Nasional
Zuhairi Misrawi: Kesamaan Tradisi Satukan NU & Syiah
Arus deras globalisasi telah membuat identitas lokal suatu bangsa, beserta perangkat budaya, kepercayaan dan agama di dalamnya menghadapi tantangan hebat. Globalisasi telah mencengkeramkan paradigma transnasionalismenya, ingin menghancurkan dan melebur semua identitas lokal suatu bangsa dan bahkan keyakinan, menjdi satu. Karena itu, pentingnya meneguhkan tradisi sebagai identitas diri di zaman global ini kini menjadi sesuatu yang amat krusial.
Hal ini diungkapkan cendekiawan muda NU, Zuhairi Misrawi dalam diskusi bertema “Islam Madani dan Islam Nusantara; Corak Islam Indonesia” yang diselenggarakan oleh Rumah Madani, IJABI, di Kalibata, Kamis (27/11).
“Menurut Gus Dur, dalam gempuran globalisasi yang menyerang identitas dan jatidiri kita ini, selama tradisi-tradisi kita seperti tahlilan, maullidan, shalawatan, ziarah itu masih ada, kita tak akan mampu dirusak oleh Barat,” terang Zuhairi. “Juga oleh Arabisasi Islam, itu.”
“Coba kalau tak ada tradisi itu, makin bisa dipecah-belah NU dan Syiah,” tambah Zuhairi. “Karena kalau terjebak dalam fikih, yang terjadi adalah perdebatan tanpa ujung.”
Tak bisa dipungkiri, tradisi NU dan Syiah itu sama, mulai dari maulid, ziarah, shalawatan, tahlilan, semuanya sama. Karenanya tak heran Gus Dur mengatakan, ‘NU itu Syiah minus Imamah, Syiah itu NU plus Imamah’. Hal ini menurut Zuhairi merupakan sesuatu yang sangat penting dalam menguatkan ukhuwah.
“Akomodasi NU pada tradisi Syiah menunjukkan sunnatullah. Bahwa sesama Muslim itu harus saling belajar. Yang NU belajar dari Syiah, yang Syiah belajar dari NU.”
“Nilai penting persamaan tradisi ini ya, NU harus sadar, bahwa tradisinya adalah tradisi (yang berasal dari) Syiah. Yang menarik, tradisinya (Syiah) diterima dengan baik oleh Islam Sunni. Itu kan Islami banget, sangat mencerminkan semangat persaudaraan. Jadi melalui kultur itu akan membangun persaudaraan antar Sunni dan Syiah,” tegas Zuhairi.
“Kultur itu merupakan sesuatu yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Itu kan dalam tradisi keagamaan kita intinya menjaga kebersamaan dalam masyarakat, gotong-royong dalam hidup. Karena itulah agama punya peran menjaganya,” pungkas Zuhairi. (Muhammad/Yudhi)