Berita
Hari Arbain dan Perjuangan Sayidah Zainab
Ahlulbait as merupakan salah satu pusaka berharga Rasulullah Saw bagi umatnya untuk menjauhkan mereka dari penyimpangan dan kesesatan. Beliau bersabda, “Aku tinggalkan untuk kalian dua pusaka. Kalian tidak akan tersesat selama-lamanya selagi kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitab Allah (Alquran) dan Ahlulbaitku.”
Pada saat pembawa panji Kebangkitan Karbala, Abbas ibn Ali as tumbang ditebas pedang dan kepala mulia Imam Husein as ditancapkan di ujung tombak, Yazid dan para pengikutnya mengira bahwa mereka sudah berhasil merampas salah satu pusaka Nabi Saw dari tangan kaum Muslim dan dengan cara itu, mereka tinggal memperalat Alquran untuk kepentingan rezim. Akan tetapi kehendak Tuhan berkata lain. Tuhan telah menakdirkan agar darah Imam Husein as senantiasa membara di nadi kaum Muslim sehingga para pencari kebenaran dan penuntut keadilan tidak termakan oleh makar orang-orang kafir.
Peringatan Hari Arbain sejak dulu sudah dikenal luas oleh masyarakat Syiah dan kalender sejarah para pembela Imam Husein as. Atas dasar itu pula, para pengikut Syiah di tahun-tahun pertama peringatan acara tersebut mendatangi Padang Karbala, seperti yang dilakukan oleh Jabir ibn Abdullah al-Ansari. Tradisi ini masih terawat dengan baik sampai sekarang dan Irak setiap tahunnya menyambut kedatangan jutaan peziarah dari seluruh dunia untuk berkumpul di Makam Imam Husein. Mereka ingin menegaskan dirinya sebagai pengikut kebenaran dan di bawah kepemimpinan Imam Husein as, mereka tidak akan tunduk pada arogansi musuh dan mereka juga siap untuk mengorbankan harta dan jiwanya demi kebenaran.
Seorang sahabat besar Nabi Saw, Jabir ibn Abdullah al-Ansari adalah tamu pertama Imam Husein as pada hari Arbain. Meski sudah tidak bisa melihat, Jabir tetap datang ditemani oleh Atiyya bin Sa’ad al-Kufi. Atiyya menuturkan, “Aku bersama Jabir datang ke Karbala untuk menziarahi Imam Husein… Jabir berkata kepadaku, ‘Antarkan aku ke pusara Husein.’ Aku kemudian meletakkan tangan Jabir di atas makam dan ia jatuh pingsan. Aku memercikkan air ke wajahnya dan ketika sadar, ia memanggil kata-kata ‘Ya Husein’ sebanyak tiga kali. Kemudian dia berteriak, ‘Wahai Husein! Kenapa engkau membisu?’ Kemudian ia berkata, ‘Bagaimana engkau akan menjawabku sementara nadi-nadi lehermu telah ditebas dan kepala dan badanmu telah dipisah.’ Aku bersaksi bahwa engkau adalah putra penutup para nabi dan pemimpin kaum Mukminin. Salam dan keridhaan Tuhan atasmu.”
Ziarah Imam Husein as di hari Arbain telah disinggung dalam literatur-literatur kuno Islam. Riwayat terpenting mengenai hal ini datang dari Imam Hasan Askari as. Beliau berkata, ” Tanda-tanda orang mukmin ada lima; melaksanakan shalat 51 rakaat (17 rakaat wajib dan 34 rakaat sunnah), membaca ziarah Arbain Imam Husein as, memakai cincin di jari tangan kanan, meletakkan dahi di atas tanah saat sujud dan mengeraskan bacaan Bismillahirrahmanirrahim dalam shalat.” Dalam riwayat-riwayat lain juga disebutkan bahwa orang-orang yang tidak bisa datang ke Karbala pada hari itu, mereka dianjurkan membaca ziarah dari jauh. Anjuran ini dengan sendirinya menunjukkan betapa pentingnya Arbain dan pengingat budaya anti-kezaliman Asyura dalam kamus Islam.
Dari Asyura sampai Arbain hanya 40 hari dan dalam rentang masa itu, Sayidah Zainab as dengan kearifan dan keberaniannya telah menguburkan mimpi-mimpi Yazid untuk merayakan kemenangan. Wanita mulia ini mengibarkan panji Kebangkitan Husein dengan gagah dan sampai sekarang masih berkibar dengan penuh wibawa. Sayidah Zainab memekikkan pesan ketertindasan dan kebenaran Husein dengan suara lantang mulai dari hari Asyura yang banjir darah sampai Arbain yang bergelimang air mata. Orasi lugas Sayidah Zainab masih terus mengguncang pilar-pilar istana penguasa tiran dan menarik para pencari kebenaran untuk berduyun-duyun datang ke Karbala.
Sayidah Zainab as selain memiliki banyak keutamaan dan berkepribadian mulia, juga memainkan peran luar biasa dalam mensukseskan Kebangkitan Asyura. Setelah peristiwa Asyura, Sayidah Zainab as di tengah kesibukannya sebagai pemimpin para tawanan dan pelindung Imam Sajjad as, mampu mengantarkan Revolusi Huseini ke gerbang kemenangan dengan menanggung segala beban. Dia berdiri tegak dan gagah berani dalam menyampaikan misinya sehingga ajaran Rasulullah Saw dan Revolusi Karbala tidak melenceng.
Ketika rombongan tawanan tiba di Kufah, masyarakat awalnya menyambut tawanan dengan suka cita dan gembira. Akan tetapi, Sayidah Zainab lewat orasinya yang berapi-api membuat situasi seketika berubah dan warga Kufah kini larut dalam kesedihan. Dia berkata, “Wahai para penipu! Wahai orang-orang yang tidak punya harga diri dan wibawa! Kalian telah membunuh penggalan hati Rasulullah dan pemimpin pemuda surga, ia adalah sosok yang menjadi benteng pelindung untuk kalian saat perang dan menjadi penenang di kala damai.”
Dengan kalimat pedas itu, Sayidah Zainab as membuat sejumlah warga Kufah mulai menyadari betapa besarnya dosa mereka. Dengan orasinya di istana Ubaidillah, Sayidah Zainab as berhasil merendahkan pemilik istana dan menggagalkan skenarionya untuk mendistorsi hakikat Kebangkitan Imam Husein as. Dia tidak membiarkan tipu daya dan makar untuk mencoreng tujuan-tujuan luhur Imam Husein as. Pada akhirnya, Ibnu Ziyad, penguasa Kufah menganggap kehadiran para tawanan sebagai hal yang berbahaya dan ia segera menggiring mereka ke Syam.
Warga Syam juga menyambut gembira kabar kedatangan para tawanan Karbala. Ini terjadi karena propaganda Yazid dan warga bahkan menganggap mereka sebagai pemberontak terhadap kekhalifahan Islam, di mana mereka pantas untuk dibunuh dan ditawan. Yazid mengadakan sebuah pesta megah yang menghadirkan para pejabat dan tentara. Dia dengan lancang memukul-mukul tongkatnya pada bibir dan gigi Imam Husein as. Yazid berkata, “Andai para pemimpin kabilahku – yang sudah tewas di Badr – masih hidup dan menyaksikan kita membunuh para pembesar Bani Hasyim dan menjadikannya sebagai penebus Perang Badr… Bani Hasyim telah bermain kekuasaan, tidak ada kabar gaib dan juga tidak ada wahyu yang turun kepadanya.” Dengan cara itu, Yazid telah menampakkan pengingkarannya terhadap Rasulullah dan agama Tuhan.
Baca Khotbah Historis Sayyidah Zainab di Hadapan Ibnu Ziyad dan Warga Kufah
Pada waktu itu, Sayidah Zainab as membongkar semua kerusakan Yazid dan orasinya telah mengingatkan para hadirin akan kepiawaian Imam Ali as. Sayidah Zainab as berseloroh, “Tuhan berkata benar. Dia berfirman, ‘Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya.’ Wahai anak Muawiyah! Meskipun kondisi telah membuatku harus berbicara denganmu, tapi aku menganggapmu lebih rendah, karena dosa-dosamu sangat besar dan kecaman-kecaman atasmu lebih banyak untuk bisa dihitung. Namun apa boleh buat? Mataku menangis karena kematian orang-orang yang aku cintai dan dadaku sesak panas karena perpisahan dengan mereka… Wahai Yazid! Sekarang lakukanlah apa yang kamu bisa. Aku bersumpah demi Allah, engkau tidak akan pernah bisa membumihanguskan nama dan wahyu kami, dan dengan cara ini engkau ingin meraih mimpi-mimpimu. Engkau tidak bisa mencuci tangan dari kehinaan ini dan pembantaian Husein.”
Baca Khotbah Historis Sayyidah Zainab di Hadapan Yazid bin Muawiyah
Kalimat tegas dan rasional Sayidah Zainab as membuat Yazid tertunduk dan membisu. Akhirnya, ia menyalahkan Ibnu Ziyad atas kematian Imam Husein as. Pidato Sayidah Zainab as di istana Yazid dan kemudian orasi Imam Sajjad as, sontak membuat kondisi Damakus berubah dan kebenaran mulai tersiar luas di tengah masyarakat. Seperti itulah Sayidah Zainab as memainkan perannya dalam menyampaikan pesan Kebangkitan Huseini.
Hari ini, para pecinta Imam Husein as bergegas menuju Padang Karbala untuk menghadiri peringatan Arbain. Semua kecintaan ini mereka dedikasikan untuk seorang pemuda, yang disebut oleh Nabi Saw sebagai bahtera penyelamat umat dan pelita hidayah manusia. Alangkah indahnya ayunan langkah kaki para pecinta, mereka penuh semangat untuk mengibarkan panji kebenaran dan memerangi kebatilan.
Salam atasmu duhai Aba Abdillah
Salam atasmu duhai Putera Rasulullah
Salam atasmu duhai Putera Amirul Mukminin, Putera Penghulu para washi.
Salam atasmu duhai Putera Fatimah penghulu wanita sedunia.
Salam atasmu ya Tsarallah wabna Tsarih wal-Mitral Mawtur.
Salam atasmu dan semua Arwah yang bergabung di halaman kediamanmu.
Sepanjang hidupku, siang dan malam, aku akan mendoakanmu semua, semoga Allah melimpahkan kedaimaian-Nya kepadamu semua.