Kisah
Bekas Luka dari Perang Shiffin
Kisah ini dituturkan oleh alm. Haji Nuri di dalam kitabnya al-Najmu al-Tsaqib, yang memperoleh kisah tersebut dari Muhyiddin Arbili.
Suatu hari Muhyiddin duduk bersama sang ayah. Bersama mereka terdapat seorang pria yang mengigau hingga serban yang menempel di atas kepalanya jatuh. Begitu serban orang itu lepas dari kepalanya, terlihat oleh ayahnya Muhyiddin beberapa bekas pukulan pedang. Setelah terjaga, ia bertanya kepada pria yang mengigau itu, “Bekas apakah itu?” ia menjawab, “Itu bekas pukulan pedang saat aku ikut Perang Shiffin.”
Mendengar jawaban orang itu, ayah Muhyiddin berkata, “Bukankah Perang Shiffin terjadi di zaman Imam Ali bin Abi Thalib? Peristiwa itu terjadi sudah lama sekali. Lalu, mengapa Anda berkata begitu?”
Orang itu lalu bercerita bahwa beberapa tahun lalu, ia pergi ke Mesir. Di tengah jalan, ia bertemu seorang dari kabilah Ghurrah. Keduanya pun menjadi sahabat dalam bepergian. Keduanya membicarakan berbagai hal, hingga akhirnya sampai pada masalah Perang Shiffin. Orang itu berkata, “Jika saat itu aku sudah lahir, aku akan ikut dalam peperangan tersebut. Aku akan lumuri pedangku ini dengan darah Ali dan sahabat-sahabatnya.”
Mendengar ucapan orang itu, ia pun tak mau kalah dan berkata, “Seandainya, saat terjadi peperangan itu aku sudah lahir, maka aku akan lumuri pedangku ini untuk membunuh Muawiyah dan sahabat-sahabatnya. Dan aku juga selalu siap untuk membunuh para sahabatnya.”
Akhirnya kedua lelaki itu sama-sama bersitegang. Terjadilah duel antar keduanya, hingga kepalanya terpukul dan mengeluarkan banyak darah. Ia pun terjatuh ke tanah dan hilanglah kesadarannya.
Selang beberapa lama, tiba-tiba sesosok pria membangunkannya dengan ujung tombak. Ia pun membuka kedua matanya. Ternyata sosok lelaki itu penunggang kuda. Setelah membuka kedua matanya, lelaki berkuda itu mengusap kepalanya yang terluka dengan tangannya yang mulia. Seketika itu, seluruh lukanya sembuh.
Kemudian, lelaki berkuda itu berkata, “Engkau tunggu di sini, aku akan pergi sejenak.”
Beberapa saat kemudian, lelaki berkuda itu datang kembali sambil membawa di tangannya kepala musuh duelnya itu, sementara di tangan satunya terdapat sebilah tombak. Lalu, ia berkata, “Ambillah kepala musuhmu itu. Engkau telah membela kami. Karena itu, kami membela dan melindungimu.”
Lalu, ia bertanya kepada lelaki misterius tersebut, “Wahai tuanku, siapakah Anda sebenarnya?”
Ia menjawab, “Aku adalah Shahib Zaman Imam Mahdi. Dan jika ada orang yang bertanya kepadamu tentang bekas luka di kepalamu itu, jawablah bahwa itu adalah bekas luka tetakan pedang saat Perang Shiffin.”
Hasan Abathahi, Bertemu Imam Mahdi