Ikuti Kami Di Medsos

Kisah

Kisah Qasim Putra Khalifah Lalim Al-Rasyid Mencintai Ahlulbait

Harun Rasyid, khalifah dinasti Bani Abbasiyah, mempunyai seorang putra bernama Qasim yang menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan selalu pergi ke pekuburan. Di sana, ia meratap dan menangis. Suatu hari, saat Harun Rasyid berada di majelis, Qasim datang. Ja’far Barmaki, menteri kerajaan, kontan tertawa.

Harun bertanya, “Mengapa engkau tertawa?”

Ia menjawab, “Kondisi anak ini sama sekali tidak seperti Anda, wahai khalifah!  Ia sering duduk bersama orang-orang fakir dan pergi ke pekuburan.”

Harun berkata, “Barangkali kita tidak memberikan jabatan pemerintahan padanya, sehingga ia bertindak seperti itu.”

Harun berusaha menasihati Qasim dengan mengatakan, “Aku ingin memberikan kekuasaan atas Mesir kepadamu. Jika engkau tetap mengejar ibadah, aku akan memberimu jabatan menteri.”

Qasim tak bersedia menerima tawaran ayahnya. Namun, Harun bersikeras menyerahkan kekuasaan Mesir kepadanya. Rakyat pun menyampaikan ucapan selamat. Rencananya, esok hari, Qasim berangkat ke Mesir.  Malam itu, Qasim melarikan diri.  Harun berhasil mengikuti jejak langkah Qasim hingga ke sebuah sungai. Selanjutnya, ia tidak berhasil menemukan jejak putranya. Qasim menaiki kapal menuju Bashrah.

Abdullah Bashri mengisahkan:

“Tembok   rumahku rusak.   Aku lalu mencari seorang pekerja. Kemudian aku berjumpa seorang pemuda yang sedang duduk dan membaca al-Quran. Ia meletakkan sekop dan keranjang di sampingnya.  Aku menawari pekerjaan kepadanya.

Pemuda itu bertanya, “Berapa upahnya?”

Aku menjawab, “Satu dirham.”

Ia pun menerima. Sejak pagi hingga petang, ia bekerja untukku seperti dua orang. Aku hendak memberinya upah lebih, tapi ia menolaknya. Keesokan harinya, aku mencari pemuda itu, tak tidak menemukannya.

Aku bertanya pada orang-orang yang mengatakan, “Pemuda ini hanya bekerja di hari Sabtu.  Di hari-hari lain, ia sibuk beribadah.”

Pada hari Sabtu, aku mencari pemuda itu.  Ia pun datang dan bekerja untukku. Aku memberi upahnya, lalu pergi. Hari Sabtu berikutnya, aku mencarinya, namun tidak menjumpainya.

Orang-orang mengatakan, “Dua atau tiga hari lalu ia jatuh sakit.  Ia tinggal di sebuah reruntuhan rumah.”

Kemudian aku mencarinya dan menemukannya.

Aku berkata, “Aku Abdullah Bashri.”

Pemuda itu berkata, “Aku Qasim, putra Harun Rasyid, khalifah Bani Abbasiyah.”

Tubuhku langung bergetar.

Pemuda itu mengatakan, “Aku dalam keadaan sekarat dan mendekati ajal. Jika aku meninggal dunia, berikanlah sekop dan keranjang ini kepada orang yang menggali kuburku. Berikanlah al-Quran ini pada orang yang bersedia membacakannya untukku. Bawalah cincin ini ke Baghdad pada hari Senin, saat diadakan majelis umum, dan serahkanlah kepada ayahku. Katakanlah kepadanya, ‘Simpanlah cincin ini bersama harta yang lain!  Kelak di hari kiamat, cincin ini akan memberi jawaban dengan sendirinya.’”

Abdullah Bashri melanjutkan kisahnya:

Qasim  terlihat berusaha   bergerak, tapi tak mampu. Ia kembali mencoba bergerak, lagi-lagi gagal.

Ia mengatakan, “Wahai Abdullah! Angkatlah kepalaku, junjunganku Amirul Mukminin as telah datang.”

Aku mengangkat kepalanya dan Qasim pun meninggal dunia.

 

Ali Sadaqat, 50 Kisah Teladan

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *