Kisah
Karma
Seorang lelaki miskin mengeluhkan keadaannya yang menderita pada orang kaya namun bakhil. Si kaya enggan membantu, dan meninggalkan lelaki miskin dengan marah.
Hati si pengemis terluka karena ulah si kaya, “Aneh!” katanya, “orang kaya ini berwajah masam mungkin ia tak merasa takut akan pahitnya kehidupan meminta-minta.”
Si kaya memerintahkan budaknya mengusir si pengemis. Akibat kufur nikmat yang dikaruniakan kepadanya, keberuntungan pun berlalu. Orang kaya itu kehilangan semua harta. Budaknya beralih ke tangan seorang lelaki dermawan yang murah hati. Orang kaya murah hati ini tak lain adalah si peminta-minta yang pernah diusir tuannya yang yang dulu kaya sekarang jadi pengemis.
Suatu malam, seorang pengemis meminta sedekah kepada si kaya yang dermawan. Si kaya yang dermawan itu pun memerintahkan budaknya untuk memberinya makan. Budak itu tiba-tiba saja berpaling dan menangis.
Majikannya bertanya, “Mengapa engkau menangis?”
Budaknya menjawab, “Hatiku sedih melihat keadaan lelaki tua malang ini. Dulu ia memiliki kekayaan yang sangat banyak, dan aku adalah budaknya.”
Majikannya tersenyum dan berkata, “Ini bukanlah hal yang patut disesalkan. Waktu berputar dengan sangat adil. Bukankah lelaki miskin itu semula adalah seorang saudagar yang sangat angkuh dan sombong? Akulah orang yang pada hari itu diusir dari pintu rumahnya. Nasib telah membawanya pada keadaan yang pernah kualami. Langit menolongku dan membasuh debu penderitaan dari wajahku. Walau Tuhan yang Mahabijak menutup pintu bagi seseorang, tapi dengan kemurahan-Nya, membuka pintu bagi yang lain.”
Banyak orang miskin menjadi kaya, dan banyak orang kaya kemudian bertangan hampa.
Muslihuddin Sa’di Shirazi, Bustan, Taman Bunga Kebajikan