Ikuti Kami Di Medsos

Kisah

Masa Muda Imam Khomeini

Masa Muda Imam Khomeini

Masa Muda Imam Khomeini

Ruhullah, nama kecil Imam Khomeini, terlahir pada 20 Jumada Tsaniyah 1320 atau 24 September 1902 bersamaan dengan ulang tahun kelahiran Sayyidah Fathimah Zahra as binti Muhammad saw di lingkungan keluarga cukup berada yang amat religius. Konon, rumah dua tingkat tempat beliau dilahirkan, terbangun di atas kebun cukup luas di tengah wilayah agak kering Khomein, sekitar 200 kilometer dari Isfahan. Dikelilingi halaman di tiga sisinya, rumah ini memiliki balkon yang sejuk dan dua menara-pengawas: yang satu mengarah ke sungai yang mengairi pesawahan, dan yang lain ke jalan-jalan dan kebun-kebun.

Tinggallah Ruhullah, yang waktu itu masih bayi, di bawah asuhan Hajar (Agha Khanum), ibunya, dan Sahiba, bibinya. Keluarganya mengingatnya sebagai anak yang bersemangat dan energik. Konon, ia tak jarang pulang dengan baju berdebu dan sobek, bahkan terkadang dengan goresan luka dari permainan dengan sesamanya. Secara fisik, beliau memang tergolong anak yang kuat. Sejalan dengan pertumbuhannya, beliau makin dikenal sebagai jawara di beberapa jenis olahraga. Ia sanggup mengalahkan anak-anak lainnya dalam pertandingan gulat, meski kesukaannya adalah lompat jauh. Dalam jenis olahraga satu ini, diriwayatkan bahwa beliau juara dilingkungannya.

Baca juga : Rasa Hormat Ayatullah Burujurdi Terhadap Imam Khomeini

Riwayat lainnya menggambarkan Ruhullah sebagai sosok yatim yang senang menyendiri dan merenung di padang pasir dekat rumahnya. Mungkin tak ada fakta yang bertentangan dalam kedua riwayat itu. Keduanya boleh jadi hanya merujuk pada dua periode berbeda dalam hidup Imam Khomeini muda. Yang disebut pertama boleh jadi bercerita tentang masa kanak-kanaknya. Sementara yang disebut belakangan merujuk pada masa remaja Ruhullah yakni setelah berbagai peristiwa menimpa kehidupannya.

Sifat energik dan keberanian Ruhullah sebagiannya mungkin merupakan hasil pengaruh bibinya. Sahiba memang dikenal sebagai perempuan pemberani dan tegas. Sedemikian sehingga, konon, akibat wafatnya Sayyid Ahmad, Sahiba sempat mengambil-alih beberapa pekerjaan yang ditinggalkan saudaranya itu untuk beberapa hari. Bahkan, Sahiba pernah diceritakan melerai dengan penuh keberanian dua kelompok yang bertikai dengan saling menembak, seraya berdiri di tengah mereka, kemudian memerintahkan kedua pihak untuk berhenti menembak.

Yamani, Wasiat Sufi

Baca juga : Gambaran Panasnya Neraka Jahanam