Ikuti Kami Di Medsos

Kisah

Ahli Bahasa dan Sumur

Maulana Syamsudi Malti menuturkan bahwa suatu hari, seorang alim menemui Maulana bersama murid-muridnya. Mereka kelihatan tidak mau memberikan penghormatan kepada ulama besar ini, padahal mereka berharap dapat menguji ilmu Maulana. Mereka melontarkan beberapa pertanyaan. Para murid ini tentu saja selalu beranggapan bahwa ilmu itu adanya hanya “di dada” guru mereka. Mereka ingin menguji ketinggian ilmu dan prestasi Maulana.

Para tamu ini mendapat sambutan baik dari Maulana yang sudah mengetahui maksud dan tujuan mereka. Mereka lalu berbicara tentang beragam masalah. Kemudian, seperti biasa, untuk mengemukakan gagasan penting yang dimaksud, Maulana mulai menuturkan sebuah kisah kiasan tentang dua teolog muda.

Teolog pertama adalah ahli dalam bidang tatabahasa. Sedangkan satunya lagi “pengikut” jalan mistis atau spiritual sekalipun memiliki pengetahuian yang lazim tentang agama. Keduanya saling berbimcang.

Selama berlangsungnya perbincangan, yang satu, yaitu yang tak memandang penting kata-kata, mengucapkan kata secara tak lazim. Si ahli tatabahasa keberatan. Mengingat wawasan dirinya lebih luas, ia tak bisa membiarkan kata itu diucapkan dengan cara seperti itu.

Mereka berdebat lama. Karena tidak memperhatikan adanya sebuah sumur, si ahli tatabahasa pun jatuh ke dalam sumur itu. Lalu ia meminta temannya membantu. Namun temannyanp itu enggan membantu karena si ahli tatabahasa tetap menekankan keunggulan wawasannya.

Dengan menuturkan kisah ini, Maulana bermaksud mengangkat masalah bangga diri dan memuji diri sendiri. Kata Maulana, “Bila tetap keras kepala dan merasa dirinya tinggi, orang akan tetap terpuruk dalam lubang kegelapan.”

Idries Shah, Mutiara Mutiara Hikmah

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *