Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Biografi Singkat Muhammad bin Yaqub al-Kulaini

Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub bin Ishaq al-Kulaini al-Razi lebih dikenal dengan Tsiqat al-Islam al-Kulaini  (Wafat 328 H/940 M) adalah penulis kitab hadis paling masyhur al-Kafi dan termasuk sebagai ahli hadis paling kesohor di kalangan Syiah. Menurut pendapat sebagian ahli sejarah, ia hidup di antara kepemimpinan Imam Hasan Askari as dan Imam Mahdi afs. Ia adalah salah seorang ahli hadis yang bertemu dengan para perawi hadis yang mendengar langsung tanpa perantara hadis dari Imam Hasan Askari as atau Imam Hadi as.

Al-Kulaini tumbuh di tengah-tengah keluarga yang sangat besar kecintaannya kepada ilmu dan Ahlulbait. Ayahnya, Yaqub bin Ishaq menaruh perhatian besar terhadap pendidikan al-Kulaini termasuk mengajarkan langsung etika Islam kepadanya. Al-Kulaini mendapatkan bimbingan pendidikan agama dari sejumlah ulama besar diantaranya, Muhammad bin Yahya Asy’ari, Abdullah Ja’far al-Himyari, Ibn Babawaih al-Qumi dan Muhammad bin Yahya ‘Aththar.

Kitab terpenting dari sejumlahnya karyanya adalah al-Kafi yang kemudian menjadi sumber rujukan paling muktabar di kalangan Syiah dan menjadi salah satu kitab termasyhur dari Kutub Arba’ah Syiah. Al-Kulaini dalam penukilan hadisnya memiliki ketelitian dan kehatian-hatian dalam menyeleksi ketsiqahan para perawi dan sebisa mungkin menuliskan sanad periwayatannya. Ibnu Qulawaih, Muhammad bin Ali Majiluyeh al-Qumi, Ahmad bin Muhammad Zurari adalah di antara muridnya yang terkenal.

Ahli sejarah menyepakati al-Kulaini lahir disebuah perkampungan bernama Kulain di kawasan Ray, Iran. Sementara mengenai waktu kelahirannya sebagian berpendapat ia lahir tidak lama sebelum atau setelah kelahiran Imam Mahdi afs yaitu sekitar tahun 255 H/869 dimasa terjadinya Ghaibah Sughra. Namun Syaikh Bahrul ‘Ulum berpendapat kemungkinan al-Kulaini lahir di masa-masa akhir kehidupan Imam Hasan Askari as. [Al-Fawāid al-Rijāliah, jld. 3, hlm. 336] Namun Ayatullah Khui meyakini, al-Kulaini lahir setelah kesyahidan Imam Askari as dan hidup dimasa Imam Mahdi afs. [Mu’jam Rijāl al-Hadits, jld. 19, hlm. 57]

Ia adalah ulama Islam yang pertama mendapat gelar Tsiqah al-Islam dan menjadi gelar yang khusus diperuntukkan untuknya karena ketakwaannya, ilmu dan perannya yang besar dalam menyelesaikan banyak persoalan keagamaan termasuk fatwa-fatwa dan pendapatnya yang sampai sekarang sering dijadikan rujukan. [Raihanah al-Adab, jld. 5, hlm. 79] Ia juga mendapat lakab Silsili karena ketika bermukim di Baghdad, ia tinggal di Darb al-Silsilah. [Tāj al-‘Arus, jld. 18, hlm. 482]

Al-Kulaini memulai pendidikannya di kota Ray, yang saat itu menjadi pusat pengkajian beberapa aliran Islam, diantaranya Ismaili, Hanifah, Syafi’i dan Syiah Imamiyah. Dengan adanya interaksi dan dialektika keilmuan dengan sejumlah mazhab yang berbeda menjadikan al-Kulaini kaya dengan ilmu dan khazanah keislaman. Ia pun memberanikan diri untuk fokus pada aktivitas menulis dan mempelajari hadis. Di bawah bimbingan gurunya, Abu al-Hasan Muhammad bin Asadi al-Kufi, al-Kulaini mendalami ilmu hadis di kota Ray. [al-Kulaini wa al-Kāfi, hlm. 179.] Untuk melengkapi pembedaharaan hadisnya, al-Kulaini mengunjungi dan bertemu langsung dengan ahli hadis yang mendapat hadis langsung dari lisan Imam Askari as dan Imam Hadi as, sehingga sanad dari hadis yang ditulisnya tidak melalui rantai periwayatan yang panjang.

Al-Kulaini dalam Penjelasan Ulama Syiah dan Ahlusunnah

  • Syaikh Thusi dalam kitab Rijal yang ditulisnya menulis, “Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini al-Mukanna menurut Abu Ja’far A’war, seorang ulama besar dan alim, menyebutkan bahwa ia adalah seorang alim yang memiliki kredibilitas dibidangnya sebagaimana dibuktikan dengan kitab al-Kāfi yang ditulisnya [Rijāl Thusi, hlm. 329] Ia juga oleh ulama-ulama yang lain diakui sebagai seorang yang tsiqah dan alim.” [Al-Fihrist, hlm. 210]
  • Najasyi, seorang ulama ahli rijal Syiah mengatakan, “Di masanya ia adalah Syaikh dan pembesar Syiah di kota Ray, dan dikenal sebagai ulama yang paling diandalkan dalam bidang hadis dengan kuatnya hafalannya dan paling teliti dalam mencatat. Karyanya yang paling utama adalah al-Kāfi yang disusunnya dalam jangka waktu 20 tahun.” [Rijāl Najāsyi, hlm. 377]
  • Ibnu Atsir salah seorang sejarahwan Ahlusunah mengkategorikan al-Kulaini sebagai salah seorang pembesar dan ulama Imamiah. [Al-Kāmil fi al-Tārikh, jld. 8, hlm. 364]
  • Dzahabi menyebut al-Kulaini sebagai Syeikh Syiah yang alim dan penulis buku yang terkenal, [Siyar A’lām al-Nubalā, jld. 15, hlm. 280]
  • Ibnu Hajar al-‘Asqalani dan Ibnu Makula memberikan pengakuan bahwa ia adalah salah seorang fakih dan penulis bermazhab Syiah [Lisān al-Mizān, jld. 5, hlm. 433; Ikmāl al-Kāmil, jld. 7, hlm. 186]
  • Ibnu Asakir dalam kitabnya menulis al-Kulaini adalah tokoh besar Syiah. [Tārikh Madinah Dimasyq, jld. 56, hlm. 297]

Tulisan dan Karya-karyanya

Muhammad bin Ya’qub al-Kulaini selain al-Kāfi sebagai magnum opusnya, ia juga memiliki karya lain yang juga mendapat banyak perhatian ulama dan ilmuan yang menunjukkan penguasaan ilmunya bukan hanya pada bidang hadis. Diantara karya-karyanya sebagai berikut:

  1. Kitab ar-Radd ‘alā al-Qarāmithah.
  2. Kitab Rasā’il al-Aimmah as.
  3. Kitab Ta’bir al-Ru’yā.
  4. Kitab al-Rijâl.
  5. Kitab al-Wasāil.
  6. Kitab al-Dawājin wa al-Rawājin
  7. Kitab Fadhl al-Qur’an
  8. Kumpulan syair yang memuat kasidah-kasidah yang pernah dilantunkan para penyair tentang manaqib Ahlulbait as. [Rijāl Najāsyi, hlm, 377; Rijāl Thusi, hlm. 429; Mu’āllim al-‘Ulamā, hlm. 134]

Guru-guru al-Kulaini

Masyaikh dan Asatid Kulaini ada sekitar 50-an orang. Yang paling berpengaruh dari kesemua gurunya adalah Ali bin Ibrahim al-Qumi, penulis kitab Tafsir al-Qumi. Lebih dari 7068 kali namanya tertulis dalam sanad hadis pada kitab al-Kāfi. [u’jam Rijāl al-Hadits, jld. 19, hlm. 59] Berikut nama-nama guru al-Kulaini lainnya yang terkenal:

  • Muhammad bin Yahya Asy’ari
  • Ahmad bin Idris al-Qumi
  • Ahmad bin Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Khalid Barqi
  • Ahmad bin Muhammad bin Isa Asy’ari
  • Abdullah Ja’fari Himyari
  • Hasan bin Fadhl bin Yazid Yamani
  • Ahmad bin Mahran
  • Muhammad bin Hasan Thai
  • Ali bin Husain Ibnu Babwaih al-Qumi, ayah Syaikh Shaduq
  • Shaffar al-Qumi penulis kitab Bashair al-Darajāt
  • Muhammad bin Yahya Aththar
  • Qasim bin ‘Ala
  • Ahmad bin Muhammad bin Sa’id Hamadani lebih dikenal dengan Ibnu ‘Uqdah [Al-Kulaini wa al-Kāfi, hlm. 166 dst]

Para Murid dan Perawi

Di antara para murid dan mereka yang meriwayatkan hadis dari al-Kulaini dapat disebutkan diantaranya sebagai berikut:

  • Abu Abdullah Ahmad bin Ibrahim dikenal dengan Ibn Abi Rafi’ Shaimari
  • Abu al-Qasim Ja’far Ibnu Qulawaih penulis kitab Kāmil al-Ziyārāt
  • Abu Muhammad Harun bin Musa Talla’ukbari
  • Abu Ghalib Ahmad bin Muhammad Zurari
  • Muhammad bin Ali Majilawaih Qomi
  • Abu Abdullah Muhammad bin Ibrahim bin Ja’far
  • Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Qadha’i Shafwani [Al-Kulaini wa al-Kāfi, hlm. 172 dst]

Al-Kulaini meninggal dunia pada bulan Sya’ban tahun 328 H/940 M bertepatan dengan awal dimulainya masa Ghaibah Kubra Imam Zaman afs di kota Baghdad dalam usia 70 tahun. [Raihanah al-Adab, jld. 8, hlm. 80.]

Source: wikishia

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *