Ikuti Kami Di Medsos

Kisah

Pertolongan Imam Ali Ridha

Seorang ulama terkemuka, Syaikh Muhammad Razi, penulis buku Atsar al-Hujjah menuturkan kisahnya.

Saya mendengar kisah ini dari ulama termasyhur, Agha Yahya. dan beberapa orang lainnya yang mengutip dari Syaikh Ibrahim Shahib Zamani….

Di hari kelahiran Imam Ali bin Musa Ridha as, pada 11 Zulqa’dah, saya membuat syair berisi sejarah kelahiran dan pujian untuk beliau. Saya lalu keluar rumah untuk bertemu wakil tokoh setempat guna membacakan syair saya itu kepadanya. Saya berjalan melewati pusara suci Imam Ridha as, lalu berkata pada diri sendiri, “Hai bodoh. Imam berada di sini. Lantas mau kemana kamu ini? Mengapa tidak kau bacakan saja syair itu di hadapan beliau?”

Benar, itu membuat saya menyesali apa yang hendak saya lakukan sebelumnya. Bergegas saya masuk ke pusara suci Imam dan membacakan syair tersebut di hadapan pusara suci beliau. Saya lalu berkata, “Tuanku. selama ini aku berada dalam himpitan ekonomi dan hari ini adalah hari raya (hari kelahiran beliau). Karena itu, berilah aku jalan keluarnya.”

Belum lagi ucapan itu selesai, tiba-tiba seseorang meletakkan uang  10 tuman (mata uang Iran) di tangan kanan saya. Saya lalu berkata. “Tuanku, ini sedikit sekali.” Tak lama, dari sebelah kiri. seseorang meletakkan 10 tuman lagi di tangan saya. Maka, saya pun berkata, “Tuanku, ini pun masih sedikit.” Lalu ada lagi yang memberikan 10 tuman dan saya terus meminta tambahannya hingga mencapai 60 tuman (kala itu, 10 tuman saja sudah jumlah yang besar sekali).

Ketika merasa cukup dengan 60 tuman, saya malu untuk meminta lebih dari itu. Saya kemudian meletakkan uang tersebut di kantung dan saya pun berterima kasih kepada Imam, lalu keluar dari kompleks pusara. Sesampainya di tempat penitipan sepatu, saya bertemu seorang ulama ternama, Syaikh Hasan Isfahani,  yang akan memasuki makam.

Beliau pun menarik saya ke pinggir dan berbisik, “Hai Syaikh, cerdas sekali Anda: membaca syair di dekat Imam agar Anda mendapatkan sesuatu dari beliau. Sekarang, katakan pada saya, berapa (uang) yang Anda dapatkan?” Saya lalu menjawab, “Enam puluh tuman.” Syaikh Hasan pun berkata, “Sudikah kiranya Anda memberikan uang itu kepada saya? Saya akan menggantinya dengan dua kali lipat jumlahnya.”

Saya pun menyanggupinya dan memberikan 60 tuman itu kepada beliau. Beliau lalu memberi saya 120 tuman. Namun setelah itu saya menyesal karena yang saya berikan kepada beliau adalah hadiah yang sangat berharga dari Imam. Saya lantas memohon agar Syaikh Hasan Isfahan’ mengembalikan uang itu. Namun, beliau menolak untuk membatalkan perjanjian tersebut.

Ayatullah Syaikh Murtadha Hairi Yazdi berkomentar tentang kisah di atas, “Kisah ini benar-benar nyata. Agaknya Sayyid Zanjani mendengarnya langsung dari Syaikh Ibrahim sendiri. Dan saya pribadi sangat mengenali mereka sebagai orang-orang saleh yang tak ada bandingannya.”

Abdul Husain Dasteghib, Kisah-Kisah Ajaib

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *