Artikel
#Imamah: Alquran dan Kegaiban
sebelumnya #Imamah: Kemahdian
Dalam pandangan Alquran, ada dua kategori untuk para wali Allah; satu adalah wali yang dikenal dan dapat dilihat oleh masyarakat umum, dan yang lain adalah wali yang gaib atau tidak terlihat oleh masyarakat umum. walaupun dia hidup di tengah mereka dan tahu persis bagaimana kondisi mereka.
Perihal dua kategori ini, Alquran dalam sebuah ayatnya menyebutkan Nabi Musa as dan Nabi Khidir as. Keduanya adalah wali Allah yang pernah bertemu satu sama lain dalam suatu perjalanan. Nabi Khidir as adalah wali yang tersembunyi sehingga Nabi Musa as pun bahkan tidak mengenalnya. Nabi Musa as baru mengenalnya dan menimba ilmu darinya setelah diberitahu oleh Allah Swt.
Ayat itu menyebutkan, Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba (Khidir) di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami, Musa berkata kepada dia: ‘Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”. [QS. al-Kahfi: 65-66]
Alquran kemudian menyebutkan perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh wali yang gaib itu. Dia tidak diketahui oleh khalayak umum namun semua yang dilakukannya mendatangkan manfaat dan berkah bagi orang lain. Artinya, kegaibannya bukan berarti ia jauh dan terpisah dari masyarakat. Sebaliknya, sebagaimana disebutkan berbagai riwayat, ia adalah ibarat matahari ketika tertutup awan, yang meskipun tidak terlihat oleh mata namun manfaat cahaya dan kehangatannya tetap dirasakan oleh semua orang. [QS. al-Kahfi: 71-82]
Di samping itu, selama mengalami kegaiban itu Imam Mahdi as dapat menjumpai orang-orang yang berhati bersih, bertakwa dan berkelayakan untuk berjumpa dengan beliau agar dapat menimba manfaat dari beliau lalu manfaat itu tersebar kepada orang-orang lain atau umat melalui mereka.
Jurnal Bayan, vol. III, No.1, thn 2013.