Kisah
Berkah Kedermawanan Non-Muslim
Ketika para tawanan perang dari kabilah Thayy dihadapkan kepada Rasulullah saw, tiba-tiba salah seorang tawanan wanita yang cantik rupawan maju menghadap Rasulullah saw. Ia berdiri di hadapan beliau. Lalu wanita itu mulai berbicara kepada beliau saw. Orang-orang pun yang menyaksikan hal itu terkesima dengan kefasihan dan kepandaian wanita itu dalam bertutur kata.
Tawanan tersebut berkata, “Wahai Muhammad, bebaskanlah aku dari perbudakan ini! Sesungguhnya aku ini putri pemuka kaumku. Dahulu ayahku adalah tempat berlindung bagi orang-orang yang sedang kesusahan. Ia suka membebaskan tawanan, mengenyangkan orang yang lapar, memberi pakaian kepada orang yang tidak berpakaian, memelihara hak-hak tetangga, dan memuliakan tamu. Siapa saja yang mendatanginya untuk (meminta) suatu keperluan pasti akan pulang dalam keadaan bersuka ria. Aku adalah putri Hathim Thayy.”
Mendengar perkataan putri Hathim, Rasulullah saw bersabda, “Wahai budak perempuan! Sesungguhnya apa yang engkau katakan ini termasuk sifat orang mukmin. Seandainya ayahmu ini Muslim, pasti aku akan mendoakannya.”
Kemudian, Rasulullah saw bersabda kepada para sahabatnya, “Bebaskan wanita ini karena sesungguhnya ayahnya menyukai budi pekerti yang luhur.”
Putri Hathim itu kemudian meminta izin Nabi Muhammad saw untuk diperkenankannya berdoa bagi beliau saw. Maka Nabi saw pun memperkenankannya seraya mendengarkan doa wanita itu, “Semoga Allah membalas kebaikanmu; semoga Dia tidak menjadikanmu mempunyai kebutuhan sedikit pun kepada orang yang buruk perangainya; dan semoga Dia menjadikanmu sebagai perantara untuk mendapatkan kembali hak orang mulia yang terampas darinya.”
Akhirnya, Nabi Muhammad saw menyuruh beberapa orang yang dapat dipercaya untuk mengantarkan putri Hathim kembali pada kerabatnya.
Muhammad Husaini Syirazi, Menggali Hikmah Terpendam