Kisah
Imam Khomeini dan Makna Politik
Imam Khomeini dan Makna Politik
Berikut ini adalah kisah yang diceritakan Imam Khomeini.
Setelah dipastikan bebas dari penjara dan akan berada di bawah pengawasan Rezim Syah pada 1945, beliau dibawa ke hadapan agen Syah yang hadir di penjara. Sewaktu beliau hendak meninggalkan pertemuan itu, salah seorang dari mereka berkata, “Hai Tuan, politik adalah kebohongan, tipu muslihat, dan kejahatan.”
Imam Khomeini menjawab, “Politik semacam itu memang politik milik anda.”
Jelas, politik yang mereka maknai hanyalah kebohongan, tipu muslihat, kejahatan, perampokan masyarakat, penguasa harta dan jiwa masyarakat. Politik semacam ini sama sekali tak ada hubungannya dengan politik Islam, itu adalah politik setan. Namun politik yang bermakna bimbingan dan pembinaan masyarakat, akan menunjukkan jalan yang bermanfaat bagi individu dan masyarakat ini.
Baca juga : “Jaminkan Untukku Satu Perkara, Aku Jamin Untukmu Tiga Perkara!”
Sebagaimana tercantum dalam hadis Rasulullah saw yang menyertakan kata politik (sasah, ahli-siyasah). Dalam berbagai doa Ziarah al-Jami’ah, (berkaitan dengan para imam suci) terdapat ungkapan, “Sasah al-ibad” (para pembimbing/pemimpin para hamba).
Ungkapan ini merupakan bagian dari doa “Ziarah al-Jami’ah”. Doa ziarah ini diriwayatkan Imam Ali Ridha as, “Bacalah doa ziarah ini tatkala kalian berziarah ke kubur salah seorang imam (Ahlulbait) atau seluruh kubur suci para nabi dan wasyi.” Isi doa tersebut adalah, “Salam atasmu wahai Ahlulbait kenabian… para politisi (pemimpin, pembimbing) para hamba dan tonggak tonggak negeri.”
Dalam riwayat itu juga disebutkan bahwa Rasulullah saw diutus dan bertanggung jawab untuk membimbing dan memimpin (politik) umat.
Muhammad Muhammadi, Cerita-Cerita Hikmah
Baca juga : Para Tamu itu Istimewa