Kisah
Pemuda Bani Israil dan Laknat Ibu
Imam Ja’far Shadiq as mengisahkan, tersebutlah seoraIng ‘abid (ahli ibadah) dari kalangan bani Israil bernama Juraih. Suatu hari, ia sedang sibuk beribadah di suatu tempat. Tiba-tiba, karena suatu keperluan, ibunya memanggil. Tapi ia tidak menanggapi dan terus melanjutkan ibadahnya. Ketika sang ibu memanggil untuk ketiga kalinya dan ia tetap tak meresponnya, sang ibu lalu mengangkat kedua tangannya dan memohon agar Allah Swt juga membiarkannya sibuk dengan dirinya sendiri.
Keesokan harinya, seorang (perempuan) bejat dari Bani Israil membeli sebuah rumah di dekat rumah Juraih dan menetap di sana. Selang beberapa saat, ia memiliki seorang anak yang kemudian disandarkan pada si ‘abid. Perlahan, tersebarlah berita di tengah masyarakat bahwa Juraih yang terkenal ahli ibadah itu telah melakukan dosa. Masyarakat pun berkumpul di depan rumah dan mencibirnya. Setelah itu, masyarakat yang sedang dalam keadaan marah menyerbu rumah Juraih dan menyeretnya keluar sambil memukulinya, kemudian membawanya (ke pengadilan) untuk diadili. Hakim kota setempat, ketika menyaksikan kerumunan massa yang begitu besar, merasa yakin bahwa tuduhan mereka itu dapat dipertanggungjawabkan dan memerintahkan agar Juraih digantung di tiang gantungan.
Berita itu sampai ke telinga ibu Juraih. Ia pun bergegas menuju tiang gantungan sambil merintih sedih. Ketika Juraih melihat ibunya berada di dekatnya, ia berteriak, “Ibu, kenapa merintih sedih? Bukankah bencana ini terjadi karena ibu telah melaknatku dengan mengatakan kepada Allah agar Dia tidak menolongku dan membiarkanku? Sekarang, inilah musibah yang menimpa diriku.”
Perkataan Juraih ini menimbulkan rasa heran di tengah masyarakat, sehingga semua orang ingin mengetahui lebih lanjut apa sebenarnya yang terjadi. Mereka pun berkata kepada Juraih, “Apabila anak kecil yang baru berusia beberapa hari itu bersaksi bahwa engkau bukanlah ayahnya, kami akan membebaskanmu.”
Mereka membawa anak bayi itu ke bawah tiang gantungan, kemudian Juraih bertanya kepada si bayi, “Hai ciptaan Allah, dengan izin Allah, katakanlah kepada semua orang, siapakah ayahmu?”
Anak bayi itu pun berbicara, “Aku adalah putra seorang penggembala yang tinggal di tempat anu.” Berita ini pun sampai pada sang hakim dan dia pun datang ke tiang gantungan serta memerintahkan agar Juraih dilepaskan. Juraih pun kembali ke rumahnya dengan terhormat.
Benar, Allah telah memperingatkan Juraih atas perbuatannya yang tidak memedulikan panggilan ibunya, agar sadar atas apa yang telah diperbuatnya. Kemudian, Allah pun membantu dan menyelamatkannya dari kematian, sebagai bentuk pengampunan dari-Nya.
Ahmad & Qasim Mir Khalaf Zadeh, Kisah Ayah & Ibu