Ikuti Kami Di Medsos

Kisah

Zainab, Sebuah Nama nan lndah

Saat itu lima tahun pasca hijrah Nabi saw ke Madinah. Putri Rasulullah saw, Sayyidah Fathimah as melahirkan seorang bayi wanita. Saat ayah sang bayi, Imam Ali as melihatnya untuk pertama kali, turut bersamanya Imam Husain as yang ketika itu berusia hampir tiga tahun. Husain as kontan berseru girang, “Oh ayah, Allah telah memberiku adik perempuan.”

Mendengar itu Imam Ali as menangis. Saat Husain as bertanya mengapa beliau menangis, Imam Ali as menjawab bahwa Husain as kelak akan segera mengetahui jawabannya.

Sayyidah Fathimah as dan Imam Ali as belum memberikan nama pada bayi tersebut hingga beberapa hari. Sebab, mereka menanti kembalinya Nabi saw dari perjalanan. Mereka menginginkan Nabi saw yang memberinya nama.

Manakala bayi mungil itu dibawa ke hadapan Nabi saw, beliau langsung memeluk dan menciumnya. Malaikat Jibril as kemudian turun dan menyampaikan nama untuknya, dan bayi itu  pun mulai menangis.

Nabi saw kemudian bertanya mengapa sang bayi menangis. Jibril menjawab, “Wahai Rasulullah, sejak awal kehidupannya, bayi ini akan mengalami  kesengsaraan dan kesulitan di dunia ini. Pertama, ia akan menangis karena wafatnya Anda. Kemudian, ia akan meratap atas kepergian ibundaya. Lalu atas kepergian kakaknya, Hasan. Kemudian ia akan berhadapan dengan kesulitan di padang Karbala dan kesengsaraan di padang nan sunyi itu, sehingga rambutnya akan berubah kelabu dan punggungnya menjadi bungkuk.”

Mendengar itu, keluarga Nabi saw seketika berderai airmata. Imam Husain as pun kini mengetahui mengapa ayahnya saat itu menangis. Lalu, Nabi saw memberi nama bayi itu Zainab.

Ketika berita kelahiran Zainab as sampai kepada Salman, ia segera menemui Imam Ali as untuk mengucapkan selamat kepada beliau. Namun ia tak melihat sukacita pada diri beliau as. Sebaliknya yang didapati justru beliau as menangis sedih. Salman akhirnya diberitahu tentang peristiwa Karbala, dan kesulitan yang akan mendera Zainab as.

Suatu hari, saat berusia lima tahun, Zainab as mengalami mimpi yang menakutkan. Angin buruk menerjang kota, dan kegelapan menyelimuti langit dan bumi. Beliau terlempar ke sana kemari, dan akhirnya tersangkut di dahan sebatang pohon besar. Namun angin terlalu kencang, sehingga pohon itu pun tercerabut.

Beliau lalu berpegangan pada dahan tersebut, namun lagi-lagi dahan itu patah. Ia kemudian meraih dua batang ranting, namun kedua ranting itu juga patah. Akibatnya, ia terjatuh tanpa ada yang menopang. Zainab as lalu terbangun. Saat ia menceritakan mimpi itu kepada kakeknya, Rasulullah saw kontan menangis pilu seraya berkata,

“Duhai putriku, pohon itu adalah aku, yang tak lama lagi akan meninggalkan dunia ini. Sedangkan dahan itu adalah ayahandamu, Ali, dan ibundamu, Fathimah. Sedangkan ranting tersebut adalah kakakmu Hasan dan Husain. Mereka semua akan meninggalkan dunia ini sebelum engkau, dan engkau akan menderita atas perpisahan dan kehilangan mereka.”

H. Bilgrami, Sayyidah Zainab

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *