Akhlak
Menahan Amarah dengan Kesabaran
Menahan Amarah dengan Kesabaran
Banyak di antara kita dalam bergaul tak dapat menahan rasa amarah. Dari awal yang mulanya bercanda sering akhirnya berbuah pertengkaran. Pertengkaran ini timbul karena adanya di antara ke dua belah pihak yang tak dapat menahan rasa amarahnya. Padahal Islam mengajarkan untuk mengendalikan sifat amarah ini. Dalam sejarah Islam, Malik Asytar dikenal sebagai panglima pasukan Amirul Mukminin Imam Ali as. Tentang Malik Asytar, Imam Ali as pernah berkata, “Kedudukan Malik bagiku sebagaimana kedudukanku bagi Rasulullah.” Malik Asytar adalah pembesar kabilah Kindah dan berkedudukan sebagai Panglima Besar.
Dengan kedudukannya itu, tidak ada keinginan baginya untuk menindas orang yang lebih kecil. Pemah pada suatu hari, Malik berjalan di pasar Kufah dengan mengenakan pakaian lusuh dan berlengan pendek. Tiba-tiba seorang pemuda yang tidak mengenalnya dengan isengnya mencela Malik Asytar. Bahkan pemuda itu kemudian melemparinya dengan tanah kering. Namun, Malik Asytar tidak menoleh kepadanya dan terus berjalan.
Baca juga : Terbuka Dengan Nama Fathimah
Seseorang yang mengenali Malik berkata kepada pemuda itu, “Apakah engkau tahu siapa orang yang kau lempari itu?” “Tidak,” jawabnya. “Ia adalah Malik Asytar!” Pemuda itu seketika gemetar dan takut. Dikejamya Malik Asytar untuk meminta maaf atas perbuatannya. Belum sempat ia menemuinya, dilihatnya Malik Asytar masuk ke dalam masjid untuk mengerjakan salat. Maka ia pun mengikutinya. Begitu Malik Asytar selesai mengerjakan salat, pemuda itupun menemuinya. Lalu, ia berlutut di bawah kedua kakinya dan memohon maaf atas kesalahannya. Malik Asytar berkata kepadanya, “Engkau tidak perlu merasa takut. Aku telah memaafkanmu sejak awal, dan aku memasuki masjid ini adalah untuk memohonkan ampunan Allah untukmu.”
Sesungguhnya, Malik Asytar dan orang-orang yang menahan amarahnya adalah orang-orang yang menahan diri ketika marah untuk menjaga kehormatannya.
Allah Swt berfirman: … Dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan diri mereka. (QS. al-Furqan: 72)
Ayatullah Ibrahim Amini, Renungan Jumat; Meraih Cinta Ilahi
Baca juga : Rasulullah Ingin Berjumpa Sayyidah Fathimah