Kisah
500 al-Quran di Ujung Tombak
Dalam perang Shiffin, saat pasukan Suriah terdesak, Muawiyah merasa akan kalah. Ia lalu bermusyawarah dengan Amru bin Ash untuk mencari cara menyelamatkan diri dari kekalahan. Amru bin Ash mengusulkan, “Setiap orang yang memiliki al-Quran, hendaknya memasangnya di ujung tombak dan ajaklah orang-orang Irak kembali pada keputusan al-Quran.”
Abu Thufail, sahabat Imam Ali bin Abi Thalib as, mengisahkan, “Keesokan harinya, kami menyaksikan di hadapan pasukan Suriah, sesuatu yang menyerupai bendera. Ketika suasana menjadi terang, kami melihat al-Quran terpasang di ujung tombak-tombak. Dan al-Quran besar masjid Suriah juga ditancapkan di atas tiga ujung tombak dan diangkat dua orang. Sebanyak 500 al-Quran di ujung tombak diangkat di hadapan pasukan Irak (pasukan Imam Ali as). Mereka meneriakkan slogan, ‘Ya Allah, ya Allah. Di tengah-tengah agama kalian ini adalah Kitabullah yang menjadi pemberi keputusan antara kami dan kalian.’”
Imam Ali as mengatakan, “Ya Allah, Engkau tahu bahwa tujuan mereka bukanlah al-Quran. Jadilah Engkau pemberi keputusan antara kami dan mereka, karena sesungguhnya Engkau sebaik-baik pemberi keputusan.”
Tindakan pasukan Suriah menyebabkan perpecahan di kalangan pasukan Imam Ali. Sekelompok pasukan yang berpikiran dangkal mengatakan, “Sekarang peperangan tidak diperbolehkan bagi kita, karena mereka mengajak kita pada Kitabullah (al-Quran).”
Kelompok lain yang berpikiran mengatakan, “Tindakan Muawiyah adalah tipudaya dan kita tidak boleh termakan olehnya.”
Perselisihan ini menyebabkan Muawiyah selamat dari kekalahan perang dan ia pun mencapai keinginannya mengelabui umat.
Ali Sadaqat, 50 Kisah Teladan