Kisah
Perempuan itu Hanya Mau Bicara dengan Teks al-Quran
Alkisah, seorang lelaki melihat seorang perempuan berada sendiri di suatu lembah. Lelaki itu lalu bertanya kepada perempuan itu, “Siapakah engkau?” Perempuan itu menjawab, “Dan ucapkanlah salam, niscaya kalian akan mengetahuinya.”
Dari ayat suci yang dibacanya itu, lelaki tersebut paham bahwasanya ia hendak mengatakan bahwa pertama kali dirinya harus mengucap salam. Lalu ia bertanya, “Aku juga paham bahwa mengucap salam itu kewajiban bagi seseorang bila bertemu orang lain.”
Maka ia pun mengucapkan salam kepadanya sekaligus bertanya, “Sedang apa engkau sendirian di lembah tandus ini?”
Ia menjawab, “Barangsiapa telah diberi petunjuk oleh Allah Swt, maka tidak ada satu orang pun yang dapat menyesatkannya.”
Dari ayat suci yang telah dibacanya itu, dapat dipahami bahwa iq sedang tersesat dan berharap Allah Swt menunjukan jalan baginya. Kemudian, lelaki itu bertanya lagi, “Apakah engkau manusia atau dari kalangan jin?”
Ia menjawab, “Wahai anak keturunan Adam, ambillah perhiasan kalian apabila hendak (masuk) ke masjid.”
Dari ayat suci yang dibacanya, lelaki itu memahami bahwa ia seorang manusia. Kemudian, lagi-lagi lelaki itu bertanya, “Dari mana asalmu?”
Ia menjawab, “Mereka dipanggil dari tempat yang jauh.”
Si lelaki paham, ia datang dari tempat yang sangat jauh. Kembali lelaki itu bertanya, “Sebenarnya, engkau hendak pergi kemana?”
Perempuan tersebut menjawab, “Dan bagi Allah ada kewajiban atas manusia untuk menunaikan ibadah haji, bagi mereka yang mampu menunaikannya.”
Lelaki itu tahu bahwa ia hendak ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Lelaki itu bertanya lagi, “Sudah berapa hari engkau menempuh perjalanan ini?”
Ia menjawab, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari.”
Dari jawabannya itu, dimengerti bahwa ia sudah betjalan selama enam hari. Kemudian, si lelaki bertanya lagi, “Apakah engkau sudah makan?”
Ia menjawab, “Dan Kami tidak menjadikan mereka jasad yang tidak memakan makanan.”
Dari jawabannya ini dipahami, bahwa perempuan itu sudah beberapa hari belum makan sesuatu. Lalu, ditanyakan kembali, “Bersiaplah, agar aku membawamu ke kafilahku.”
Mendengar perkataanku itu, ia berkata, “Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya.”
Dari perkataannya itu, lelaki tersebut memahami bahwa orang sepertinyatidak pernah cepat-cepat dalam perjalanannya dan tak mampu untuk itu, “Naiklah ke kudaku! Kita bersama hingga sampai ke tujuan.”
Perempuan itu sontak menjawab, “Apabila di antara pada keduanya ada tuhan-tuhan selain Allah, maka keduanya akan binasa.”
Dari ayat suci yang dibacakannya itu dipahami bahwa bersentuhan badan antara lelaki dan perempuan, baik dalam satu kendaraan atau dalam sebuah rumah atau di sebuah tempat dapat menyebabkan kerusakan sosial. Lalu, atas dasar kesadaran itu, lelaki itu pun turun dari kendaraan dan mempersilakannya mengendarainya sendirian. Setelah menaiki kendaraan itu, si wanita berkata, “Mahasuci Zat yang telah menundukkan bagi kami (kapal ini) dan kami bukanlah orang-orang yang menyertai-Nya dalam urusan itu.”
Setelah tiba di kafilahnya, lelaki itu bertanya kepadanya, “Apakah di antara kafilah itu ada orang-orang yang kau kenal?”
Ia menjawab, “Tidaklah Muhammad itu kecuali hanya seorang rasul yang telah lewat sebelumnya rasul-rasul. Wahai Yahya ambilah kitab itu dengan kuat. Wahai Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah. Wahai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikanmu khalifah di muka bumi.”
Dari keempat ayat suci yang telah dibacanya itu, dipahami bahwa ia mengenal empat orang di antara kafilah itu, yang nama-namanya adalah Muhammad, Yahya, Musa, dan Daud. Keempat orang yang dikenalnya itu menghampirinya. Ketika mendekat, perempuan itu membacakan ayat suci ini “Harta dan anak-anak adalah perhiasan dunia.”
Dari ayat itu, si lelaki dapat memahami bahwa keempat orang itu adalah putra-putranya. Perempuan itu berkata kepada keempat orang itu, “Wahai ayahku, sewalah ia, sesungguhnya orang yang paling baik yang kau sewa adalah yang kuat lagi terpercaya.”
Keempat anaknya kemudian memberikan sejumlah uang (dirham dan dinar) kepada lelaki tersebut. Namun, perempuan itu merasa bahwa masih sedikit jumlah upah yang telah diberikan kepadanya, dan berkata, “Dan Allah akan melipatgandakan ganjaran bagi orang yang Dia kehendaki.”
Atas sikap perempuan itu, lelaki yang menolongnya pun terheran-heran, lalu bertanya kepada putra-putranya itu, “Siapakah perempuan mulia ini, aku belum pernah menemukan orang sepertinya.”
Mereka menjawab, “Dialah Fidhdhah, yang pernah berkhidmat kepada Sayyidah Fathimah al-Zahra as. Selama 20 tahun, ia tak pernah mengucapkan sepatah kata pun, kecuali dengan (mengutip ayat) al-Quran.”
Subhanallah….
Musthafa Muhammadi, 40 Kisah Keagungan al-Quran