Akhlak
Sekjen Ahlulbait Indonesia: Money Politics Haram Hukumnya!
Beberapa bulan menjelang April 2014, warna-warni atribut dan bendera parpol mulai terpasang di sepanjang jalanan kota dan desa di seantero negeri. Pemilu, pesta demokrasi, pesta besar rakyat, tak lama lagi bakal dihelat. Seperti lima tahun yang lalu, para capres dan calon wakil rakyat pun mulai beraksi ‘turun gunung.’ Mereka rela berbasah-basah lumpur sawah kunjungi petani, ikut berakrab bau amis ikan di antara nelayan, beramah-tamah sapa tukang becak, sopir angkot, tukang ojek, dan pedagang pasar. Tak lupa juga galang acara silaturahmi dengan para bapak di majelis-majelis taklim, ibu-ibu pengajian, para remaja karang taruna di arena-arena olahraga sambil bawa sumbangan berupa uang maupun barang. Tujuannya satu, meraup simpati dan dukungan sebanyak-banyaknya.
Bagaimana halnya dengan muslim Syiah Indonesia? Sekjen DPP Ahlulbait Indonesia menyatakan bahwa sebagai warga negara Indonesia sudah tentu mereka semua akan berpartisipasi aktif dalam pesta rakyat ini. Untuk itu dia mengingatkan muslim Syiah yang ada di Indonesia untuk menggunakan hak pilih mereka dengan baik dan benar.
“Memilih adalah keniscayaan dalam hidup manusia, maka tidak pernah lepas dari pertanggung jawaban. Bukan karena duit, bukan karena golongan namun atas dasar rasional bahwa mereka yang akan dipilih mempunyai kompetensi menjadi pemimpin,” tegasnya kepada ABI Press di ruang kerjanya, kantor DPP Ahlulbait Indonesia, Jakarta Selatan. “Karena itu, haram hukumnya menerima uang dari caleg maupun capres,” lanjutnya.
Menurut Ahmad Hidayat, kalau sudah jelas ada calon tertentu menawarkan uang agar dirinya terpilih, maka jangan dipilih. Sebab itu adalah sebuah kejahatan. Muslimin Syiah wajib memiliki pandangan yang benar tentang bagaimana memilih calon pemimpin yang terbaik. Karena semua ini adalah demi kepentingan bangsa dan negara yang kita cintai.
Dia menjelaskan salah satu sebab diharamkannya money politics dalam agama adalah karena dari sana benih-benih kejahatan selanjutnya biasanya akan muncul dan saling terhubung satu sama lain hingga menjadi rantai kejahatan. Tentang sejumlah orang yang biasa mengatakan, “terima saja duitnya tapi jangan pilih orangnya,” hal itupun sangat keliru menurut Ahmad Hidayat, sebab dengan makin banyaknya orang yang suka terima uang dengan cara itu, cepat atau lambat akan membentuk karakter rakyat yang materialistik dan hanya memikirkan kepentingan sesaat saja.
“Money politics juga dapat merusak tatanan kehidupan politik bangsa kita. Karena bila kebiasaan buruk itu ditoleransi bahkan dipelihara dan dilestarikan, maka bangsa kita tidak akan pernah dewasa. Dengan money politics, siapa yang punya uang, maka dialah yang akan berkuasa. Betapa bahayanya kehidupan sebuah bangsa bila yang menjadi pemimpin ternyata orang-orang yang sesungguhnya tak punya kapasitas,” katanya.
Ahmad Hidayat di akhir wawancara menyatakan, apabila money politics terus terjadi di tiap pemilu, maka sampai kapanpun Indonesia tidak akan dapat menemukan pemimpin terbaik, padahal hajatan pemilu itu adalah untuk mencari pemimpin terbaik di negeri ini. “Itulah yang saya maksudkan tadi. Hal itulah yang juga menyebabkan haramnya praktek politik uang. Haram bagi yang memberi, haram juga bagi yang menerima.” (Lutfi/Yudhi)