Berita
#MaknaHaji: Pesan Terakhir [1]
sebelumnya #MaknaHaji: Serangan-serangan Pasca Iduladha
Aksi-aksi haji membawakan pesan yang disampaikan Alquran dalam untaian kata-kata. Sebelum menunttaskan ibadah haji engkau dianjurkan untuk membaca seluruh Alquran paling sedikit sekali dan mengambil pelajaran dari surah terakhimya. Mengapa surah yang terakhir?
Kata-kata penutup dari surah Alquran yang terakhir memperingatkan adanya ‘bahaya’, sementara aksi terakhir dari ibadah haji adalah ‘menembak’. Di penghujung ibadah haji engkau harus menembak ketiga berhala sedangkan di penghujung Alquran engkau ‘menolak ketiga kekuatan itu’. Pada babak terakhir ibadah haji, seorang Muslim diperingatkan akan adanya ‘bahaya’, dan pada surah terakhir Alquran ia diperingatkan akan adanya sebuah ‘kejahatan’.
Herannya, kalau Alquran ada akhirya tapi kejahatan tiada perah berakhir; kenabian berakhir tapi bahaya yang mengancam masih langgeng. Dua surah terakhir Alquran berbicara tentang ‘berlindung dari kejahatan’ dan juga memperingatkan Muhammad Saw sebagai Nabi tauhid yang terakhir dan yang menyempurnakan kenabian Ibrahim as. Dua hari terakhir ibadah haji harus dihabiskan di Mina. Di mana engkau hars bertempur, dan tempat Allah memberi peringatan kepada Ibrahim, manusia yang memulai kenabian ini.
Dan engkau, wahai pengikut tradisi Ibrahim as dan Muhammad saw, engkau harus memahami ‘kode-kode’ dan tidak hanya mengikuti aksi-aksinya. Ke mana engkau akan pergi setelah dari Mina? Sebelum kita meninggalkan Mina menuju kampung halaman, marilah kita duduk dan membaca dua surah terakhir Alquran untuk menemukan bahaya apa yang diperingatkan oleh Nabi kita saw yang telah menang melawan bahaya tersebut. Mari kita dengarkan wahyu-wahyu ini agar kita mengetahui dari bahaya apa Allah menyuruh rasulnya mencari perlindungan.
Katakanlah (wahhai Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai fajar. Dari kejahatan yang ditimbulkan makhluknya. Dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir. Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.” (QS. al-Falaq: 1-5).
Yang dimaksud Allah dalam surah ini adalah orang-orang asing dan musuh-musuh tak dikenal yang asing bagimu dan negerimu. Engkau harus memerangi mereka. Sebagaimana dalam kegelapan malam, di mana segala sesuatu tidak jelas gelapnya kejahatan dan kebodohan telah menyelimuti lembah Mina dan menutupi pemandangan Arafah. Pemandangan Masy’ar dan keyakinan Mina yang ideal semuanya lenyap dalam kegelapan. Akibatnya, engkau berada di Mina tapi engkau tidak bisa melihat ataupun menyadari berbagai persoalan penting, Engkau memiliki cinta tapi entah untuk siapa. Engkau memiliki keyakinan tapi entah kepada siapa. Dan, engkau akan mengorbankan anakmu bukan demi Tuhan tapi demi setan.
Kegelapan ada di mana-mana. Yang engkau tembak bukanlah setan melainkan para malaikat. Yang engkau korbankan bukannya domba tapi malah manusia. Engkau tidak melaksanakan sa’i dengan rela, tapi sebagai reaksi terhadap kendali musuhmu. Engkau melakukan tawaf dengan tidak menyertakan Allah ke dalam niatmu, namun seakan-akan itu adalah tarian persembahan untuk Namrud.
Penindasan ada di mana-mana. Ada pérsekongkolan yang dilakukan secara rahasia ataupun terang-terangan oleh para politisi yang cerdas, para juru indoktrinasi dan kaum holigan. Mereka menyebarkan timah yang menyebabkan perpecahan dan rasa permusuhan serta mengubah ‘lambaian tangan’ menjadi ‘acungan tinju’. Mereka mengadakan konspirasi untuk mengubah ikatan-ikatan yang menyebabkan saudaramu menjadi musuhmu atau musuhmu tampak menjadi saudaramu, memutuskan segala bentuk silaturahmi, meruntuhkan tekad, melemahkan keyakinan, menimbulkan sektarianisme dalam agama dan mendorong perpecahan di dalam masyarakat. konspirasi ini dilakukan agar masing-masing sekte dapat dengan mudah dikendalikan oleh kaum imperialis dan agen-agen mereka.
Yang tcrakhir harus kita bicarakan adalah manusia yang iri hati. Manusia semacam itu bukanlah orang yang sakit dan menyimpan rasa cemburu dalam hatinya melainkan manusia yang memiliki rasa dengki. Ia bukanlah penindas yang asing yang terang-terangan melakukan cara kekerasan, bukan pula agen yang berkerja secara rahasia untuk ‘boss’-nya dan demi uang. Tidak! Ia adalah kenalan, pasangan hidup, sanak saudara, pendusta, boneka yang berkhianat dan berpura-pura menjadi temanmu, pembunuh yang mengaku tak bersalah, koruptor yang tidak dinyana, atau perusuh yang digerakkan oleh penyakit dengki yang tidak ada obatnya, Penyakit dengki ini menggagalkan revolusi-revolusi yang menang, menjatuhkan para pejuang kemerdekaan dari puncak pengabdian dan pengorbanan mereka serta menyebabkan pertumpahan darah di antara sesama teman. Konsekuensinya, orang beriman yang salah menjadi boneka orang-orang kaflr. Orang kafir melakukan hal ini dengan sangat lihai sehingga kita tidak mengetahui segala rencananya. Itulah sebabnya maka engkau melihat tenda hitam milik ‘sang penindas’ di puncak Mina dan dikelilingi oleh perangkap milik para ‘agen’-nya. Namun, bagaimana halnya dengan manusia dengki yang sakit dan tidak tampak sebagai musuh? Meskipun ia bisa membenci musuhmu lebih dari kebencianmu, namun ia hanyalah boneka. jadi dilihat dari segi kejahatan maka ia adalah penjahat yang terakhir dan dengan demikian merupakan berhala terakhir yang harus ditembak pada hari pertama. Dialah musuh tersembunyi dari keimanan dan cita-citamu. Di sini pulalah Trinitas lagi-lagi muncul.
- Penindas: Penindas yang kejam (yakni berhala pertama).
- Agent: Agen yang merusak moral dan kecerdasan manusia (yakni berhala kedua).
- Manusia dengki: Mata-mata kaum penindas, boneka para agen dan sahabat yang bekerja untuk musuh (yakni berhala ketiga).
Namun, tidaklah terlalu sulit untuk mengalahkan kejahatan-kejahatan ini. Tunggulah sorotan mentari fajar yang pertama yang akan mengatasi kegelapan dan menerangi lembah Mina. Sinarnya akan membakar tenda musuh dan melenyapkan kegelapan serta kebodohan. Para agen yang bersembunyi dalam kegelapan di balik bebatuan akan terdesak sehingga lari tunggang-langgang. Penyakit dengki temp tidak tersentuh namun akan terkubur dalam hati sahabat-sahabatmu yang sakit.
Menurut Imam Fakhrur Razi, Surah al-Falaq menerangkan satu sifat Tuhan, sementara Surah an-Nas menerangkan tiga sifat Tuhan. Ini menunjukkan adanya bahaya lebih serius yang tampaknya lebih sulit dilenyapkan. Dalam Surah al-Falaq Tuhan Yang Mahakuasa disebut sebagai ‘Tuhan Penguasa Fajar’. Surah ini menggambarkan kegelapan dan kekuatannya yang ada pada musuh matahari; tetapi saat matahari terbit mereka akan mati. Dalam Surah an-Nas Tuhan Yang Mahakuasa disebut sebagai ‘Tuhan’, ‘Raja’, dan ‘Cinta’. Ini adalah tiga kekuatan atau musuh manusia yang berada di tengah manusia dan mengaku sebagai Tuhan mereka.
Katakanlah, aku berlindung kepada:
Tuhan (Rabb) manusia,
Raja manusia.
Tuhan (Ilah) manusia atau Kekasih manusia.
Sarah al-Falaq membicarakan dunia ini, masyarakat, kekuatan dari kegelapan pada saat kegelapan itu tiba (menguasai), manusia yang secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi mengindoktrinasi manusia lain, dan manusia yang suka berkhianat demi kepentingan dirinya. Surah ini berbicara tentang tiga bencana sosial: kegelapan dan kezaliman, korupsi dan penyimpangan, sifat suka mementingkan diri sendiri dan pengkhianatan.
Siapa yang dikorbankan di sini?
Umat manusia, masyarakat manusia dan gerakan-gerakan revolusioner. Surah an-Nas berbicara tentang berbagai sistem sosial, struktur sosial dan kekuasaan pemerintahan yang membuat berbagai keputusan untuk mengatur manusia. Surah ini membicarakan hubungan yang berlangsung antara manusia dan tuannya (penguasa) atau godfather-nya. Surah ini ményebutkan tentang kejahatan yang nyata, musuh manusia yang biasa.
Dan, siapa yang dikorbankan di sini? Bukan umat manusia, bukan masyarakat manusia, tetapi ‘manusia yang bersangkutan itu sendiri’.
Berhala-berhala diciptakan dan disembah. Berhala-berhala tersebut dinyatakan memiliki sifat-sifat khusus Tuhan dan menempatkan mereka hanya dalam hubungan dengan Tuhan (Ilah) bukan dalam hubungan dengan dunia atau alam ini. Masyarakat yang berpikiran sederhana diperbudak oleh berhala-berhala tersebut. Bertentangan dengan pendapat sebagian kaum individualis berpendidikan yang mencari kebenaran melalui buku-buku bacaan dan bukan dengan memperhatikan berbagai fakta, monoteisme (tauhid) dan politeisme (syirik) bukanlah dua buah teori yang bersifat filosofis dan bahan perdebatan di tempat ibadah. Keduanya merupakan fakta yang hidup dan produktif dalam alam dan kehidupan manusia. Monoteisme dan politeisme senantiasa menjiwai berbagai gerakan dan perjuangan sosial-ekonomi manusia sepanjang zaman. Dengan kata lain, politeisme adalah sebuah keimanan dan keyakinan yang mendominasi umat manusia sepanjang sejarah, sekaligus juga merupakan candu bagi manusia. Di lain pihak, monoteisme (tauhid) yang merupakan darah, senjata, alam dan pedoman manusia adalah keyakinan yang dikutuk dalam sejarah umat manusia.
“Tragedi umat manusia” yang paling besar, paling buruk dan paling samar, namun tidak dipahami dengan benar oleh banyak kaum intelektual, adalah ‘penghambaan manusia kepada alat-alat yang digunakan untuk meraih kemerdekaannya’ dan ‘penganiayaan serta pembunuhan manusia oleh sumber penghidupan mereka yang terhormat’. Bagaimana? Dengan ,cara mengubah keyakinanmu menjadi keyakinan lain (seperti menyembunyikan wajah kemusyrikan (politeisme) di balik kedok tauhid (monoteisme). Hal ini ditunjukkan dengan berbagai kemunafikan besar dalam sejarah manusia-iblis bertingkah seperti manusia suci, tauhid mengabdi kepada syirik, syirik menjadi keyakinan para godfather (penguasa) yang mewakili setan, dan khannas menjadi musuh besar manusia. Oleh karena itu, kata manusia (an-nas) disebut berulang kali dalam Surah an-Nas. Siapakah para godfather yang hidup di tengah manusia dan memiliki kekuatan besar ini?
Siapakah para penindas yang melawan Tuhan melecehkan hak-hak manusia ini? Sekali lagi, mereka adalah tiga penindas atau Trinitas. Mereka merampas tiga kedudukan yang hanya dimiliki oleh Tuhan dan hal ini digambarkan dalam Surah an-Nas.
Monoteisme (tauhid): Keesaan sifat-sifat Tuhan.
Politeisme (syirik): Ketidak-esaan sifat-sifat Tuhan.
Trinitas ‘Kabil sang pembunuh’ yang tampil dalam tiga wajah dan memimpin anak-anak Habil. (Ada satu Kabil, sementara Fir’aun, Karun dan Balam adalah ketiga wajahnya. Wajah-wajah itu bukan wajah dari ‘tiga orang’ tetapi ‘tiga wajah’ dari satu orang. Herannya, dalam semua Trinitas di sepanjang sejairah, Tuhan dilambangkah sebagai ‘satu kepala’ yang memiliki ‘tiga Wajah’)
Dahulu, manusia hidup dalam persaudaraan. Hutan-hutan dan sungai-sungai adalah harta bersama mcreka dan mereka semuanya berhak untuk duduk di meja alam yang bebas. Untuk bertahan hidup mereka memperoleh makanan dengan cara memancing dan berburu. Tuhan adalah satu-satunya pemilik dan semua manusia dianggap sama. Manusia mengikuti moral Habil dan hidup seperti dia. Namun belakangan Kabil menjadi petani dan mengklaim tanah tempat mereka berada sebagai miliknya dan membatasi penggunaannya.
Akibat ulahnya itu maka hancurlah persatuan umat manusia. Yang tadinya menyembah satu Tuhan berubah menjadi menyembah banyak tuhan. Kabil tampil dengan tiga wajah dan manusia menjadikannya sesembahan di samping Tuhan. Trinitas bagaikan sebuah segitiga yang mcmbawa bencana dan merupakan kuburan bagi semua rasul, para pejuang kemerdekaan, dan para syuhada. Trinitas adalah sebuah ‘rantai bencana’ sebagaimana ‘rantai-rantai penghambaan’ yang digunakan untuk memperbudak “manusia-manusia yang taat kepada Tuhan” dan menjadikan mereka ‘hamba-hamba para penguasa’.
Trinitas tak ubahnya kemitraan tiga arah dalam satu perusahaan: mitra yang satu melakukan propaganda, mitra yang kedua menjarah dompetmu dan dan mitra yang ketiga mendapat bagian keuntungan. Mitra yang terakhir berlagak seperti orang alim dan membisikkan apa yang disebut ‘kata-kata langit’ ke telingamu:
“Wahai saudaraku, bersabarlah. Serahkanlah dunia ini kepada orang-orang yang mementingkan kehidupan duniawi. Biarlah menderita di dunia ini agar engkau mendapat surga di akhirat nanti. Sekalipun engkau harus mati karena kelaparan, berlapang dadalah. Seandainya manusia yang mementingkan dunia ini mengetahui pahala yang akan diperoleh di akhirat kelak karena menjalani kemiskinan dan penindasan, mereka akan iri dengan kebahagianmu di masa akan datang.
Tidak ada yang bisa dilakukan. Keadaan yang menimpa kita memang takdir kita yang sudah ditetapkan sebelumnya. Yang miskin dilahirkan sebagai orang miskin dan yang kaya dilahirkan sebagai orang kaya. Keberatan apa pun terhadap kondisi ini berarti menentang kehendak Tuhan, karena itu syukurilah apa yang telah engkau miliki. Pentingkanlah kehidupan akhirat. Bersabarlah dan jangan mengeluhkan kemiskinan dan penindasan yang engkau alami sebab kalau tidak maka engkau akan kehilangan pahala di akhirat nanti.
Jangan lupa bahwa mengeluhkan manusia adalah sama dengan mengeluhkan Tuhan. Yang berhak mengadili bukanlah manusia tapi hanya Tuhan, dan tidak di dunia ini tapi di akhirat nanti. Pengadilan apa pun hanya dilakukan oleh Tuhan, oleh karena itu waspadalah agar engkau tidak dipermalukan di hari pengadilan saat engkau menjumpai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang memaafkan si penindas yang tidak engkau maafkan di dunia ini. Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Sebelum mengajak orang lain untuk berbuat baik dan melarang berbuat buruk, engkau harus lebih dahulu beramal saleh, berpengetahuan dan efektif. Namun, jika menurutmu ajakan ini membahayakan maka engkau tidak wajib melakukannya.”
Jadi, ketiga sahabat ini akrab satu sama lain. Kabil yang mengenakan tiga topeng adalah Tuhan Trinitas yang abadi. Tidak peduli apakah mereka bertindak di bawah panji Islam atau anti-Islam, di bawah monoteisme atau politeisme. Mereka adalah oknum-oknum yang mengatasnamakan agama dan selalu membuat hukum serta perundang-undangan untuk mengatur manusia. Ketiga penindas itu adalah tiga wajah Kabil, sang ‘pemilik’ yang membunuh saudaranya sendiri, yakni Habil sang penggembala, dan menjadi wali anak-anak yatim Habil. Kabil sang pembunuh menjadi ahli waris para korban.
bersambung….
Ali Syariati