Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Ciri Khusus Islam [1/3]

Islam adalah nama agama Allah SWT. Itulah agama yang didakwahkan oleh semua nabi. Bentuknya yang paling sempurna disampaikan kepada umat manusia oleh Nabi terakhir, Muhammad bin Abdullah saw. Muhammad SAW adalah akhir kenabian. Risalah yang disampaikan oleh Muhammad saw sekarang di seluruh dunia dikenal dengan nama Islam. Ajaran Islam yang disampaikan melalui Nabi terakhir saw, ajaran yang merupakan petunjuk abadi dan bentuk paling sempurna dari agama Allah SWT, memiliki ciri-ciri khusus yang sesuai dengan periode agama terakhir. Seluruh ciri khusus ini tak mungkin ada di zaman sebelumnya, di zaman ketika umat manusia masih belum mencapai tahap kematangan. Masing-masing ciri khusus ini merupakan sarana untuk mengenal Islam, dan juga menunjukkan salah satu doktrin pokok Islam. Ciri-ciri khusus ini dapat membantu kita membuat gambar Islam, sekalipun mungkin sedikit tidak jelas. Juga merupakan kriteria untuk menilai apakah ajaran tertentu merupakan bagian atau bukan bagian dari Islam.

Kami tidak mengatakan dapat memaparkan semua ciri khusus ini. Namun kami akan mencoba menghadirkan gambar utuh ciri-ciri khusus itu. Kita tahu bahwa setiap ideologi—atau sebenarnya setiap mazhab pemikiran—yang menawarkan program untuk menyelamatkan, menyempumakan dan menyejahterakan manusia, juga mengemukakan nilai-nilai tertentu dan meresepkan apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang mesti dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan bagi orang seorang atau masyatakat. Setiap ideologi mengatakan apa yang harus terjadi dan apa yang hams dilakukan, dan menggariskan kebijakan umum dan tujuan-tujuan yang mesti dicapai, misalnya menggariskan bahwa setiap orang harus merdeka dan hidup merdeka. Setiap orang harus berani dan tegar dan harus senantiasa membuat kemajuan agar dapat mencapai kesempurnaan. Masyarakat harus dibangun di atas fondasi keadilan, sehingga dapat melangkah maju ke arah kedekatan dengan Allah SWT.

Baca Murthada Muthahari: Islam, Sebuah Ideologi yang Lengkap

Apa-apa yang harus dan tidak boleh ini tentu saja harus di-dasarkan pada filosofi yang mampu menjelaskan apa-apa yang harus dan tidak boleh itu. Dengan kata lain, tentu saja ideologi harus didasarkan pada konsepsi tertentu tentang dunia, tentang manusia dan masyarakat, yang menurut konsepsi tersebut dapat dikatakan bahwa ini harus seperti itu, atau itu harus seperti ini, karena dunia atau manusia atau masyarakat adalah seperti ini atau seperti itu. Konsepsi tentang dunia artinya adalah jumlah seluruh pandangan dan interpretasi tentang dunia, tentang manusia dan tentang masyarakat.

Tentang dunia, pandangannya misalnya adalah; dunia adalah seperti ini atau seperti itu, hukum yang mengaturnya begini, jalannya begini, di dunia ini yang dikejar bukanlah tujuan ini atau itu, dunia itu ada asal-usulnya atau tidak ada, ada tujuan atau tak ada tujuannya.

Tentang manusia, pandangan yang menjadi konsepsi tentang dunia adalah misalnya; apakah manusia memiliki fitrah, apakah manusia itu bebas atau terpaksa, apakah manusia—menurut kata-kata Al-Qur’an—adalah makhluk pilihan. Tentang manusia, pertanyaannya adalah: Apakah masyarakat ada hukumnya sendiri yang terlepas dari hukum yang mengatur orang seorang? Hukum apa yang mengatur masyarakat dan sejarah? Dan pertanyaan-pertanyaan lain seperti itu. Karena ideologi selalu didasarkan pada konsepsi tertentu tentang dunia, yang menjelaskan kenapa dunia, masyarakat atau manusia seperti ini atau seperti itu, dan menetapkan apa yang harus dilakukan manusia dan bagaimana seharusnya manusia hidup, maka jawaban untuk setiap “mengapa” mendasari konsepsi tentang dunia yang menjadi dasar dari ideologi.

Secara teknis, setiap ideologi merupakan semacam “kearifan praktis” sedangkan setiap konsepsi tentang dunia merupakan semacam “kearifan teoretis.” Tentu saja setiap kearifan praktis didasarkan pada teori tertentu. Misalnya, kearifan praktis Socrates didasarkan pada pandangan tertentu Socrates tentang dunia, dan pandangan ini membentuk kearifan teoretis Socrates. Begitu pula hubungan kearifan praktis Epicurus serta lainnya dengan kearifan teoretis mereka. Dan karena berbagai orang memiliki konsepsi yang berbeda mengenai dunia, maka tentu saja ideologi mereka pun beragam.

Kini timbul pertanyaan: Kenapa banyak sekali konsepsi tentang dunia, banyak sekali kosmologi? Kenapa satu mazhab pemikiran memandang dunia begini, sedangkan mazhab pemikiran lain memandang dunia begitu? Jawabannya tidak sesederhana pertanyaannya. Sebagian orang bahkan sampai mengatakan bahwa posisi kelas individulah yang menentukan sikap dan pandangan individu tersebut dan yang memberinya kacamata khusus untuk melihat dunia. Menurut teori ini, metode produksi dan distribusi menimbulkan reaksi yang membentuk mentalitas dan pandangan orang seorang dengan cara tertentu, tergantung pada apakah pengaruh metode ini pada orang seorang itu positif atau negatif. Pandangan yang terbentuk ini mempengaruhi penilaiannya dan evaluasinya terhadap segala sesuatu. Maulawi mengatakan:

Kalau kita pusing, seluruh rumah terasa berputar.
Jika kita naik perahu, pantai terasa bersama kita.
Kalau kita menderita karena kejadian buruk, dunia terasa menjengkelkan.
Jika kita bahagia, segalanya terasa menyenangkan.

Kalau kita merasa bagian dari dunia, dunia ini terasa seperti kita. Menurut teori ini, orang tak dapat mengklaim pandangannya saja yang benar dan pandangan orang lain salah, karena pandangan itu relatif-relatif saja. Pandangan merupakan hasil dari kontak individu dengan lingkungan alam dan lingkungan sosialnya. Karena itu pandangan orang dapat dianggap benar sejauh menyangkut dirinya. Namun masalahnya tidak sesederhana itu. Tak ada yang dapat menyangkal fakta bahwa pikiran manusia banyak dipengaruhi oleh lingkungannya. Namun juga tak dapat disangkal bahwa manusia memiliki kemampuan untuk bebas berpikir yang tidak dipengaruhi oleh apa pun. Kemampuan inilah yang oleh Islam disebut fitrah manusia. Masalah ini akan dibahas secara terperinci pada kesempatan lain. Sekalipun pemikiran realistis manusia dianggap tidak independen, namun tetap terlalu dini pada tahap kosmologi ini untuk menyalahkan manusia.

Filosof modern, yang telah melakukan kajian saksama atas masalah ini, mengakui bahwa penyebab terjadinya beragam konsepsi tentang dunia harus dicari pada apa yang disebut teori pengetahuan. Para filosof cukup memperhatikan teori ini. Sebagian menyatakan bahwa filsafat, bukanlah kosmologi. Filsafat hanyalah metodologi mencari pengetahuan. Adapun kenapa banyak sekali teori kosmologis, jawabnya adalah karena ada beberapa metode untuk mengenal dunia. Sebagian mengatakan bahwa untuk mengetahui dunia, kita harus menggunakan akal.

Sebagian lain berpendapat bahwa dunia dapat diketahui bila kita mendapat pencerahan dan ilham. Jadi ada perbedaan pendapat mengenai metode, sumber dan kriteria untuk mendapatkan pengetahuan tentang dunia. Menurut sebagian pihak, akal sangat terbatas perannya dalam hal ini. Namun menurut sebagian lainnya, peran akal tak terbatas. Pendek kata, ideologi setiap mazhab didasarkan pada konsepsi mazhab tersebut tentang dunia, dan konsepsi ini didasarkan pada teori tentang pengetahuan. Sejauh mana progresivitas suatu ideologi, ditentukan oleh sejauh mana progresivitas konsepsinya tentang dunia, yang pada gilirannya ditentukan oleh sejauh mana progresivitas metode pencarian pengetahuannya. Sesungguhnya kearifan praktis setiap mazhab bergantung pada kearifan teoretisnya, yaitu cara berpikimya. Karena itu setiap mazhab pertama-tama harus menjelaskan cara berpikirnya.

Islam bukanlah mazhab filsafat, dan tidak bicara dalam bahasa filsafat. Islam memiliki terminologinya sendiri. Terminologi Islam dapat dimengerti oleh semua kelas menurut tingkat pemahaman masing-masing kelas. Yang mengherankan adalah meski Islam hanya menyebut masalah-masalah ini di antara subjek-subjek lain, namun dari ajaran-ajaran Islam kita mudah menyimpulkan ideologi Islam dalam bentuk pemikiran praktis, dan konsepsinya tentang dunia dalam bentuk doktrin logis. Cukuplah kita di sini hanya merujuk kepada konsepsi Islam tentang dunia. Kita tak dapat berbicara panjang lebar mengenai berbagai pandangan berharga dari pakar-pakar Islam seperti ahli hukum, filosof, sufi dan pemikir lain mengenai ideologi Islam, konsepsi Islam tentang dunia, dan metode pencarian pengetahuan. Kalau kita membicarakannya panjang lebar, maka dibutuhkan berjilid-jilid buku. Paling banter yang dapat kita lakukan adalah memaparkan, meski tidak lengkap, ciri-ciri khusus utama pandangan Islam mengenai masalah-masalah ini. Kita bisa saja memaparkan-nya dengan lengkap, namun pada kesempatan lain. Ciri-ciri khusus utama pandangan Islam tersebut dipaparkan dalam sub-sub bab berikut: Metode Pengetahuan, Konsepsi tentang Dunia, dan Ciri Khusus Ideologi Islam.

bersambung……. 2/3

Manusia dan Alam Semesta, Murthada Muthahari

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *