Kisah
Hak Teman Seperjalanan
Hak Teman Seperjalanan
Pada masa kekhalifahannya, suatu hari Imam Ali as pergi meninggalkan kota Kufah, yang merupakan pusat pemerintahan, untuk melakukan sebuah pekerjaan. Sebagaimana biasanya beliau tidak mengizinkan sekelompok orang menyertainya sebagai pengawal. Demikian juga di hari itu, beliau pergi sendirian. Pada saat kembali dari berpergian, beliau berpapasan dengan ahlulkitab. Laki-laki itu tidak mengenal Imam Ali as.
Mereka saling menanyakan tujuan masing-masing, dan diketahui banyak kesamaan jalan yang akan mereka tempuh. Lalu keduanya bersepakat untuk berjalan bersama. Mereka mengisi perjalanan dengan mengobrol satu sama lain, hingga akhirnya sampai ke persimpangan jalan, yang mana salah satu jalannya menuju Kufah. Laki-laki itu pun meneruskan langkahnya, namun Imam Ali as malah meninggalkan jalan yang akan membawanya ke kota Kufah. Ya, beliau malah ikut menempuh jalan teman seperjalanannya itu.
Laki-laki itu bertanya, “Bukankah anda mengatakan akan ke Kufah?”
Imam Ali as balik bertanya, “Memangnya kenapa?”
Laki-laki itu menjawab, “Lalu mengapa anda tidak melewati jalan menuju Kufah?”
Baca juga : Saya Ingin Jadi Hamba Allah
Imam Ali as menjawab, “Nabi kami telah berkata, ‘Ketika dua orang melakukan perjalanan bersama-sama dan masing-masing mereka mendapatkan keuntungan dari persahabatannya, maka masing-masing mereka mempunyai hak satu sama lain.’ Karena aku mendapatkan manfaat dari keberadaan anda dalam perjalanan ini maka anda mempunyai hak atas saya. Dikarenakan hak inilah aku ingin sedikit mengantarkan anda dalam perjalanan anda.”
Laki-laki ahlulkitab itu sejenak terdiam, lalu dengan kepala tertunduk berkata, “Yang menjadi sebab Islam dapat sedemikian cepat tersebar adalah kebesaran akhlak nabi anda.”
Saat itu, laki-laki tersebut belum mengenal Imam Ali as. Hingga suatu hari, tatkala datang ke Kufah dan melihat Imam Ali as berada di kursi kekhalifahannya, ia baru sadar bahwa orang yang menjadi teman seperjalanannya itu adalah Imam Ali as, khalifah saat itu. Tanpa malu-malu, ia segera menyatakan dirinya masuk Islam, dan menjadi salah seorang sahabat Imam Ali as
Murtadha Muthahhari, Ceramah-Ceramah
Baca juga : Infak dan Budi Luhur Imam Musa Kazhim