Kisah
Kisah Keajaiban al-Quran
Yahya bin Aksam menuturkan:
Sebelum menjadi khalifah, Makmun mempunyai majelis diskusi. Suatu hari, seorang lelaki Yahudi berwajah tampan, beraroma tubuh wangi, dan berpakaian rapi memasuki majelis tersebut. Lalu, dengan retorika yang khas, ia berbicara di majelis itu. Setelah acara berakhir dan orang-orang satu per satu meninggalkan tempat, Makmun memanggilnya seraya berkata, “Pilihlah Islam dan jadilah seorang Muslim, sehingga aku dapat melakukan sesuatu untukmu.”
Lelaki Yahudi itu menjawab, “Agamaku adalah agama nenek-moyangku, janganlah kau memaksaku untuk meninggalkan agamaku ini.”
Setahun berlalu dari peristiwa itu dan ternyata lelaki Yahudi itu telah menjadi seorang muslim. Ia kembali mendatangi majelis. Di situ ia berbicara tentang masalah-masalah fikih dengan baik sekali.
Setelah acara, Makmun memanggil dan berkata kepadanya, “Bukankah engkau sahabat kami yang setahun lalu pernah datang kemari dan kami pernah menawarkan Islam kepadamu?”
Lelaki Yahudi itu menjawab, “Ya, benar!”
Kemudian ia melanjutkan penuturannya, “Aku ahli menulis indah. Setahun lalu, setelah keluar dari majelis ini, aku menyalin tiga lembar Kitab Taurat dengan tanganku sendiri. Aku mengurangi dan menambahkan isinya. Setelah itu, aku membawanya ke pasar untuk dijual, dan orang pun membelinya. Pada kesempatan lain, aku melakukan hal yang sama terhadap Injil. Aku salin tiga lembar darinya dengan tanganku sendiri, mengurangi dan menambahkan isinya. Setelah selesai, orang-orang pun membelinya dariku.
Kemudian, setelah melakukannya terhadap Injil, aku pun berniat melakukannya terhadap al-Quran. Seperti biasa, aku menyalin tiga lembar dari al-Quran, lalu mengurangi dan menambahkan isinya. Selepas itu, kubawa al-Quran itu ke penjual kitab dan kutawarkan kepadanya. Akan tetapi, sebelum membelinya, terlebih dahulu ia membuka lembar demi lembar al-Quran yang kutawarkan itu, dan ia betul-betul memerhatikan isinya. Setelah sampai pada lembaran-lembaran yang kutulis, tampaklah kejanggalan di matanya, dan ia pun paham bahwa pada tiga lembaran itu telah terjadi penambahan dan pengurangan. Sekonyong-konyong tanpa pikir panjang, ia melemparkan al-Quran itu ke wajahku. Setelah peristiwa itu, aku menjadi yakin bahwa al-Quran adalah kitab suci yang terjaga. Tak mungkin al-Quran dikuasai tangan-tangan jahil. Darinya, aku pun memilih Islam sebagai agama baruku.”
Lelaki itu menambahkan kisahnya, “Dalam sebuah perjalanan haji, aku bertemu Sufyan bin Uyainah. Lalu, aku mengisahkan kembali perjalanan keislamanku itu kepadanya. Beliau berkata, ‘Inti kisahmu itu sebenarnya telah diisyaratkan oleh al-Quran.’
Aku bertanya kepadanya tentang ayat suci yang menjelaskan tentang itu. Beliau menjawab, ‘Adapun ayat suci yang berhubungan dengan kitab suci Taurat dan Injil adalah: Dikarenakan mereka diperintahkan memelihara kitab Allah Swt dan mereka memberikan saksi terhadapnya. Menurut ayat ini, penjagaan atas kitab-kitab samawi terdahulu diserahkan kepada Yahudi dan Nasrani. Akibatnya, kitab-kitab samawi itu mengalamiperubahan-perubahan. Sementara ayat suci yang berkenaan dengan kitab suci al-Quran adalah: Sesungguhnya Kami yang menurunkan peringatan (al-Quran) dan sesungguhnya Kami juga yang menjaganya.
Berdasarkan ayat ini, tanggung jawab menjaga al-Quran ditangani langsung oleh Allah Swt. Karena itu, al-Quran selalu terjaga dan terpelihara dari perubahan-perubahan.'”
Musthafa Muhammadi, 40 Kisah Keagungan al-Quran