Ikuti Kami Di Medsos

Kisah

Duka Sayyidah Fathimah saat Sang Bunda Wafat

Kehidupan Sayyidah Fathimah berlalu seiring tahun-tahun yang penuh duka dan derita. Ketika berumur 7 atau 8 tahun, satu lagi kesedihan melingkupi kehidupannya. Wafatnya sang bunda, Sayyidah Khadijah, membawa kesedihan dan kepedihan ke lubuk hatinya. Sayyidah Khadijah adalah sosok ibu penyayang yang telah meramalkan kehidupan keras yang kelak dijalani putri tercintanya.

Semasa hari-hari terakhirnya, Sayyidah Khadijah terbaring di peraduannya. Suatu hari, Rasulullah saw mengatakan kepadanya, “Apa yang sedang engkau hadapi, adalah karena kami. Khadijah, ketika engkau bertemu kawan-kawanmu, sampaikan salamku untuk mereka!”

Sayyidah Khadijah bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Maryam binti ‘Imran, Kultsum (adik Musa), dan Asiyah istri Fir’aun.”

Sayyidah Khadijah lalu berkata, “Semoga engkau hidup bahagia dan mendapat putra, wahai Rasulullah.”

Rasulullah saw kerap bersabda, “Aku diperintahkan untuk menyampaikan kepada Khadijah kabar gembira tentang sebuah hunian di surga yang terbuat dari kain brokat* tempat tiada keriuhan maupun ketegangan.”

Sayyidah Khadijah suatu kali menangis di hadapan Asma binti Umais, yang berkata kepadanya, “Mengapa engkau menangis sementara engkaulah pemimpin segenap perempuan, dan istri Nabi, yang akan masuk ke surga sebagaimana yang beliau katakan?”

Sayyidah Khadijah menjawab, “Aku tidak menangis (karena takut mati), melainkan menangis karena setiap  perempuan memerlukan seorang sahabat karib di malam pengantinnya untuk menceritakan rahasianya dan menolongnya dalam hal-hal tertentu, Fathimah masih amat muda dan aku cemas ia akan sendirian di malam pengantinnya!”

Asma menimpali, “Wahai junjunganku, aku bersumpah demi Allah, jika aku masih hidup, akan kugantikan tempatmu…. ”

Wafatnya Sayyidah Khadijah membawa duka mendalam bagi Nabi suci saw, yang kemudian diikuti wafatnya Abu Thalib, paman Nabi saw, beberapa hari setelahnya. Karena itu, tahun wafatnya Sayyidah Khadijah dan Abu Thalib disebut ‘Tahun Dukacita’ oleh Rasulullah saw. Wafatnya Sayyidah Khadijah adalah bencana bagi Nabi saw, tak hanya karena beliau adalah istrinya, melainkan juga, Khadijah adalah sosok pertama yang percaya pada kerasulan Nabi saw. Beliau juga mendukung suaminya dengan limpahan harta bendanya demi kepentingan Islam.

Ketika Sayyidah Khadijah dimakamkan di Hujun, Rasulullah saw melangkah masuk ke makamnya untuk mendoakannya. Sementara itu, putrinya Fathimah as terus menempel ayahnya dan bertanya, “Wahai Rasulullah, di manakah ibuku?”

Nabi saw menghindari pertanyaan Fathimah as. Maka, Fathimah as pun mencari-cari orang di sekelilingnya untuk bertanya di mana ibunya. Saat itulah, Jibril as turun dan menyampaikan wahyu kepada Nabi saw, “Tuhanmu memerintahkanmu untuk menyampaikan kepada Fathimah bahwa Dia menyampaikan salam-Nya untuknya dan berfirman, ‘lbumu ada di sebuah rumah dari kain brokat, sudut-sudutnya terbuat dari emas, dan tiang-tiangnya dari batu merah delima. Letaknya di antara rumah Asiyah (istri Fir’aun) dan rumah Maryam binti Imran.'”

Fathimah as lalu berkata, “Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyelamat, dan keselamatan adalah dari-Nya….”

*lbnu Atsir mengatakan bahwa kain brokat yang disebutkan dalam hadis ini adalah mutiara-mutiara mulia yang mirip istana.

Abu Muhammad Ordoni, Fathimah Buah Cinta Rasulullah saw Sosok Sempurna Wanita Surga

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *