Berita
Asal Muasal Tuduhan Rafidhah
Adanya kontradiksi sikap dan pandangan tentang Syiah dan Rafidhah menunjukkan mereka yang membenci Syiah hanya ingin menggunakan segala macam dalih untuk memojokkan Syiah. Ibnu Hajar Al-’Asqalani dalam kitab Fath Al-Bâri berbeda dengan yang lain dalam mendefinisikan Rafidhah, “Syiah adalah orang yang mencintai Ali dan melebihkannya di atas para sahabat, dan barang siapa mendahulukannya di atas Abu Bakar dan Umar, maka dia berlebihan dalam kesyiahannya (ghâl fi tasyayu’ihi) dan dikategorikan Rafidhi.” (1)
Dalam pernyataannya jelas bahwa Rafidhi adalah orang yang mendahulukan Ali di atas Abu Bakar dan Umar, bukan sebagaimana tuduhan bahwa “Rafidhah adalah Syiah ekstrem yang telah mencaci bahkan mengafirkan Abu Bakar dan Umar.”
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah darimanakah tuduhan tersebut berasal? Jika dikatakan berasal dari ulama salaf, maka ulama salaf manakah yang dimaksud? Jika hanya mengatasnamakan sebuah nama tanpa dilandasi sebuah bukti yang nyata, maka perbuatan tersebut tidak lebih sebagai bentuk fitnah semata.
Pada dasarnya, istilah “Rafidhah” adalah sebutan sinis terhadap individu atau kelompok pecinta dan pengikut Ahlul Bait yang sengaja dilontarkan oleh penguasa pada masa Bani Umayyah berkuasa untuk mendiskreditkan dan menjauhkan masyarakat dari Syiah Ahlulbait.
Baca juga Pandangan Ulama Mazhab Ahlulbait terhadap Aisyah
Mereka bahkan tak segan-segan untuk berbuat kejahatan dengan melakukan sejumlah aksi teror dan fitnah. Di antaranya dengan menuduh setiap orang beriman yang mencintai Nabi dan keluarga beliau Ahlul Bait. Dengan julukan Rafidhi sebuah julukan sinis yang bertujuan untuk menggiring opini bahwa pengikut setia Ahlul Bait adalah kelompok yang telah menyimpang dan bahkan telah keluar dari Islam alias murtad. Pada saat yang sama, semua itu mereka lakukan agar umat Islam mengosongkan hati mereka dari kecintaan kepada keluarga Nabi Saw. Siapa saja yang berani secara terang-terangan dan terbukti mencintai Sayyidina Ali dan Ahlulbait pasti akan segera mereka kutuk sebagai Syiah Rafidhah dan mereka sebarluaskan di tengah-tengah kaum Muslimin.
Sebagai contoh adalah apa yang dialami oleh Imam Syafi’i, beliau dikecam dan dituduh sebagai seorang Rafidhi hanya karena kecintaannya kepada Ahlul Bait Nabi Saw. Beliau kemudian menanggapi tuduhan keji itu dalam ucapannya yang terdapat dalam kitab Al-Shawâiq Al-Muhriqahfî Al-Radd ‘alâ Ahli Al-Bida’ wa Al-Zindiqah,
Mereka berkata; kamu telah berfaham Rafidhi
Aku berkata: Tidak! Kerafidhian bukan agamaku dan bukan keyakinanku.
Akan tetapi aku tanpa pernah ragu berwilayah kepada sebaik-baik Imam dan sebaik-baik pemberi petunjuk.
Sekiranya mencintai wali dijuluki Rafidhi, maka sungguh aku adalah hamba yang paling Rafidhi. (2)
Dalam kesempatan lain, Imam Syafi’i ra mengeluhkan kejahatan fitnah dan tuduhan padanya.
“Jika dengan mencintai keluarga Muhammad menjadi Rafidhi, maka hendaknya manusia dan jin menyaksikan bahwa aku adalah seorang Rafidhi.”
(Dikutip dari Buku “Syiah Menurut Syiah” Tim Penulis Ahlulbait Indonesia)
Catatan kaki
- Ibnu Hajar Al-’Asqalani, Hady Al-Sâr îMuqaddimah Fath Al-Bârî bi Syarh Shahîh Al-Bukhârî, h. 483, tahkik Abd Al-Qadir Syaibah Al-Hamd, Maktabah Al-Malik Fahd Al-Wathaniyyah, Riyadh, Saudi, 2001 M, 1421 H.
- Ahmad bin Hajar Al-Haitami Al-Syafi’i, Al-Shawâiq Al-Muhriqahfî Al-Radd ‘alâ Ahli Al-Bida’ wa Al-Zindiqah, h. 185, cet. 1, Maktabah Al-Haqiqah, Istanbul, Turki, 2003.