Berita
#MaknaHaji: Menghampiri Allah
Pembahasan sebelumnya: #MaknaHaji: Menyangkal Falsafah yang Hampa
Ibadah haji berlangsung selama bulan Zulhijah yang sangat mulia. Keadaan tanah Makkah hening dan damai, di sana tidak ada rasa takut, kebencian, ataupun perang, yang terasa di gurun pasir itu hanyalah rasa aman dan damai. Suasana ibadah terasa lazim di mana siapa pun bebas menghadap Tuhan Yang Mahakuasa.
Tidakkah engkau dengar seruan Ibrahim:
Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji. Mereka akan datang padamu dengan bertelanjang kaki atau mengendarai unta yang lemah yang datang dari segenap penjuru gurun pasir yang jauh. (QS. al-Hajj: 27)
Wahai engkau yang tercipta dari lumpur! Cari dan ikutilah roh Allah. Terimalah undangan-Nya, tinggalkan kampung halamanmu untuk “menjumpai” Dia yang sedang mcnunggumu! Eksistensi manusia tidak akan bermakna jika mendekati roh Allah tidak menjadi tujuannya. Singkirkan dirimu dari segala tuntutan dan ketamakan yang memalingkanmu dari Allah. Maka bergabunglah dcngan kafilah haji yang dilakukan umat manusia sepanjang zaman untuk “menjumpai” Allah Yang Mahakuasa.
Sebelum berangkat melaksanakan ibadah haji, hendaklah engkau melunasi dulu utang-utangmu, dan bersihkan dirimu dari rasa benci serta marah terhadap sanak-saudara atau teman-temanmu. Jangan lupa, tulislah pula surat wasiat untuk mereka yang hendak engkau tinggalkan. Semua ini merupakan langkah-langkah persiapan menghadapi kematian (yang entah kapan akan menimpa setiap orang) dan menjamin kesucian pribadi dan finansial serta melambangkan detik-detik perpisahan dan masa depan manusia.
Sekarang, usai melakukan persiapan di atas, engkau bebas untuk menempuh jalan keabadian. Pada hari kebangkitan kelak, ketika itu “tak ada yang dapat engkau perbuat” di hadapan mahkamah Allah, di sana “mata, telinga, dan hatimu menjadi saksi yang sebenar-benarnya tentang apa yang telah engkau perbuat.”
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya. (QS. al-Isra’: 36)
Ibadah haji menggambarkan kepulanganmu kepada Allah, Yang Mutlak dan tidak terbatas dan tidak ada yang menyerupai-Nya. Pulang kepada Allah menunjukkan suatu gerakan yang pasti menuju kesempurnaan, kebaikan, keindahan, kekuatan, pengetahuan, nilai-nilai, dan fakta-fakta. Balam perjalanan menuju keabadian engkau tidak akan pernah mendekati Allah karena Dia hanya memberimu petunjuk yang benar dan Dia bukan tujuan perjalananmu.
Islam berbeda dengan sufisme. Seorang sufi hidup “dengan nama Allah” dan mati “demi Allah”. Namun seorang Muslim berjuang untuk mendekati Tuhan Yang Mahakuasa.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya (QS. al-Isra’: 36)
Segala urusan terserah kepada Allah. (QS. al-Baqarah: 156)
Tujuan kita bukanlah untuk “binasa” tapi untuk “berkembang” , dan ini dilakukan bukan “untuk Allah” tapi untuk membawa kita “kepada Allah”. Allah tidak berada jauh darimu, karena itu cobalah untuk menggapai-Nya. Sungguh, Allah lebih dekat kepada kita dibanding kita kepada diri kita sendiri.
Kami lebih dekat kepadanya dibanding urat lehernya. (QS. Qaaf: 16)
Sementara itu, siapa pun selain Allah terlalu jauh untuk dicapai. Wahai manusia, semua malaikat bersujud kepadamu, namun melalui perjalanan waktu dan pengaruh kehidupan sosial, maka engkau pun telah banyak sekali berubah. Engkau telah mengingkari janjimu untuk hanya menyembah kepada Allah Yang Mahakuasa. Engkau malah menjadi pemuja berhala-berhala yang sebagian di antaranya ciptaan manusia.
Di majelis kebenaran, di hadapan Tuhan Yang Mahakuasa ”(QS. al-Qomar: 54)
Kehidupanmu bercirikan loyalitas terhadap individu lain, pemujaan diri, kekejaman, kebodohan, tanpa arah, ketakutan, dan ketamakan. Kehidupan ini telah menyebabkanmu memiliki sifat kebinatangan. Kini, engkau bagaikan seekor serigala, rubah, tikus, atau domba.
Wahai manusia, kembalilah ke asalmu. Tunaikan ibadah haji dan temuilah Sahabat terbaikmu yang menciptakanmu sebagai sebaik-baiknya makhluk, dan Dia sedang menantikan kedatanganmu. Tinggalkan istana-istana kekuasaan, gudang-gudang kekayaan dan kuil-kuil yang menyesatkan. Menyingkirlah dari kawanan binatang yang gembalanya adalah serigala, lalu bergabunglah dengan rombongan Mi’ad yang sedang mendatangi rumah Allah atau rumah umat manusia.”
Bersambung….
Dr Ali Syari’ati