Kisah
Salat Sambil Berkhayal
Suatu hari, setelah selesai salat jamaah, seseorang menerobos barisan pertama dan mengerjakan salat persis dibelakang ayah saya. Lalu pada rakaat kedua, saat qunut, ia berpindah niat dan salat sendiri. Setelah itu, ia duduk sambil menggelar hidangan yang dibawanya, dan makan sepotong roti.
Selepas salat jamaah, para makmum menyerbunya untuk memprotes tindakannya. Namun lelaki itu tidak mengucapkan sepata kata pun. Lalu ayah saya berkata kepada lelaki itu, “Mengapa engkau melakukan itu?” Ia menjawab “Apakah anda ingin saya bisikkan sebabnya ke telinga anda saja atau biar semua mendengarnya?” Ayah kembali menjawab, “Katakanlah, agar semua orang dapat mendengar!”
Ia lalu berkata, “Saat masuk ke masjid ini, saya berharap dapat memanfaatkan salat berjamaah bersama anda. Karenanya saya makmum di belakang anda. Tapi di pertengahan surah al-Fatihah, saya tahu kalau pikiran anda keluar dari salat dan anda berkhayal tentang bagaimana jika anda tua dan tak dapat pergi ke masjid, sehingga anda memerlukan keledai agar dapat ke masjid. Kemudian anda pergi ke penjual keledai dan memilih seekor keledai. Adapun pada rakaat kedua, anda berkhayal tentang bagaimana memberi makan dan di tempat mana keledai itu diletakkan.”
“Saya tak tahan lagi dengan kondisi itu. Karena itu, saya putuskan untuk tidak melanjutkan salat di belakang anda. Akhirnya, saya salat sendiri.”
Setelah mengatakan itu, lelaki tersebut mengemasi hidangannya dan meninggalkan masjid. Spontan ayah saya berkata, “Lelaki itu mulia.”
Karena itu, perlu disadari, kita tidak boleh memandang seorang beriman dari keluguannya, atau memprotes perbuatannya. Sebab mungkin saja ia yang benar. Boleh jadi keluguan itu disebabkan ketidakpeduliannya terhadap perkara material, yang kebanyakan manusia menjadikannya ukuran keutamaan maupun penghormatan. Padahal, boleh jadi orang seperti itulah yang dicintai Allah Swt, namun karena kebodohannya, kita menghinanya, sehingga mengundang murka Allah Swt.
Abdul Husain Dasteghib, Kisah-Kisah Ajaib