Kisah
Abu Nashr dan Pembaca al-Quran
Suatu hari, Abu Nashr memasuki kota Naisabur. Ia adalah sultan atau penguasa di negeri itu. Tiba-tiba ia mendengar seseorang dengan merdu membaca ayat al-Quran, yang artinya:
Katakanlah, “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang engkau kehendaki dan engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu sajalah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”(QS. Ali Imran: 26)
Sultan Abu Nashr sangat terpengaruh oleh bacaan ayat suci itu dan perasaannya langsung bergetar hebat. Ia segera turun dari kudanya dan bersujud di atas tanah.
Sesudah sang pembaca al-Quran itu meninggal dunia, seorang sahabatnya berjumpa dengannya dalam mimpi. Sang pembaca al-Quran itu menempati kedudukan tinggi dan derajat luhur di alam barzah.
Sahabatnya bertanya, “Bagaimana engkau mendapatkan kedudukan dan tempat setinggi ini?” Pembaca al-Quran itu menjawab, “Aku tidak punya amal saleh atau kebaikan yang bermanfaat bagiku. Hanya saja Tuhanku memberiku anugerah dan karunia. Allah Swt berfirman, ‘Sesungguhnya engkau mengingat-Ku di dunia di sisi sultan dan engkau mengingatkannya pada keagungan-Ku. Kini, Aku mengingatmu dan merahmatimu.’”
Sudah tentu, itu sesuai dengan Allah Swt: Karena itu, ingkatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu. (QS. al-Baqarah: 152)
Dastghib, Jika Aku Masih Hidup Esok Pagi: Kisah-Kisah Teladan Seumur Hidup