Berita
Khotbah Historis Sayyidah Zainab di Hadapan Ibnu Ziyad dan Warga Kufah
Peran wanita dalam gerakan Tauhid dan Islam sama sekali tidak bisa dipungkiri. Puncaknya adalah gerakan dan kebangkitan Asyura yang dipimpin oleh Imam Husein as. Dalam kebangkitan Asyura Imam Husein as membawa semua keluarganya baik laki-laki maupun perempuan, besar dan kecil. Dalam kebangkitan Asyura peran perempuan di sini tidak kalah pentingnya dengan peran laki-laki. Ada beberapa perempuan yang karena keberanian, keimanan dan pengorbanannya mereka berhasil mencatat namanya dalam sejarah mulia kebangkitan Asyura dan yang terpenting adalah keberadaan saudara perempuan Imam Husein as yang bernama Zainab as.
Baca 12 Muharram, Tawanan Karbala Menuju Kufah
Sayyidah Zainab as dalam kebangkitan Asyura selain sebagai jembatan penyambung dan pengemban risalah pasca syahadah Imam Husein as, beliau juga bertanggung jawab sebagai pemimpin para tawanan, perawat Imam Zainul Abidin as yang sedang sakit dan penjaga anak-anak dan para wanita.
Bila Sayyidah Khadijah as wanita pertama kali yang beriman kepada Rasulullah Saw. Ia juga berkorban selama sepuluh tahun dari awal kenabian sampai tahun kesepuluh hijriyah. Dengan setia mendampingi suaminya dalam menyebarkan ajaran Islam dengan segala beban dan kesulitan. Dalam peristiwa Karbala, Sayyidah Zainab as cucu beliau juga mendampingi saudaranya Imam Husein as menegakkan dan meluruskan ajaran kakeknya Rasulullah Saw. Ajaran yang sedang diselewengkan oleh manusia-manusia durjana seperti Muawiyah bin Abi Sufyan dan anaknya Yazid bin Muawiyah.
Bila wanita harus ditawan dan dikelilingkan di tengah-tengah kota karena untuk menegakkan agama Allah, wanita mana yang lebih layak untuk memainkan peran ini, kalau bukan pewaris Khadijah as. Perempuan yang selama ini setia mendampingi Rasulullah Saw dalam segala kesulitan dan tantangan demi menegakkan agama Allah. Pasca syahadah Imam Husein as, Sayyidah Zainab mengambil alih tanggung jawab risalah kakaknya yang telah syahid.
Beliau benar-benar menggunakan kesempatan yang ada mulai dari berkhotbah di pasar Kufah sampai di istana Ibnu Ziyad dan di Syam di hadapan Yazid bin Muawiyah. Dengan khotbahnya yang lantang bak ayahnya Imam Ali as yang sedang berkhotbah, Sayyidah Zainab as membuka setiap hati yang buta dan membongkar kejahatan dan kezaliman pemerintahan Bani Umayyah. Bila ajaran murni Rasulullah Saw sampai kini menyebar luas di tengah-tengah umat manusia itu karena jasa, keberanian dan kesabaran Sayyidah Zainab as dalam melanjutkan risalah kakeknya.
Di pusat kota Kufah, di antara banyaknya rakyat Kufah, ia tengah menyiapkan serentetan pidatonya. Kemampuan yang dimiliki oratur ulung ini mengingatkan kembali kepada mereka akan kefasihan ayahnya ketika berpidato.
Pidato / khotbah Zainab, tidak hanya mengundang rakyat Kufah untuk meratapi dan menangisi musibah yang menimpa saudara dan keluarganya saja, namun dalam berbagai kesempatan, ia juga berorasi untuk menjelaskan tujuan revolusi agung itu.
Basyir bin Khuzaim al-Asadi berkata: Aku melihat Zainab binti Ali As saat itu. Tak pernah kusaksikan seorang tawanan yang lebih piawai darinya dalam berbicara. Seakan-akan semua kata-katanya keluar dari lisan Amirul Mukminin Ali As. Kemudian ia memberi isyarat agar semuanya diam. Nafas-nafas bergetar. Suasana menjadi hening seketika.
Zainab memulai untaian kata-katanya:
“Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam atas kakekku Rasulullah Muhammad Saw dan keluargapilihannya yang suci dan mulia.
Wahai penduduk Kufah! Wahai para pendusta dan orang-orang licik. Untuk apa kalian menangis? Semoga aliran air mata kalian tidak akan pernah berhenti. Aku berharap jeritan kalian tidak akan pernah berakhir. Kalian ibarat wanita yang mengurai benang yang sudah dipintalnya dengan kuat namun kemudian kalian membuyarkannya kembali hingga bercerai-berai. Sumpah dan janji setia yang kalian lontarkan hanyalah sebuah makar dan tipu daya semata.
Ketahuilah, wahai penduduk Kufah! Yang kalian miliki hanyalah omong kosong, cela dan kebencian. Kalian hanya tampak perkasa di depan wanita tapi lemah di hadapan lawan. Kalian lebih mirip dengan rumput yang tumbuh di selokan yang berbau busuk atau perak yang terpendam. Ketahuilah bahwa kalian sendiri telah membuat nasib buruk terhadap hari akherat kelak dan alangkah kejinya perbuatan kalian yang telah membuat murka Allah dan kalian akan tinggal selama-lamanya di neraka.
Untuk apa kini kalian menangis tersengguk-sengguk? Ya, aku bersumpah demi Allah, perbanyaklah kalianmenangis dan kurangilah tertawa kalian, sebab kalian telah mencoreng diri kalian sendiri dengan aib dan cela yang tidak dapat dihapuskan selamanya. Bagaimana mungkin kalian akan mampu untuk menghapuskan darah suci putra Nabi sedangkan orang yang kalian bunuh adalah cucu penghulu para nabi, poros risalah, penghulu pemuda surga, tempat bergantungnya orang-orang baik, pengayom mereka yang tertimpa musibah, menara hujjah dan pusat sunnah bagi kalian.
Ketahuilah, bahwa kalian sudah terjerembab dalam dosa yang sangat besar. Terkutuklah kalian! Semua usaha yang telah kau lakukan akan menjadi sia-sia, tangan-tangan jadi celaka, dan jual beli membawa kerugian. Rahmat-Nya tidak akan meliputimu karena kau telah membinasakan sendiri usaha-usaha kalian.Murka Allah telah Dia turunkan atas kalian. Kini hanya kehinaanlah yang akan selalu menyertai kalian.
Celakalah kalian wahai penduduk Kufah! Tahukah kalian, bahwa kalian telah melukai hati Rasulullah? Putri-putri beliau kalian gelandangkan dan pertontonkan di depan khalayak ramai? Darah beliau yang sangat berharga telah kalian tumpahkan ke bumi? Kehormatan beliau kalian injak-injak? Aku yakin bahwa apa-apa yang telah kalian lakukan adalah kejahatan yang paling buruk dalam sejarah yang akan disaksikan oleh semua orang dan tak akan pernah hilang dari ingatan.
Mengapa kalian mesti heran ketika menyaksikan langit meneteskan darah? Sungguh azab Allah di akhirat kelak sangat pedih. Dan tidak akan ada seorang pun yang akan menolong kalian. Kalian jangan tertipu dengan kesempatan waktu yang telah Allah ulurkan ini. Sebab masa itu pasti akan datang dan pembalasan Allah tidak akan meleset. Tuhanmu menyaksikan semua yang kalian lakukan.” (Sayid Ibnu Thawus, Luhuf, hal. 146, )
Rakyat Kufah menangis tersedu-sedu setelah mendengar pidato itu. Mereka tertegun dan larut dalam duka dan tangisan yang tiada tara. Tangan-tangan mereka berada di mulut mereka.
Dalam khutbahnya yang lain ia berorasi:
“Wahai penduduk Kufah, berdiamlah! Suami-suami kalianlah yang telah membunuh keluarga kami. Kemudian wanita-wanita kalian terus-menerus menangisi keadaan kami. Tuhan akan mengadili kami dan kalian pada hari kiamat.
Wahai rakyat Kufah! Kalian telah melakukan perbuatan yang sangat tercela. Kalian telah membuat hitam hari-hari kalian sendiri. Mengapa Husain kau tinggalkan sendirian? Kemudian ia kau bunuh? Kalian rampas hartanya dan kalian tawan para wanita sehingga mereka menderita yang sangat berat?
Semoga kau binasa dan jauh dari rahmat Tuhan. Sungguh celakalah kalian, apakah kalian tahu seberapa besar kejahatan yang telah kau kerjakan? Seberapa berat dosa yang kalian tanggung. Berapa banyak darah yang telah kau tumpahkan? Siapa saja yang telah kalian bunuh? Anak-anak dan para wanita mereka kau jadikan tawanan perang? Harta-harta apakah yang telah kalian jarah? Kau telah membunuh laki-laki terbaik setelah Rasulullah Saw. Di hatimu sudah tidak tersisa sedikitpun rasa belas dan kasihan. Ketahuilah bahwa golongan Allahlah yang menang dan kelompok syetan selalu pasti akan kalah.”
Khutbah ini sedemikian memberikan pengaruh yang sangat dalam kepada rakyat Kufah sehingga membuat mereka berubah, dan terdengar suara jeritan dan tangisan yang sangat memekik telinga dari segala penjuru, sehingga para wanitanya mengacak-acak rambut mereka dan memukul-mukulkan rambut ke wajah-wajahnya serta meronta-ronta. (Muqaram, Maqtal Husain, Hal. 392).
Di Majlis Ibnu Ziyad
Ibnu Ziyad berusaha menghina Ahlul Bait as dengan melemparkan sebuah pertanyaan, “Siapa wanita yang terkucil ini?” tidak ada yang menjawab dan ia mengulangi lagi pertanyaannya, kemudian salah satu pembantu Sayyidah Zainab menjawab, “Ini adalah Zainab putri Fathimah putri Rasulullah Saw.” Ibnu Ziyad melanjutkan, “Aku bersyukur kepada Allah karena telah mempermalukan kalian, membunuh dan mengungkap kebohongan kalian.”
Penghinaan ini dijawab dengan tegas oleh Sayyidah Zainab as, “Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan kami dengan wujud nabinya Muhammad Saw dan mensucikan kami dengan sesuci-sucinya. Kalau kamu bilang kami dipermalukan, sesungguhnya yang dipermalukan adalah orang yang fasik. Kalau kamu bilang kami berbohong, sesungguhnya pelaku kezalimanlah yang berbohong, bukan kami dan segala puji bagi Allah.” [ICC/islamic-sources].