Berita
#MaknaHaji: Pesan Terakhir [2]
Sebelumnya #MaknaHaji: Pesan Terakhir [1]
Herannya, semua Nabi Penerus Ibrahim yang memproklamirkan monoteisme dan keadilan -para ahli waris Habil yang sah selama periode pertama ketika manusia masih hidup bersama- semuanya adalah penggembala Nabi kita Muhammad saw, Rasul yang terakhir, adalah seorang penggembala di Gararit.
Tidak ada seorang nabi pun yang tidak pernah menjadi penggembala. Dan menurut tradisi Kabil, anak-anaknya yang merupakan ‘Serigala’, ‘Rubah’, dan ‘Tikus’, telah mencoba semampu mereka di sepanjang sejarah untuk menggembalakan anak-anak Habil (umat manusia) seperti kambing yang digembalakan melalui penindasan, indoktrinasi dan despotisme. Inilah sebabnya mengapa adakalanya pada periode waktu yang berbeda -bukannya seorang filsuf, orang berpendidikan atau kepala pusat peradaban, lembaga pendidikan, masyarakat ilmiah atau tempat ibadah- yang memimpin, justru seorang penggembala atau seorang tuna aksara dari jantung gurun pasir yang tiba-tiba muncul dan meninggalkan gembalaannya untuk menjadi pemimpin dan membebaskan para korban kekuasaan Kabil. Mereka muncul membawa tongkat untuk memukul kepala orang-orang yang mengaku sebagai “Tuhan penguasa bumi”.
Sekarang kita dapat menghayati keindahan dari makna firman Allah dalam Alquran:
Sesungguhnya Kami mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan Timbangan supaya manusia dapat melaksanakan keadilan dan Dia menciptakan besi yang memiliki kekuatan hebat dan banyak manfaatnya bagi umat manusia. (Q8. al-Hadid: 25)
Karena itu dalam sejarah, apabila muncul seorang rasul dari tengah masyarakat untuk melaksanakan misinya, atau apabila seseorang yang bertanggung jawab tampil untuk menegakkan keadilan dan menyeru umat manusia untuk bersatu, memperjuangkan keadilan, dan menyadari apa yang tengah terjadi di dalam masyarakatnya, maka kekuatan-kekuatan yang berkuasa akan berupaya keras membunuhnya atau membunuh karakternya; selama satu generasi atau lebih para pembunuh tersebut akan menyatakan‘ belasungkawa dan menjadi ahli waris misinya dan menerima tampuk kepemimpinannya.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak dan membunuh oran-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maha beritahukanlah mereka tentang siksaan yang pedih. (Q8. Ali Imran: 21)
Namun, jika sang nabi memenangkan pertempuran, maka untuk sementara mereka menghentikan upaya penentangannya, berganti posisi dan menutupi wajah mereka dengan topeng. Ini dilakukan hanya agar pada saatnya setelah satu generasi dapat menggantikan sang nabi dan mewarisi kitab serta pedangnya.
- Ada satu Kabil dengan tiga wajah, tujuh warna kulit, tujuh puluh topeng, tujuh ribu nama dan tujuh puluh ribu muslihat.
- Ada satu Kabil sang pembunuh yang telah membunuh saudaranya.
- Ada satu Kabil sang pemilik dan semua manusia dimiliki olehnya.
- Ada satu Kabil sang penguasa dan semua orang adalah hambanya.
- Ada satu Kabil yang menciptakan permusuhan di antara dua saudara.
- Ada satu Kabil yang mengubah dua hal yang sama menjadi tidak sama. Ia membagi manusia menjadi dua ras,menggolongkan masyarakat menjadi dua kelas, menciptakan dua kutub sejarah, dan mengubah keesaan menjadi dualitas. Alquran menggunakan istilah istikbar (memandang hina) untuk menggambarkan perbuatan yang menjadikan manusia lemah dan rentan terhadap serangan.
- Ada satu Kabil yang melakukan perbuatan istikbar dari tiga basis dengan menggunakan tiga anaknya: Melalui kekerasan: despotisme, politik, Fir’aun. Melalui pertumpahan darah: Eksploitasi, Ekonomi, Karun. Melalui penipuan: Indoktrinasi, Agama, Balam yang memiliki tiga wajah (atau kekuatan) adalah golongan yang berkuasa.
Ada satu Kabil yang mengubah keesaan menjadi Trinitas. Ia menggunakan berbagai pendekatan: secara terbuka atau diam-diam, iman atau kafir, keesaan atau trinitas, anarki atau hukum, kediktatoran atau demokrasi, perbudakan atau kemerdekaan, feodalisme atau borjuisme, agama atau sains, spiritualisme atau intelektualisme filsafat atau sufisme; kebahagiaan atau penderitaan, beradab atau biadab, regresi atau progresi, idealisme atau materialisme, Kristen atau Islam, Ahlusunah atau Syiah.
Wajah-wajah ini silih berganti. Engkau bisa saja menendang keluar pintu wajah-wajah itu namun akan masuk lagi melalui jendelamu. Misalnya, perbudakan ditentang tapi sang majikan berganti wajah menjadi seorang Tuan Feodal dan si budak menjadi seorang petani. Feodalisme dikalahkan oleh revolusi besar yang berhasil, tapi ia berubah wajah menjadi kapitalisme dan petani menjadi pekerja pabrik.
Dengan pertolongan Allah SWT, Musa as menenggelamkan Fir‘aun di Sungai Nil, mengubur Karun dan menggunakan tongkatnya untuk melawan para tukang sihir. Tak lama kemudian, Fir’aun yang sudah tenggelam di Sungai Nil muncul kembali di Sungai Jordan, ia menyebut dirinya Syam’un dan mengaku sebagai pengganti Musa as seraya membawa tongkat Musa sebagai ganti cambuk. Para tukang sihir Fir’aun menjadi anak-anak Harun dan sahabat-sahabat Musa. Mereka membawa Al-Kitab sebagai pengganti tali-tali sihir di tangan mereka. Balam menjadi pemimpin spiritual. Karun memegang perbendaharaan dan menjadi kepercayaan bangsa tauhid. Ketiganya (Fir‘aun, Balam, dan Karun) saling membantu dalam menggelapkan Palestina sebagai ‘tanah yang dijanjikan’. Bangsa Mesir kuno sekarang disebut Israelis baru.
Kemudian muncullah Isa as Ia menghapuskan agama Yahudi dan meruntuhkan Kekaisaran Romawi. Namun kaisar mengganti namanya menjadi Paus, rabi-rabi Yahudi digantikan oleh rahib-rahib Kristen, senat-senat Romawi kuno menjadi pendeta dan kardinal Vatikan, istana disebut gereja dan Jupiter mengambil nama Jesus.
Kemudian tampillah Muhammad saw, Kaisar dan Raja Persia dikalahkan, pendeta dan Mubed (pendeta Zoroaster) ditolak dan para aristokrat Persia serta Arab tidak lagi diakui. Namun kemudian, kaisar dan raja digantikan oleh khalifah, pendeta dan mubed menjadi imam dan qadhi, kelas-kelas sosial Zoroaster (Dehganan, Aswaram, Kmedaran, Aristokrat, Feodal) disebut sebagai sahabat-sahabat, manusia yang terhormat dan mulia. Kekaisaran Romawi dan Kerajaan Persia berganti nama menjadi khalifah Rasul Tuhan, pembantaian-pembantaian diberi label sebagai aksi jihad, barang jarahan dianggap sebagai zakat, dan penderitaan manusia dipandang sebagai kehendak Tuhan.
Keluarga Nabi Muhammad saw ada yang dibunuh, dipenjarakan, atau diasingkan. Hak untuk melanjutkan kenabiannya tidak diindahkan. Keluarga Abu Sufyan dan kaum Abbasiyah menjadi pengganti-penggantinya Ali bin Abi Thalib as. dengan tulus berusaha mengikuti dan mendukung sunah Muhammad saw. Ali as dan Pengikutnya menentang kekhalifahan selama 250 tahun dan mereka semua mati syahid. Para pengikut mereka yang setia menentang tradisi-tradisi bodoh dan aristokrasi para khalifah. Mereka mengorbankan hidupnya untuk menumbangkan rezim-rezim yang zalim dan menindas. Imamah dan adalah (keadilan), dipilih sebagai slogan-slogan partai mereka. Tiba-tiba, sang khalifah menjadi seorang Syiah dan Raja Safawi memangku jabatan pemimpin Syiah, Rumah khalifah menjadi istana raja dan seterusnya!.
Di Eropa, revolusi sains mengalahkan gereja. Sains menggantikan kedudukan agama. Sekolah-sekolah teologi lama diubah menjadi universitas-universitas. Kaum spiritual dibuang ke sudut tempat ibadah oleh para saintis. Balam meninggalkan gereja dan tampil di universitas. Revolusi Perancis melenyapkan feodalisme tapi Karun yang dikalahkan di kampungnya bergegas menuju kota dan mendirikan sebuah bank. Meskipun Fir’un dipenggal oleh kapak guillotine dan dikubur di Istana Wersa, namun melalui pemilihan yang demokratis ia dihidupkan kembali dengan dukungan uang Karun dan sihir Balam. Dé Gaulle datang memegang tampuk kekuasaan.
Kita tidak akan pernah membuang saudara-saudara sepupu kita, anak-anak Kabil yang selalu saling mendukung. Jika engkau mengalahkan yang satu dengan cara mencengkram tangannya, maka yang kedua akan berusaha membelimu dengan uang. Jika upaya ini gagal, maka yang ketiga akan memperdayamu dengan mengatasnamakan agama. Jika semua cara ini tidak berhasil, maka mereka akan berusaha mengejar tujuannya dengan menggunakan sains, seni, filsafat, atau ideologi. Dan, jika salah satu cara ini berjalan efektif, mereka akan terpaksa mengambil jalan berduka cita, menangis, meratap, berdoa atau hanya mengusahakan agar pikiranmu sibuk, sehingga engkau tidak akan mengerti apa yang sedang terjadi.
Mereka akan membuat engkau percaya bahwa sejarah bertanggungjawab atas semua kesalahan dan kebencian yang ada, dan bahwa semua kecintaan hanya untuk akhirat. Jika tidak satu pun pendekatan ini berhasil, mereka mengubahmu menjadi seorang “konsumen gila” yang membelanjakan semua penghasilanmu untuk hidup bermewah-mewahan. Akibatnya, engkau terus-terusan bergelimang hutang dan bekerja sepanjang hari tanpa hasil apa-apa. Inikah yang disebut sebagai “kehidupanmu”?’ -bekerja dan kerja lembur agar mendapat lebih banyak kesenangan, dan sekaligus membunuh dirimu sendiri sepanjang siang dan malam padahal tetap saja ketinggalan beberapa tahun.
Nilai-nilai dan kemerdekaan manusia semuanya dikorbankan demi menjalani kehidupan yang mewah. Kesenangan dan kemudahan, hidup dijual untuk membeli kemewahan. Sepanjang hidup engkau dalam ketcrgesaan dan kecemasan sedemikian rupa, sehingga engkau tidak punya waktu untuk berhenti dan berpikir. Bahkan engkau tak punya kesempatan untuk mengerti apa yang sedang terjadi. Dan akhirnya, jika tak satu pun usaha mereka berhasil, dilakukanlah propaganda seks, jazz, ‘terbang’ dengan heroin, mariyuana, dan seribu cara lainnya. Cara apa pun, sekalipun salah, akan digunakan untuk terus menyibukkan perhatianmu, mencegahmu dari memikirkan tentang kondisimu hari ini, dan menjerumuskanmu ke dalarn kesesatan pada saat engkau beragama ataupun tidak.
Kita adalah ‘anak-anak yatim’ sejarah. Manusia-manusia yang malang dan tertindas di atas bumi ini. Kita, putra-putra dari Habil yang terbunuh, adalah orang-orang yang beriman kepada Tuhan dengan sebenar-benarnya iman.
Kita adalah para putra Adam as yang menunjukkan sifat-sifat luhur, menjunjung persaudaraan, mencintai persamaan, mewakili kesucian manusia, dan mewakili gambaran monoteisme, persatuan dan perdamaian yang sejati.
Kita adalah kenangan dari sebuah zaman ketika hanya ada satu masyarakat yang makan pada ‘meja alam’ yang sama. Namun semua ini terkubur setelah bapak kita, Habil, mati dibunuh. Karena tipu daya dan pengkhianatan darahnya mengalir. Dia menjadi korban yang tak berdosa dari kapitalisme (ketamakan Kabil untuk memiliki).
Hasrat untuk menuntut balas kepada kabil menjadi harapan dan keinginan yang senantiasa ada dalam hati. Dengan tidak sabar kita menunggu munculnya seorang nabi yang akan menolong kita. Monoteisme adalah obor harapan kita, dan panji kenabian yang diusung di atas pundak-pundak penggembala sepanjang sejarah.
Mereka memindahkan panji ini dari tangan ke tangan dan dari generasi ke generasi. Panji tersebut diserahkan dari Habil kepada Ibrahim as, dari Ibrahim as kepada Muhammad saw, dari Muhammad saw kepada Husain as, dan dari Husain as ke setiap penjuru dan setiap hari ‘sampai hari akhir, hari pengadilan. Panji tersebut menuju revolusi keadilan yang mengglobal, memimpin para korban penindasan dan para pewaris termiskin di muka bumi. Panji diserahkan dari tangan ke tangan dan menorehkan sebuah ‘garis merah’ di atas bumi. Sebaliknya, panji kaum kafir yang menandakan kekejaman, kebodohan, dan sifat haus darah telah berpindah tangan dari tangan-tangan ketiga tuhan palsu.
Iman dan kafir bukanlah akibat fanatisme atau tiadanya persatuan, bukan pula sebagai imajinasi sederhana dari seorang Sufi atau perdebatan seorang filsuf. Panji tersebut dimaksudkan untuk membimbing manusia ke jalan kedewasaan, dan evolusi yang benar jangan sampai tersesat atau menyimpang. Makna dari dua kata ini sangatlah jelas dan perbedaannya sejelas perbedaan antara ‘keadilan’ dan ‘ketidakadilan’. Penjelasan lain apa pun selain ini adalah salah dan menyesatkan karena hanya bermaksud untuk membingungkan dan menipu kita. Hati-hatilah jangan sampai terpedaya oleh kepalsuan, karena di sepanjang sejarah yang telah penuh dengan kemunafikan, hanya anak-anak Habil sajalah yang berhak untuk berbicara tentang keadilan dan keimanan. Bahkan mereka tidak bisa membicarakan bapak mereka yang mati dibunuh. Untuk mengetahui kisah tentang Habil dan anak-anaknya, simak sajalah apa kata Alquran, hanya Alquran, bukan kata orang-orang yang ingin bcrbicara atas nama mereka.
Karena sebagian dari keturunan Kabil menjadi penafsir Alquran, maka engkau harus membaca Alqurannya sendiri dan pahamilah apa yang dikatakannya, karena ia adalah satu-satunya dokumen yang telah diselamatkan dari penyelewengan mereka (keturunan Kabil). Dengarkanlah Alquran untuk mempelajari kisah dari umat manusia dan makna dan kenabian.
Manusia adalah umat yang satu, yang memiliki kesamaan. Tuhan mengutus para rasul untuk memperingatkan kaum munafik yang sengaja menghalang-halangi keadilan dan menyebabkan penindasan. (QS. al-Baqarah: 213)
Peringatan ini tidak dipedulikan karena ada beberapa perbedaan pendapat yang sederhana atau karena prasangka. Ini dilakukan secara sengaja dan bukan karena keecemburuan. Dengarlah secara langsung firman-firman Allah SWT yang menjelaskan mengapa Ia mangangkat para nabi dan mengutus mereka kepada kita.
Sesungguhnya Kami mengutus rasul-rasul kami dengan bukti yang nyata dan bersama mereka Kami menurunkan Kitab dan timbangan (keadilan) agar manusia dapat melaksanakan keadilan. (QS. al-Hadid: 25)
bersambung….
Ali Syariati