Kisah
Pembaca al-Quran Masuk Neraka!
Suatu malam, Imam Ali as keluar dari masjid Kufah, lalu menuju rumahnya. Kumayl bin Ziyad ikut bersama beliau. Ketika mereka berdua melewati sebuah rumah, terdengar dari dalamnya suara seseorang sedang melantunkan ayat-ayat suci al-Quran.
Sang empunya rumah ternyata sedang melantunkan ayat suci berikut ini, yang artinya: Apakah orang yang sedang khusyuk di saat berdiri dan sujud di pertengahan malam dan ia takut akan azab akhirat dan berharap rahmat Allah (sama dengan orang yang melewati malamnya dalam kekufuran dan kemaksiatan)? (QS. az-Zumar: 9)
Suara yang menyentuh hati dan memilukan itu memengaruhi diri Kumayl dan menarik perhatiannya. Kumayl pun terbuai karenanya. Namun, tak sepatah kata pun terlontar dari mulutnya. Ia menyembunyikan keadaan batinnya itu. Kendati demikian, Imam Ali as dengan ilmu batin dan pandangan langitnya, memahami kondisi hati Kumayl yang terbuai suara lelaki itu.
Imam Ali as berkata; “Hai Kumayl, janganlah suara rintihan munajat lelaki itu menipumu, karena ia termasuk ahli neraka. Dan aku, sesungguhnya, (dengan) sangat cepat (akan) menyingkapkan masalah ini untukmu.”
Penyingkapan batin dan kabar bahwa pembaca al-Quran itu termasuk ahli neraka, sangat mengejutkan Kumayl. Selang beberapa waktu setelah peristiwa ini, muncullah kelompok yang bernama Khawarij. Meskipun terkenal sebagai orang-orang yang suka menghafal al-Quran dan sangat berhati-hati sekali dalam lafaz (pengucapan) dan ibarat tanpa penambahan dan pengurangan, mereka adalah orang- orang yang menentang dan memerangi imam (pemimpin) mereka (yakni, Imam Ali as).
Imam Ali as sendiri terpaksa memerangi mereka. Suqtu ketika, Imam Ali as berdiri tegak di tengah medan perang. Pedang di tangan beliau terlihat berlumuran darah. Seraya itu, beliau meletakkan kepala kaum Khawarij di tanah.
Kemudian, dengan menggerakan pedangnya, Imam Ali as mengisyaratkan sebuah rahasia kepada Kumayl yang sedang berdiri di hadapannya, seraya menjelaskan makna kalimat suci: Apakah orang yang sedang khusyuk di pertengahan malam,
“Wahai Kumayl, ingatkah engkau ketika di suatu malam engkau bersamaku, kemudian kita mendengar suara Iantunan al-Quran dari sebuah rumah. Penghuni rumah itu sedang membaca ayat suci yang kubacakan ini. Sekarang, inilah lelaki yang di tengah malam itu membaca ayat suci itu, yang telah menarik perhatianmu. ”
Musthafa Muhammadi, 40 Kisah Keagungan al-Quran