” (2)
Rasulullah Saw bersabda,
“Allah melaknat seorang fakir yang merendahkan dirinya di hadapan orang kaya karena hartanya. Barang siapa melakukan hal itu hilanglah sepertiga agamanya.” (3)
Selain itu, Rasulullah Saw juga memberikan contoh (sunnah) dalam melaknat bahkan terhadap yang kita pandang sekarang sebagai sahabat Nabi. Ketika mereka memperoleh kekuasaan, ada sahabat yang cari muka dengan membuat hadis palsu bahwa laknat Nabi Saw tersebut jadi pembersih bagi dosa-dosa mereka. Bersumber dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi Saw pernah bersabda,
“Ya Allah, sesungguhnya aku telah membuat perjanjian di sisi-Mu yang Engkau tidak akan membiarkan aku mengingkarinya. Aku hanyalah manusia biasa. Maka mukmin mana pun yang aku sakiti, aku caci maki, aku laknat atau aku pukul, maka jadikanlah ia sebagai salat, zakat, dan pendekatan yang dengan hal itu untuk mendekatkan diri kepada-Mu pada hari kiamat nanti.” (4)
Al Tirmidzi mencatat bahwa Rasulullah Saw pernah melaknat Abu Sufyan, Al-Harits bin Hisyam, dan Shafwan bin Umayyah. (5)
Abdullah berkata, “Aku sedang berada di masjid ketika Marwan berkhutbah. Ia berkata, ‘Sesungguhnya Allah Swt telah memberi kepada Amirul Mukminin, Muawiyah, pandangan yang baik tentang Yazid. Ia ingin mengangkatnya sebagai khalifah sebagaimana Abu Bakar dan Umar pernah melakukannya (istikhlâf).’ Abdurrahman bin Abu Bakar berkata, ‘Tradisi Heraklitus? Sungguh, Abu Bakar, demi Allah, tidak menyerahkannya kepada anaknya atau salah seorang di antara keluarganya. Sedangkan Muawiyah melakukannya karena sayang dan ingin memberikan anugerah kepada anaknya.’ Marwan berkata, ‘Bukankah kamu yang dimaksud Alquran sebagai orang yang berkata kepada orang tuanya ‘cis bagi kalian’ (QS. Al-Ahqâf [46]: 17). Abdurrahman berkata, ‘Bukankah kamu anak orang terkutuk. Rasulullah Saw melaknat bapakmu. ’Aisyah berkata, ‘Hai Marwan. Demi Allah, ayat itu tidak turun kepada Abdurrahman, tapi ayat ini turun untuk ayahmu Janganlah kamu menaati setiap tukang sumpah (palsu) yang hina, yang banyak mencela, yang ke sana ke mari menyebar fitnah, yang melarang perbuatan baik, melampaui batas dan banyak berbuat dosa. (QS. Al-Qalam [68]: 10-12).’”
Rasulullah Saw pernah melaknat Al-Hakam bin Abi Al-’Ash, ayah Marwan, ketika Marwan berada dalam sulbinya. Engkau adalah pecahan laknat Allah. (6)
Dalam riwayat lain, ‘Aisyah berkata kepada Marwan, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda kepada bapakmu dan kakekmu, Abu Al-’Ash bin Umayyah, kalian adalah al-syajarah al-mal’ûnah” (pohon terkutuk) dalam Alquran.” (7)
Siapakah Marwan? Marwan adalah anak Al-Hakam. Siapakah Al-Hakam? Ketika Rasulullah Saw masih berada di Mekkah, Al-Hakam adalah tetangga Nabi yang paling banyak mengganggu dan menyakiti hati Nabi Saw. Setelah kemenangan Mekkah, Ia masuk Islam dan hijrah ke Madinah. Dalam majlis, ia sering mencemooh Nabi dan belakang dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Nabi Saw memergokinya dan menyumpahinya, “Allahumma ij’al bihi wazaghan.” Ya Allah, jadikan dia terus bergoyang.
Sejak itu, ia bergelar si wazagh, tukang goyang, sampai mati. Ketika Rasulullah Saw berada di tengah-tengah keluarganya, si wazagh itu sering melanggar “privacy” keluarga Nabi Saw, mengintip dan menyebarkan berita keji tentang diri Nabi. Kata Abu ‘Umar, “Kana yufsyi ahaditsa Rasulillah Saw fa la’anahu.” Ia menyebarkan berita keji tentang Rasulullah Saw. Lalu Nabi melaknatnya. Beliau mengusir si wazagh dan anaknya ke luar kota Madinah. (8)
Pada suatu hari Imam Ali memergoki Al-Hakam sedang mengintip Nabi Saw. Ia menjewer kedua telinganya dan menjatuhkannya di hadapan Nabi Saw. Nabi Saw melaknatnya tiga kali seraya bersabda, “Orang ini akan mengkhianati Kitab Allah dan sunnah NabiNya. Dari sulbinya akan keluar fitnah yang asap kelabunya akan sampai ke langit.” (9)
Setelah Rasulullah Saw wafat, pada zaman pemerintahan Abu Bakar dan Umar, Utsman mendesak agar Marwan dan bapaknya dikembalikan lagi ke Madinah. Kedua khalifah itu berkata (berikut ini ucapan Umar), “Wayhak, ya Utsman!” (Celaka kamu, hai Utsman). Kamu bicara untuk orang yang dilaknat Rasulullah Saw dan diusirnya, musuh Allah dan musuh RasulNya.
Pernah Al-Hakam meminta izin untuk berjumpa dengan Rasulullah Saw. Ia bersabda,
“Suruh dia masuk, laknat Allah baginya dan bagi keturunan yang keluar dari sulbinya, kecuali orang mukmininnya. Tetapi betapa sedikitnya mereka. Dia dan keturunannya adalah pelaku tipu daya, pengkhianat, akan diberi dunia tetapi di akhirat ia tidak memperoleh bagian.”
Baca juga Fakta Sejarah dan Keadilan Sahabat
Dari sulbi Al-Hakam lahir Marwan dan keturunan Bani Umayyah, yang disebut dalam Alquran sebagai “al-syajarah al-mal’ûnah”. Marwan diangkat menjadi gubernur Madinah pada 42 H. Karena setiap gubernur waktu itu menjadi imam salat, Marwan memulai kebiasaan baru. Sebelum salat, ia memberikan kultum (kuliah tujuh menit) untuk melaknat Imam Ali dan keluarganya.
Karena itu, Imam Hasan hanya masuk ke mesjid setelah ikamah. Tetapi, saking senangnya memaki keluarga Nabi Saw, ia memaksa Imam Hasan untuk datang ke mesjid untuk mendengarkan makiannya.
Kelak, menjelang Asyura, Marwan bermaksud untuk menangkap Imam Husain dan memaksanya berbaiat kepada Yazid. Dari cengkeraman Yazid lah, Imam Husain berangkat ke Mekkah. Memang, dan perilaku dan sifat-sifatnya, tukang sumpah palsu, penyebar fitnah, pembuat tipu daya, pemaki, yang berjalan ke sana kemari menyebar namimah. Marwan dan Al-Hakam layak untuk dilaknat Nabi Saw. Kalau kita mengaku mengikuti sunnah Nabi Saw, maka sangat aneh kalau kita keberatan melaknat orang-orang yang perilakunya seperti Marwan. Kita takut, tampaknya hanya pelanjut tradisi Marwan yang akan keberatan menjalankan sunnah Nabi Saw dalam melaknat. Na’udzu billah min dzalik.
Teladan Para Imam Ahlul Bait
“Ya Allah, laknatlah orang-orang yang mengubah nikmatMu, yang menentang agamaMu, yang mebenci titahMu,-orang yang mengubah nikmat-Ya Allah, dan yang menyimpangkan jalanMu, yang mentang RasulMu, dan yang menyimpang jalanMu.
2“Ya Allah laknatlah mereka dengan laknat setiap malaikat yang dekat, setiap Nabi yang diutus, setiap hamba beriman yang diuji hati mereka. Ya Allah laknatlah mereka dalam setiap yang terselubung dan nyata. ”
“Ya Allah, laknatlah berhala dan tiran umat ini, yang berbuat sewenang-wenang atas umat ini. Ya Allah, laknatlah pembunuh Amirul Mukminin dan Al-Husein, dan siksalah mereka dengan siksa yang belum pernah ditimpakan atas seorang pun…” (Al-Kulaini, Al-Kâfî, juz 4, h. 571, bab Ziarah Qabr Abu Abdillah)
(Dikutip dari Buku “Syiah Menurut Syiah” Tim Penulis Ahlulbait Indonesia)
Catatan kaki
- Al-Muttaqi Al-Hindi, Kanz Al-’Ummâl fi Sunan Al-Aqwâl wa Al-Af’âl, juz 16, h. 58, hadis 43930, cet. 5, Muassasah Al-Risalah, Beirut, Lebanon, 1985 M (1405 H).
- Syaikh Al-Shaduq, Al-Khishâl, juz 1, bab 6, hadis 41, h. 338, Muassasah Al-Nasyr Al-Islami, Qom, Iran, 1402 H. Al-Majlisi, Bihâr Al-Anwâr, j. 35, juz 69, h. 132.
- Al-Muttaqi Al-Hindi, Kanz Al-’Ummâl fi Sunan Al-Aqwâl wa Al-Af’âl, juz 3, h. 230, hadis 6288, cet. 5, Muassasah Al-Risalah, Beirut, Lebanon, 1985 M (1405 H).
- Shahîh Muslim, h. 1283, hadis 6514, kitab Al-Birr wa Al-Shilah wa Al-Adab, bab Man La’anahu Al-Nabiyy. Bandingkan dengan hadis-hadis sebelumnya dalam bab tersebut.
- Al-Tirmidzi, Jâmi’ Al-Tirmidzi, h. 479, hadis 3004, Bait Al-Afkar Al-Dawliyyah, Riyadh, Saudi Arabia, TT.
- Ahmad bin Hanbal, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal, juz 11, h. 71, hadis 6520, cet. 1, Muassasah Al-Risalah, Beirut, Lebanon, 1996 M (1416 H). Al-Nasa’i, Kitâb Al-Sunan Al-Kubrâ, juz 10, h. 257, cet. 1, Muassasah Al-Risalah, Beirut, Lebanon, 2001 M (1421 H). Al-Albani, Silsilah Al-Ahâdîts Al-Shahîhah, j. 7, h. 719, hadis 3240, cet. 1, Maktabah Al-Ma’arif, Riyadh, Saudi Arabia, 2002 M (1422 H). Al-Suyuthi, Al-Durr Al-Mantsûr fî Tafsîr bi Al-Ma’tsûr, juz 13, h. 328, cet. 1, Markaz li Al-Buhuts wa Al-Dirasat Al-’Arabiyyah wa Al-Islamiyyah, Kairo, Mesir, 2003 M (1424 H).
- Al-Suyuthi, Al-Durr Al-Mantsûr fî Tafsîr bi Al-Ma’tsûr, juz 9, h. 392, surah Al-Isra’ 60.
- Ibnu Al-Atsir, Usud Al-Ghâbah fî Ma’rifah Al-Shahâbah, juz 2, 33-5.
- Al-Muttaqi Al-Hindi, Kanz Al-Ummâl, juz 11, h. 165-6, hadis 31060.